Yaman, Do’a Nabi, Perang Shiffin, Hingga Karbala





Ya Allah, berkahilah Yaman-ku dan Syams-ku” (Muhammad Rasulullah).

Dalam Perang Shiffin, sejumlah tokoh Yaman punya saham besar dalam membela Islam dari rongrongan kaum munafik yang dipimpin Muawwiyah bin Abi Sufyan yang haus kuasa dan tak segan-segan menodai agama demi kekuasaan, seperti Malik al Asytar, Adi at Tha’i, Zahr bin Nizar, dan Hani bin Urwah. Dari kabilah Yaman lain yang ikut dalam Perang Shiffin adalah Bani Ahmas yang disebutkan mengirimkan pasukan sebanyak 700 orang. Imam Hasan as di masa kekhalifahannya juga didukung oleh para pecintanya, terutama dari kabilah-kabilah Yaman, namun strategi Muawiyah yang memanfaatkan tokoh-tokoh yang cinta jabatan dan lemah dan akhirnya membuat mereka menarik dukungannya terhadap Khalifah Imam Hasan as.

Kejadian ini akhirnya memaksa Imam Hasan as melakukan perjanjian damai dengan Muawwiyah yang haus kekuasaan. Pasca perjanjian damai dan Muawiyah menjadi khalifah, Muawwiyah begitu membenci orang-orang Yaman yang senantiasa menjadi pendukung Ahlul Bait Nabi. Untuk itu ia mengirim Basar bin Artah untuk membantai mereka. Ketika Bin Artah tiba di Yaman ia melakukan pembantaian massal. Jangan lupa bahwa peristiwa heroik Asyura juga menjadi manifestasi lain dukungan orang-orang Yaman kepada Imam Husain as. Sebagaimana dicatat dalam buku-buku sejarah, dari seluruh jumlah syahid di padang Karbala, 34 orang berasal dari Yaman.

Sebagaimana dicatat dalam buku-buku sejarah, dari semua yang gugur di Karbala, 34 adalah orang Yaman, yang adalah para pejuang yang membela barisan Imam Husain.

Pada dasarnya orang-orang Yaman punya peran besar dan berpengaruh dalam sejarah Islam. Hijrahnya penduduk Yaman ke Hijaz dan Irak menciptakan perubahan politik penting bagi ummat Islam. Berpindahnya kabilah-kabilah Yaman ke daerah-daerah lain, dan kemudian tinggal di daerah baru membuat perubahan dalam komposisi penduduk semenanjung Arab Saudi. Hal ini dapat disaksikan ketika pelbagai referensi sejarah menyebut pembagian Arab menjadi utara dan selatan atau Qahthani dan Yamani.

Kecenderungan orang-orang Yaman akan Ahlul Bait telah muncul sejak dimulainya risalah Nabi Muhammad saw. Pada tahun ke-10 Hijriah, misalnya, Nabi Muhammad saw punya keinginan untuk menyeru masyarakat Yaman agar memeluk Islam. Demi merealisasikan keinginannya itu, beliau memerintahkan Khalid bin Walid menuju Yaman dan mendakwahkan Islam di sana. Namun selama 6 bulan tinggal di Yaman, tidak banyak keberhasilan yang diraih Khalid bin Walid. Pasca kegagalan Khalid bin Walid, Nabi menugaskan Ali bin Abi Thalib as ke Yaman.

Ketika tiba di Yaman, Ali bin Abi Thalib as segera membacakan surat Nabi saw kepada masyarakat kabilah Hamdan, dan setelah itu ia mengajak mereka memeluk agama Islam. Masyarakat kabilah Hamdan setelah itu seluruhnya mengikrarkan keislamannya. Pasca masuk Islamnya seluruh masyarakat Kabilah Hamdan, sejarah mencatat mereka menjadi sumber dari banyak perubahan.

Ali bin Abi Thalib as kemudian menyeru kabilah Mudzhij agar menerima Islam sebagai agamanya. Namun mereka menolak dan ingin tetap dalam kepercayaan sebelumnya. Hanya saja tidak cukup sampai di situ, mereka berusaha mencelakai utusan Nabi saw, yang tak lain Ali bin Abi Thalib as. Tetapi dalam konflik sekilas yang terjadi, kabilah ini kalah. Setelah itu Ali bin Abi Thalib as kembali mengajak mereka untuk memeluk agama Islam. Kali ini mereka menerima dan memeluk Islam. Di sini tumbuh hubungan emosional antara masyarakat Yaman dengan Ali bin Abi Thalib as. Hubungan ini sedemikian eratnya, sehingga dapat ditebak betapa dari 23 orang yang menjadi inti lingkaran pertama Syiah pasca peristiwa Saqifah, 10 orangnya berasal dari Anshar Yaman. Ketika pembahasan kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib as diwacanakan, sekalipun beliau menolak, para kabilah Yaman menunjukkan bahwa Ali bin Abi Thalib as lebih dari yang lain. Mereka mendorong beliau agar menerima jabatan khalifah. Berdasarkan satu penukilan sejarah, Malik al Asytar adalah orang pertama yang membaiat Imam Ali bin Abi Thalib as.

Langkah-langkah pertama yang diambil Imam Ali as di awal menjabat sebagai khalifah adalah memilih gubernur untuk daerah-daerah Islam. Beliau memilih Ubaidullah bin Abbas sebagai gubernur Yaman. Sejak Imam Ali as menjabat sebagai khalifah, sejak itu pula muncul aksi-aksi merusak yang dilakukan kelompok Muawwiyah, dan akhirnya muncul Perang Jamal. Dalam peristiwa Perang Jamal, orang-orang Yaman secara aktif ikut dalam barisan Imam Ali as dan menjadi faktor penentu kemenangan Imam Ali as dalam perang tersebut.

Tidak ada komentar: