Di Earhouse




Panggung Puisi di Earhouse Pamulang, Tangerang Selatan, Banten 28 Juni 2018. Foto oleh Dr. Helmy Faizi Bahrul Ulumi.

















Sulaiman Djaya Dalam Fotografi

Ragam aktivitas penyair Sulaiman Djaya yang ditangkap kamera....ragam moment fotografis. 

Foto 1: Resital Puisi di Padepokan Kupi Kota Serang, Banten 18 Februari 2018.
Foto 2: Di Anyer, Serang, Banten 5 Agustus 2017.
Foto 3: Di Taman Budaya Banten Kota Serang 2017.

Foto 4: Di Cibutak, Bandung, Jawa Barat 2 Maret 2013
Foto 5: Di House of Salbai Kota Serang, Banten 2018.
Foto 6: Di House of Salbai Kota Serang, Banten 2018

Foto 7: Di Padepokan Kupi Kota Serang, Banten 8 Juni 2018.




Menjumpai Semesta

Hak cipta ©Sulaiman Djaya (2007)

Di sore hari, ada capung-capung selepas hujan, juga riap sejumlah kupu-kupu yang adakalanya terbang dan adakalanya singgah di kelopak bunga. Getaran-getaran sayap mereka yang hampir tak terlihat seakan-akan mengajarkan kita tentang kegembiraan. Mereka membentuk gerakan-gerakan yang mirip gelombang-gelombang kecil, gelombang-gelombang yang meliuk di atas semak belukar, rumput-rumput, dan ilalang, di saat buih-buih masih berjatuhan dan beterbangan. Seakan-akan mereka asik bercanda dengan hembus angin dan lembab cuaca.

Sementara itu, di barisan pohon-pohon, masih terdengar kicau burung-burung yang merasa kedinginan, dingin yang meresap pada bulu-bulu mereka. Tentulah di saat-saat seperti itu matahari sudah enggan menampakkan diri. Di saat-saat seperti itu, sudut-sudut langit dan pematang-pematang sawah lebih mirip figur-figur bisu. Dalam cuaca seperti itu sebenarnya kita tak hanya dapat memandangi capung-capung yang yang dapatlah kita umpamakan sebagai para peri mungil, sesekali juga kupu-kupu atau belalang-belalang yang meloncat-loncat dan yang terbang.

Dan ketika saya menulis diari ini, saya tergoda untuk membayangkan getaran-getaran sayap-sayap mereka yang tipis itu adalah kiasan dari kematian yang menyamar sebagai keindahan dan kelembutan. Saya tergoda untuk mengandaikan mereka adalah maut yang bermain-main itu sendiri. Saya akan menyebut capung-capung itu sebagai peri-peri kecil yang tengah mencandai kematian, sosok kematian yang memang tidak terlihat oleh mata telanjang dan hanya bisa dipahami oleh keintiman bathin kita. Foto: Lanskap di Belakang Rumah (Kragilan, Serang, Banten 13 Juni 2018) oleh Sulaiman Djaya 
Gofur dan Fadil