Posisi Sosial Politik Sastra

Oleh Sulaiman Djaya (Sumber: Radar Banten, 17 Oktober 2015)

Pentingnya dunia intelektualisme dan kepenulisan (yang tentu saja di dalamnya adalah sastra), sembari meneropong dan melihatnya dalam keterkaitannya dengan aspek tradisi dan institusi, akan mengingatkan kita pada kerja yang telah dilakukan Rabindranath Tagore yang gigih hingga akhir hayatnya memperjuangkan tradisi keaksaraan, sampai-sampai ia mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Santiniketan meski ketika itu ia dalam kesulitan finansial, dan juga akan mengingatkan kita pada Amartya Sen, yang seperti halnya Rabindranath Tagore, juga memandang dunia pendidikan dan keaksaraan sebagai fondasi utama kekuatan dan kemajuan sebuah masyarakat atau pun bangsa, sebagaimana yang ia sampaikan dalam ceramahnya di Southeast Asian Studies di Singapura di pada tahun 1999 (Sen, Demokrasi Bisa Memberantas Kemiskinan, Mizan 2000).

Dua tokoh pemikir tersebut sama-sama melihat kerja intelektualisme dan kepenulisan atau keaksaraan, yang tentu saja termasuk di dalamnya kesusastraan, akan sangat terkait dengan upaya pembangunan tradisi dan institusi itu sendiri sebagai penjaga dan penyelenggaranya seperti yang juga pernah dilakukan oleh Sutan Takdir Alisyahbana.

Bila kita tambahkan, salah-satu wujud penciptaan tradisi dan institusi tersebut adalah juga keberlangsungan komunitas yang konsen dalam bidang kepenulisan dan ihktiar intelektualisme. Kita semua pun sudah sangat maphum, tradisi membaca dan kerja kepenulisan, juga penerjemahan tentu saja, akan menyumbang pada peningkatan kapasitas kemampuan masyarakat dalam memajukan diri mereka, terutama dalam kontestasi global saat ini, yang mengandaikan kecakapan dan kekayaan pengetahuan untuk menyikapi dan menghadapinya.

Kita pun sama-sama tahu juga bahwa buku dan kata, seperti yang dikiaskan dengan indah dan jernih oleh Vaclav Havel melalui esainya yang berjudul Ein Wort uber das Wort, bahkan bisa merubah dan membalikkan sejarah ummat manusia, semisal kata demokrasi yang telah meruntuhkan kekuasaan politik otoriter yang dirasa lebih banyak memberikan ketakbebasan dan kurang menyumbang produktivitas hidup manusia yang meniscayakan kebebasan dan terbukanya ruang-ruang publik yang tidak lagi berada dalam tekanan dan kontrol kekuasaan politik yang berlebihan dan menindas masyarakat (Vaclav Havel, Menata Negeri dari Kehancuran, YOI 1995).

Karena itulah kita sadar bahwa persoalan membangun literasi bisa dibilang kompleks, ia memang mengandaikan hadirnya institusi-institusi pendukung yang akan menjaga kelangsungan kerja-kerja kepenulisan dan keaksaraan, termasuk menciptakan pasar dan menyelaraskan kepentingan antara intelektualisme dan sumbangannya bagi pencerahan dan peningkatan kualitas hidup yang merupakan keinginan dan aspirasi banyak orang. Sementara itu, di luar persoalan membangun institusi dan tradisi, persoalan kepenulisan seringkali lahir dari individu-individu yang tekun dan memang dengan sungguh-sungguh mencintai kepenulisan dan kerja-kerja intelektual, sehingga seberapa pun banyak buku-buku panduan dan wawasan menulis, buku-buku hanya menjadi teori yang tidak produktif bila setiap pembacanya tidak langsung memulai dan melakukannya dengan langsung mempraktekkan kerja-kerja kepenulisan dan keaksaraan yang dimaksud. Juga sebaliknya, buku-buku teori dan panduan menjadi berguna bagi mereka-mereka yang membutuhkan bimbingan dan wawasan tentang apa dan bagaimana menulis yang baik dan layak mendapatkan sambutan publik alias pasar.

Di sini, kita tentu dapat bercermin dari Restorasi Meiji di Jepang 1868-1911yang memprioritaskan anggaran dan prioritas pendidikan dan keaksaraan hingga mencapai angka 43% (Amartya Sen, Demokrasi Bisa Memberantas Kemiskinan, Mizan 2000). Itu karena para penentu kebijakan dan para founding fathers di Jepang ketika itu sepenuhnya sadar bahwa sebelum menggalakan industrialisasi dan pembangunan ekonomi lainnya, yang pertama-tama harus dilakukan adalah mempersiapkan kemampuan, skill, dan pengetahuan manusianya supaya siap bekerja dalam bidang-bidang kerja modern hingga dapat memberdayakan bangsa sendiri secara maksimal.

Dengan menggalakkan masyarakat membaca, Jepang sepenuhnya sadar bahwa etos yang dapat disumbangkan kerja keaksaraan salah-satunya adalah menanamkan spirit kerja keras dan mencintai ilmu pengetahuan dalam dan pada masyarakat yang akan memperkaya kecakapan dan kapasitas kemampuan mereka, yang pada akhirnya dapat membantu peningkatan kehidupan mereka, terlebih dalam konteks persaingan global saat ini, sebuah era yang lazim disebut sebagai era kapitalisme lanjut alias Late Capitalism yang mengandaikan kemampuan adaptasi setiap orang akan sangat tergantung atau ditentukan oleh kecakapan diri dan kekayaan pengetahuan dan informasi yang dimiliki masing-masing setiap orang, yang dalam konteks ini, penulis teringat filsafat sosialnya Hegel yang mengatakan bahwa pilihan-pilihan dan kebebasan masyarakat sesungguhnya terbentuk dalam negosiasi-negosiasi yang simultan dengan kekuatan eksternal.

Suatu pilihan yang diambil oleh seseorang, contohnya, terkait dengan akses dan resource sejauh yang didapat dan diketahuinya, dan konsekuensinya, kemerdekaan justru diukur oleh derajat kemampuan seseorang itu sendiri dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan eskternal (Giovanna Borradori, Filsafat di Jaman Teror, Penerbit Kompas 2005). Dengan demikian, kerja-kerja intelektual dan kebudayaan secara umum mengandaikan ketersediaan sarana dan prasarana alias mengandaikan ketersediaan infrastruktur yang akan mampu membiayainya dan yang akan juga menciptakan pasar-nya.

PENTINGNYA PENERJEMAHAN
Kemudian, sedikit mencoba berbicara dunia penerjemahan, terutama soal penerjemahan buku-buku kesusasteraan, haruslah diakui masih adanya kesenjangan kultural dan kapital, ketika kita selama ini menerjemahkan banyak karya-karya dari negara-negara lain, sementara karya-karya kita masih sangat sedikit yang diterjemahkan oleh mereka. Memang benar bahwa dengan menerjemahkan banyak literatur dan buku-buku dari bahasa asing, setidak-tidaknya kita mendapatkan banyak khasanah dan wawasan kultural yang akan berguna bagi kita, tetapi bukan berarti kita juga tidak mesti berusaha sungguh-sungguh untuk memperkenalkan khasanah kultural kita sendiri kepada publik dunia.

Rasanya kita pun sama-sama tahu, selama sejarah kepenulisan kebudayaan dan kesusasteraan kita, tak satu pun penulis kita yang pernah dianugerahi penghargaan Nobel, padahal satu dua tiga penulis kita sebenarnya sudah sangat layak untuk menerima anugerah tersebut. Konon salah-satu faktornya adalah karena masih minim-nya penerjemahan buku-buku kita atau khasanah kultural-kesusasteraan bangsa kita ke bahasa asing, atau katakanlah ke bahasa Ingris, sehingga banyak buku-buku yang dihasilkan penulis-penulis kita tidak diketahui alias tidak dibaca oleh publik dunia.

Atas dasar pandangan tersebutlah, kita tentu tak hanya memahami kerja-kerja intelektual dan penerjemahan sebagai kerja-kerja penngalih-bahasaan khasanah kultural dan buku-buku asing ke bahasa kita, tetapi juga sebaliknya, adalah juga kerja-kerja penerjemahan khasanah kultural dan buku-buku yang dihasilkan para penulis kita ke bahasa asing. Artinya, sudah merupakan kewajaran ketika kita nantinya memiliki para penerjemah yang handal, di mana mereka tak hanya menerjemahkan karya-karya para penulis asing ke dalam bahasa kita, tetapi mereka juga mestilah menerjemahkan karya-karya dari negeri sendiri ke bahasa asing, agar kita dapat mengkomunikasikan karya-karya kepenulisan kita kepada dunia sembari kita saling belajar dari khasanah asing dengan menerjemahkan karya-karya mereka. Dan itulah salah-satu fungsi sosial-politik kerja intelektual, yaitu mengangkat dan memperkenalkan kebudayaan dan karya-karya intelektual bangsa kita kepada publik dunia. 


Diskusi & Debat Ahmadinejad di Columbia University (Lanjutan)






Moderator: John Coatsworth, Dekan Fakultas International and Public Affairs, Columbia University. Pengantar: Lee Bollinger, Presiden Columbia University, New York City, New York; Waktu: 24 September 2007.

AHMADINEJAD: Yang terhormat, akademisi, para ilmuwan, dan para mahasiswa, saya percaya bahwa anugerah terbesar Tuhan bagi manusia adalah ilmu dan pengetahuan. Pencarian manusia akan pengetahuan dan kebenaran melalui ilmu adalah apa yang dijamin sebagai upaya mendekat kepada Tuhan, tetapi ilmu haruslah dikombinasikan dengan kemurnian roh manusia sehingga para ilmuwan dapat menyingkap selubung kebenaran lalu menggunakan kebenaran itu untuk memajukan kepentingan-kepentingan kemanusiaan. Para ilmuwan tersebut bukan hanya menjadi orang-orang yang akan memandu umat manusia, tetapi juga memandu umat manusia ke arah masa depan, masa depan yang lebih baik. Dan kekuatan-kekuatan besar tidak membiarkan umat manusia untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas monopolistik serta mencegah negara-negara lain untuk meraih kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah anugerah ilahi dari Tuhan kepada setiap manusia, dan oleh karena itu, ia harus tetap murni.

Tuhan menyadari semua realitas. Semua peneliti dan ilmuwan dicintai oleh Tuhan. Maka saya berharap akan ada satu hari nanti ketika para ilmuwan dan saintis tersebut memerintah dunia dan Tuhan itu sendiri akan datang bersama Musa, Kristus, dan Nabi Muhammad untuk memerintah dunia ini dan untuk membawa kita ke arah keadilan. Saya berterima kasih kepada anda sekarang, tetapi mengacu kepada dua poin yang dikatakan di pengantar tadi mengenai saya, maka saya terbuka bagi setiap pertanyaan.

Tahun lalu, saya akan katakan dua tahun lalu, saya mengangkat dua pertanyaan. Anda tahu bahwa tugas utama saya adalah dosen universitas. Sekarang sebagai presiden Iran, saya masih mengajar di level pascasarjana dan doktoral setiap minggunya. Mahasiswa saya banyak bekerja dengan saya dalam bidang-bidang ilmiah. Saya percaya bahwa saya adalah seorang akademisi. Maka, Saya berbicara dengan anda dari sudut pandang akademis. Dan saya angkat dua pertanyaan. Tetapi alih-alih mendapatkan tanggapan, saya malah menerima gelombang hujatan dan tuduhan, dan sayangnya, mereka kebanyakan datang dari kelompok-kelompok yang mengklaim percaya akan kebebasan berbicara dan kebebasan untuk informasi. Anda pasti tahu bahwa Palestina adalah luka yang berusia tua, sama tuanya dengan 60 tahun.

Selama 60 tahun, orang-orang ini diusir; selama 60 tahun, orang-orang ini terus dibunuhi; selama 60 tahun, sehari-harinya, selalu ada konflik dan teror; selama 60 tahun, wanita-wanita dan anak-anak yang tidak bersalah dibinasakan; dihancurkan, dan dibunuh oleh helikopter-helikopter dan pesawat-pesawat tempur yang menghancurkan rumah-rumah dari atas kepala mereka; selama 60 tahun, anak-anak usia sekolah dipenjarakan dan disiksa; selama 60 tahun, keamanan di Timur Tengah berada dalam bahaya; selama 60 tahun, slogan ekspansionisme “Dari Nil hingga Efrat” terus digemakan kelompok-kelompok tertentu di bagian dunia tersebut.

Dan sebagai seorang yang akademis, saya ajukan dua pertanyaan, dua pertanyaan yang sama yang saya akan ajukan lagi di sini. Dan anda dapat menilai apakah tanggapan kepada pertanyaan-pertanyaan itu haruslah berupa hujatan dan tudingan, atau semua kata dan propaganda yang negatif, atau haruskah kita benar-benar mencoba menghadapi dua pertanyaan ini dan bereaksi terhadap mereka? Seperti anda, seperti umumnya para akademisi, saya akan berupaya diam sampai saya mendapat jawaban. Maka, saya sedang menunggu jawaban logis alih-alih hujatan-hujatan.

Pertanyaan pertama saya adalah jika memang Holocaust itu kenyataan yang terjadi pada masa kita, suatu sejarah yang terjadi, mengapakah tidak ada riset yang cukup yang dapat mendekati topik ini dari perspektif-perspektif yang berbeda? Sahabat-sahabat kita merujuk kepada 1930 sebagai titik awal bagi perkembangan ini; bagaimanapun, saya mempercayai Holocaust, dari apa yang kita baca, telah terjadi selama Perang Dunia II setelah 1930 pada 1940-an. Maka, anda tahu, kita harus benar-benar mampu melacak peristiwa itu.

Pertanyaan saya sederhana. Ada peneliti-peneliti yang ingin mendorong topik ini dari suatu perspektif yang berbeda. Lalu, mengapa mereka dimasukkan ke dalam penjara? Sekarang ini, ada sejumlah akademisi Eropa yang dikirim ke penjara karena mereka mencoba untuk menulis tentang Holocaust. Peneliti-peneliti dari suatu perspektif yang berbeda mencoba mempertanyakan aspek-aspek tertentu tentangnya. Pertanyaan saya adalah mengapa hal ini tidak terbuka bagi semua bentuk riset? Saya diberi tahu bahwa sudah terdapat cukup riset mengenai topik ini. Dan saya bertanya, ketika berkaitan dengan topik-topik seperti kebebasan, topik-topik seperti demokrasi, konsep-konsep dan norma-norma seperti Tuhan, agama, fisika, bahkan kimia, terdapat banyak riset, tetapi kita masih melanjutkan lebih banyak riset dalam topik-topik itu. Bahkan, kita mendorongnya. Namun, kenapakah kita tidak mendorong lebih banyak riset mengenai suatu peristiwa historis yang sudah menjadi akar dan penyebab banyak bencana besar di kawasan pada masa dan zaman ini? Tidakkah seharusnya ada lebih banyak riset mengenai penyebab utamanya? Itulah pertanyaan pertama saya.

Dan pertanyaan kedua saya, mengingat peristiwa historis ini, jika memang suatu kenyataan, maka kita masih perlu mempertanyakan apakah rakyat Palestina harus menanggungnya ataukah tidak. Bagaimanapun, peristiwa itu terjadi di Eropa. Bangsa Palestina tidak punya peran di dalamnya. Jadi kenapakah orang-orang Palestina harus terus menanggung akibat suatu peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan mereka? Rakyat Palestina tidak melakukan kejahatan apa pun. Mereka tidak punya peran dalam Perang Dunia II. Mereka hidup bersama masyarakat Yahudi dan Kristen secara damai pada masa tersebut. Mereka tidak mempunyai permasalahan. Dan hari ini, juga, Yahudi, orang-orang Kristen, dan Muslim hidup bersaudara di seluruh dunia ini, dan di banyak benua. Mereka tidak mempunyai permasalahan yang serius.

Tetapi apa sebabnya rakyat Palestina harus membayar semua ini, orang-orang Palestina yang tidak bersalah? Lima juta orang terus diusir dan menjadi pengungsi-pengungsi dari perang selama 60 tahun—tidakkah ini suatu kejahatan? Adakah bertanya mengenai kejahatan-kejahatan ini merupakan suatu kejahatan dengan sendirinya? Mengapa seorang akademisi, diri saya, menghadapi hujatan ketika mengajukan pertanyaan-pertanya an seperti ini? Inikah yang kalian sebut sebagai kebebasan dan menegakkan kebebasan berpikir?

Dan perihal topik kedua, yakni isu nuklir Iran—saya tahu ada batas waktu tetapi saya membutuhkan waktu lebih. Maksud saya, banyak waktu yang telah diambil dari saya (Ahmadinejad tampaknya diperingatkan soal waktu).

Kami adalah sebuah negara. Kami adalah anggota International Atomic Energy Agency. Selama lebih daripada 33 tahun, kami adalah negara anggota agensi itu. Hukum agensi itu dengan tegas menyatakan bahwa semua negara anggota mempunyai hak untuk teknologi bahan bakar nuklir yang damai. Ini adalah pernyataan tegas dan eksplisit yang dibuat di dalam hukum itu. Dan hukum itu mengatakan bahwa tidak ada alasan atau dalih, bahkan pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan IAEA sendiri, yang dapat mencegah hak negara anggota untuk memiliki hak itu.

Tentu saja, IAEA bertanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan. Kami adalah salah satu negara yang telah melaksanakan jumlah terbanyak dari level kerja sama dengan IAEA. Mereka setiap jam, minggu, dan hari melakukan pemeriksaan-pemeriksaan di dalam negeri kami. Dan berulang-ulang kali, laporan-laporan agensi itu menunjukkan bahwa aktivitas nuklir Iran bersifat damai, bahwa mereka tidak mendeteksi suatu penyimpangan, dan bahwa mereka telah menerima kerja sama positif dari Iran. Tetapi sayangnya, dua atau tiga kekuatan monopolistik, kekuatan-kekuatan yang egois, ingin memaksa kata-kata mereka terhadap bangsa Iran dan mengingkari hak mereka. Mereka terus mengatakan—satu menit. (tertawa, tepuk tangan.)

Mereka mengatakan kepada kami jangan anda biarkan hal itu terjadi—mereka tidak akan membiarkan mereka memeriksa. Mengapa tidak? Tentu saja kami bisa. Bagaimana mungkin anda mempunyai hak itu sementara kami tidak? Kami ingin mempunyai hak untuk energi nuklir damai. Mereka mengatakan kepada kami, “Jangan membuatnya sendiri. Kami akan memberikannya kepada anda.”

Pada masa. lalu, saya katakan kepada anda, kami memiliki kontrak dengan pemerintah AS, dengan pemerintah Inggris, pemerintah Prancis, pemerintah Jerman, dan pemerintah Kanada dalam pengembangan nuklir untuk tujuan-tujuan damai. Tetapi secara sepihak, masing-masing mereka membatalkan kontrak-kontrak mereka dengan kami, sebagai hasilnya bangsa Iran harus membayar biaya yang banyak dalam milyaran dolar.

Kenapa kami memerlukan bahan bakar dari kalian? Kalian bahkan tidak memberikan kepada kami sukucadang pesawat terbang yang kami perlukan untuk maskapai penerbangan sipil selama 28 tahun, di bawah nama embargo dan sanksi-sanksi, karena kami melawan, sebagai contoh, “hak asasi manusia atau kebebasan”? Di bawah dalih itu, anda menyangkal hak kami bagi teknologi itu? Kami ingin mempunyai hak untuk menentukan nasib kami sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mengintervensi kami. Jika kalian tidak memberikan kepada kami sukucadang pesawat terbang sipil, mengapa kami harus berharap bahwa kalian akan memberikan kepada kami bahan bakar untuk pengembangan nuklir demi tujuan-tujuan damai?

Selama 30 tahun kami menghadapi problem-problem tersebut; lebih daripada 5 milyar dolar kepada Jerman dan lalu kepada Rusia, tetapi kita tidak pernah mendapatkan apa pun, dan yang terburuk belum diselesaikan. Ini adalah hak kami, kami menghendaki hak kami, dan kami tidak menghendaki apa pun di luar hukum, tidak kurang dari apa yang hukum internasional katakan. Kami adalah bangsa yang cinta damai. Kami mencintai semua bangsa. (Tepuk tangan, sorak-sorak, dan cemooh.)

MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, pernyataan-pernyata an anda di sini hari ini dan di masa lalu telah memicu munculnya banyak pertanyaan yang saya akan sampaikan kepada anda atas nama para mahasiswa dan fakultas yang sudah menyerahkan semua itu kepada saya.

Izinkan saya mulai dengan pertanyaan…

AHMADINEJAD: (Dalam bahasa Inggris), satu persatu, satu persatu.

COATSWORTH: Satu persatu, ya. (Tepuk tangan.)

Pertanyaan pertama adalah: Apakah Anda atau pemerintah anda tengah mengupayakan penghancuran negara Israel sebagai sebuah negara Yahudi?

AHMADINEJAD: Kami mencintai semua bangsa. Kami bersahabat dengan orang-orang Yahudi. Terdapat banyak Yahudi di Iran yang hidup damai dengan keamanan. Anda harus memahami bahwa dalam konstitusi kami, dalam hukum kami, dalam pemilihan-pemilihan parlemen, bagi setiap 150,000 orang, kami mendapatkan satu wakil di parlemen. Bagi masyarakat Yahudi, seperlima dari jumlah itu saja, mereka sudah mendapatkan satu wakil mandiri di parlemen. Maka proposal kami kepada penderitaan bangsa Palestina adalah sebuah proposal yang demokratis dan berperikemanusiaan.

Apa yang kami katakan adalah bahwa untuk memecahkan persoalan 60 tahun ini, kita harus membiarkan orang-orang Palestina untuk memutuskan masa depan mereka sendiri. Ini sesuai dengan semangat Piagam PBB dan prinsip-prinsip pokok yang diabadikan di dalamnya. Kita harus membiarkan orang Yahudi-Palestina, Muslim-Palestina, dan Kristen-Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri melalui sebuah referendum yang bebas. Apa pun yang mereka pilih sebagai sebuah bangsa, maka semua orang harus menerima dan menghormatinya. Tidak boleh ada orang yang ikut campur dalam urusan-urusan bangsa Palestina. Jangan sampai ada orang yang menabur benih perselisihan. Tidak boleh ada siapa pun yang membelanjakan milyaran dolar untuk memperlengkapi dan mempersenjatai satu kelompok di sana.

Kami katakan biarkan bangsa Palestina untuk memutuskan masa depan mereka sendiri, untuk memiliki hak menentukan nasib sendiri. Ini adalah apa yang kami katakan sebagai bangsa Iran. (Tepuk tangan.)

MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, menurut saya, banyak pendengar kita yang ingin mendengar sebuah jawaban yang lebih jelas kepada pertanyaan itu (disela oleh sorak-sorak, tepuk tangan). Pertanyaannya ialah: apakah anda atau pemerintah anda mengupayakan penghancuran negara Israel sebagai sebuah negara Yahudi? Dan saya pikir anda bisa menjawab pertanyaan itu dengan satu kata sederhana, ya atau tidak. (Bersorak, tepuk tangan.)

AHMADINEJAD: Maka anda menghendaki jawaban dengan cara yang anda ingin dengar. Well, ini bukan kebebasan arus informasi yang sesungguhnya. Saya hanya mengatakan kepada anda di mana posisi saya dan apa pendapat saya. (Tepuk tangan.) Saya bertanya kepada anda, apakah isu Palestina merupakan isu internasional yang penting ataukah tidak? Tolong katakan, ya atau tidak. (Tertawa, tepuk tangan.) Ada penderitaan sebuah bangsa.

MR. COATSWORTH: Jawaban atas pertanyaan anda adalah ya. (Tertawa.)

AHMADINEJAD: Baik, terima kasih atas kerja sama anda. Kita mengakui ada masalah di sana yang terus berlangsung selama 60 tahun. Setiap orang menyampaikan solusi masing-masing, dan solusi kami adalah referendum yang bebas. Biarkan referendum ini terjadi, dan lalu anda akan melihat apa hasilnya. Biarkan orang-orang Palestina dengan bebas memilih apa yang mereka inginkan untuk masa depan mereka. Dan, lalu apa yang anda kehendaki di dalam pikiran anda untuk terjadi, itu akan terjadi dan akan terealisasi. (Tepuk tangan.)

MR. COATSWORTH: Yang diajukan Presiden Bollinger sebelumnya dan yang datang dari sejumlah mahasiswa, adalah mengapa pemerintah anda menyediakan bantuan bagi teroris-teroris? Apakah Anda akan berhenti melakukan hal itu dan mengizinkan pemantauan internasional untuk menjamin bahwa anda sudah menghentikannya?

AHMADINEJAD: Baik, saya akan ajukan satu pertanyaan di sini kepada anda. Jika seseorang datang dan meletuskan bom di sekitar Anda, mengancam presiden anda, para anggota pemerintahan anda, membunuh para anggota senat atau kongres, bagaimana anda akan memperlakukan mereka? Akankah anda akan memberi mereka penghargaan atau anda akan menyebut mereka kelompok teroris? Baiklah, itu jelas. Anda akan menyebut mereka teroris. Sahabat saya yang terhormat, bangsa Iran adalah korban terorisme. 26 tahun yang lalu, di tempat saya bekerja, dekat dengan tempat saya bekerja, dalam sebuah operasi teroris, presiden dan perdana menteri yang dipilih bangsa Iran kehilangan hidup mereka dalam suatu ledakan bom.

Satu bulan kemudian, dalam operasi teroris yang lain, 72 anggota parlemen kami dan pejabat-pejabat tinggi kami, termasuk empat menteri dan delapan wakil menteri, tubuh-tubuh mereka hancurkan berkeping-keping sebagai hasil serangan teroris. Dalam enam bulan, lebih daripada 4,000 orang Iran tewas, dibunuh kelompok teroris, yang semua ini dilakukan oleh tangan satu kelompok teroris tunggal. Sangat disesalkan, kelompok teroris yang sama itu sekarang, hari ini, di dalam negeri anda, sedang melakukan operasi-operasi dengan dukungan pemerintah AS, bekerja dengan bebasnya, mendistribusikan deklarasi-deklarasi dengan bebasnya. Dan kamp-kamp mereka di Irak didukung oleh pemerintah AS. Mereka dijamin aman oleh pemerintah AS.

Bangsa kami sudah dirugikan oleh aktivitas teroris. Kami adalah bangsa yang pertama menolak terorisme dan yang pertama menegakkan kebutuhan untuk melawan terorisme. (Tepuk tangan.) Kita perlu menangani penyebab utama terorisme dan membasmi penyebab-penyebab utama itu. Kami hidup di Timur Tengah. Bagi kami, adalah sungguh jelas kekuatan-kekuatan mana saja yang melahirkan teroris-teroris, mendukung mereka, dan mendanai mereka. Kami mengetahui hal itu. Bangsa kami, bangsa Iran, sepanjang sejarah, selalu membuka diri untuk persahabatan dengan negara-negara lain. Kami adalah bangsa yang berbudaya. Kita tidak perlu memohon pertolongan terorisme.

Kami sendiri adalah korban-korban terorisme, dan patut disesalkan bahwa orang-orang yang berkoar sedang melawan terorisme, alih-alih mendukung rakyat dan bangsa Iran, alih-alih memerangi teroris-teroris yang sedang menyerang mereka, mereka malah mendukung teroris-teroris dan kemudian menudingkan telunjuk kepada kami. Ini adalah hal paling disesalkan.

MR. COATSWORTH: Serangkaian pertanyaan lebih lanjut akan menantang pandangan anda mengenai Holocaust. Karena bukti bahwa peristiwa ini terjadi di Eropa pada 1940-an sebagai hasil dari tindakan-tindakan pemerintah Nazi Jerman, karena bahwa—fakta-fakta itu dengan baik didokumentasikan, mengapa anda meminta riset tambahan? Sepertinya tidak ada tujuan dalam melakukan hal itu, selain dari mempertanyakan apakah Holocaust benar-benar terjadi sebagai satu fakta historis. Dapatkah anda menjelaskan mengapa anda percaya lebih banyak riset diperlukan dalam kaitan dengan fakta-fakta yang tak dapat dipertentangkan?

AHMADINEJAD: Terima kasih banyak untuk pertanyaan anda. Saya adalah seorang akademisi, dan anda juga. Dapatkah anda berpendapat bahwa meneliti suatu fenomena selesai untuk selamanya? Dapatkah kita menutup buku mengenai suatu peristiwa historis? Terdapat perspektif-perspektif yang berbeda yang muncul setelah setiap riset selesai. Mengapa kita menghentikan riset sama sekali? Mengapa kita harus menghentikan kemajuan ilmu dan pengetahuan? Anda seharusnya tidak bertanya kepada saya mengapa saya bertanya. Anda harusnya bertanya kepada diri anda sendiri mengapa anda berpikir bahwa peristiwa itu tidak perlu dipertanyakan lagi.

Mengapa anda ingin menghentikan kemajuan ilmu dan riset? Apakah anda pernah menemukan apa yang disebut absolut di dalam fisika? Kita mempunyai prinsip-prinsip di dalam matematika yang dinyatakan bersifat absolut selama lebih daripada 800 tahun, tetapi ilmu pengetahuan yang baru telah membebaskan absolutisme itu ke arah logika-logika yang berbeda dalam melihat matematika, dan hal semacam itu telah mengubah cara kita memandangnya sebagai sebuah ilmu pengetahuan secara keseluruhan setelah 800 tahun. Jadi, kita harus membiarkan peneliti-peneliti, para ilmuwan, untuk menyelidiki segalanya, setiap fenomena—Tuhan, alam semesta, manusia, sejarah, dan peradaban. Mengapa kita harus menghentikan itu?

Saya tidak sedang mengatakan bahwa peristiwa itu tidak terjadi sama sekali. Ini bukan penilaian yang saya sampaikan di sini. Saya katakan pada pertanyaan saya yang kedua, jika memang ini terjadi, lalu apa hubungannya dengan bangsa Palestina? Ini pertanyaan yang serius. Terdapat dua dimensi. Dalam pertanyaan pertama, saya…

COATSWORTH: Izinkan saya memperdalam ini sedikit lebih jauh. Sulit untuk memulai suatu diskusi ilmiah jika tidak ada setidaknya beberapa dasar—beberapa dasar empiris, beberapa kesepakatan mengenai apa yang menjadi fakta-fakta. Jadi, menuntut riset terhadap fakta-fakta yang berkedudukan sangat kuat; menunjukkan tantangan terhadap fakta-fakta itu sendiri dan suatu pengingkaran bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi pada tahun-tahun tersebut di Eropa. (Tepuk tangan.)

Izinkan saya melanjutkan ke…

AHMADINEJAD: Izinkan saya. Bagaimanapun, anda bebas menafsirkan apa yang anda inginkan dari apa yang saya katakan. Tetapi apa yang saya katakan telah saya katakan dengan kejelasan. Pada pertanyaan pertama, saya berupaya untuk membela hak-hak para ilmuwan Eropa. Dalam wilayah sains dan riset, tidak ada sesuatu yang diketahui sebagai absolut. Tidak ada sesuatu yang secara memadai dilakukan, bahkan dalam fisika sekalipun. Ada lebih banyak riset dalam fisika ketimbang yang dilakukan terhadap Holocaust, tetapi kita masih terus melakukan riset terhadap fisika. Tidak ada yang salah dalam melakukan hal itu.

Inilah yang manusia kehendaki. Mereka ingin mendekati suatu topik dari sudut-sudut pandang yang berbeda. Para ilmuwan ingin melakukan itu. Khususnya, sebuah isu yang telah menjadi dasar dari begitu banyak perkembangan politik yang terjadi di Timur Tengah selama 60 tahun. Mengapa kita harus menghentikannya sama sekali? Anda harus memiliki alasan yang dapat dibenarkan untuk melakukan hal itu. Fakta yang telah diteliti pada masa lalu tidak cukup menjadi justifikasi di dalam pikiran saya.

MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, mahasiswa lain bertanya, wanita-wanita Iran kini tercerabut dari hak-hak dasar manusia, dan pemerintah anda memaksakan hukuman-hukuman yang kejam, termasuk eksekusi terhadap warga Iran yang homoseks. Mengapa anda melakukan berbagai hal itu?

AHMADINEJAD: Yang ada di Iran adalah kebebasan yang genuine. Rakyat Iran bebas. Wanita di Iran menikmati level paling tinggi dari kebebasan. Kami mempunyai dua deputi—dua wakil presiden yang adalah wanita pada level paling tinggi; demikian pula di parlemen, pemerintahan, dan universitas kami. Mereka hadir di bidang-bidang bioteknologi dan teknologi. Ada ratusan ilmuwan wanita yang juga aktif di dunia politik. Tidaklah benar jika beberapa pemerintahan, ketika mereka tidak setuju dengan pemerintah yang lain, mencoba menyebarkan kebohongan yang menyimpangkan kebenaran seutuhnya. Bangsa kami bebas. Ia memiliki level tertinggi dari keikutsertaan di dalam pemilihan-pemilihan . Di Iran, 80 hingga 90 persen rakyat memberikan suara mereka selama pemilihan, separuhnya—lebih dari separuhnya adalah wanita. Maka, bagaimana mungkin kita katakan bahwa wanita tidak bebas? Adakah ini kebenaran yang seutuhnya?

Dan, perihal eksekusi-eksekusi itu, saya ingin mengajukan dua pertanyaan. Jika seseorang datang dan membangun sebuah jaringan untuk perdagangan gelap obat-obatan yang menimbulkan dampak di Iran, Turki, Eropa, Amerika Serikat dengan memperkenalkan narkoba ini, akankah anda memberi mereka penghargaan? Orang-orang yang menjalani hidup dengan menyebabkan kerusakan terhadap hidup ratusan juta anak muda di seluruh dunia, termasuk di Iran, dapatkah kita bersimpati kepada mereka? Tidakkah kalian juga mempunyai hukuman mati di Amerika Serikat? (Tepuk tangan.)

Di Iran, juga, ada hukuman mati bagi para pedagang gelap obat-obatan terlarang, bagi orang-orang yang melanggar hak-hak orang-orang yang lain.

Jika seseorang mengambil senapan, memasuki sebuah rumah, dan membunuh sekelompok orang di sana, lalu mencoba untuk meminta tebusan, bagaimana anda menghadapi mereka di Amerika Serikat? Akankah anda memberi mereka penghargaan? Dapatkah seorang dokter membiarkan mikroba-mikroba menyebar di seluruh negeri? Kita mempunyai hukum. Orang-orang yang melanggar hak-hak publik dengan menggunakan senjata, membunuh, menciptakan kegelisahan, menjual narkoba, mendistribusikan narkoba pada level yang tinggi dihukum eksekusi di Iran, dan sebagian eksekusi ini—sangat sedikit—dilakukan di hadapan publik. Ini hukum yang berdasarkan atas prinsip-prinsip demokratis. Kalian menggunakan suntikan dan mikroba untuk mengeksekusi orang-orang seperti ini, dan mereka dieksekusi atau digantung, tetapi hasil akhirnya tetap membunuh.

MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, pertanyaannya bukan tentang kriminal dan penyelundup narkoba tetapi tentang pilihan seksual dan wanita. (Tepuk tangan.)

AHMADINEJAD: Di Iran, kami tidak mempunyai homoseks seperti di negeri anda. (tertawa.) Kami tidak memiliki itu di negeri kami. (cemooh.) Di Iran, kami tidak mempunyai fenomena itu. Saya tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu kepada anda bahwa kami mempunyainya. (tertawa.)

Dan perihal wanita, mungkin anda berpikir bahwa menjadi seorang wanita itu adalah suatu kejahatan. Bukanlah suatu kejahatan untuk menjadi wanita. Wanita adalah makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan. Mereka merepresentasikan kebaikan dan kecantikan yang Tuhan tanamkan pada mereka. Wanita-wanita dihormati di Iran. Di Iran, setiap keluarga yang mempunyai seorang anak perempuan akan 10 kali lebih bahagia dibandingkan mempunyai seorang anak laki-laki. Wanita dihormati lebih daripada pria. Mereka dikecualikan dari banyak tanggung jawab. Banyak tanggung jawab hukum yang diletakkan di pundak pria di dalam masyarakat kami karena rasa hormat yang secara kultural diberikan kepada wanita, kepada para ibu masa depan. Di dalam kultur Iran, pria, anak laki-laki, dan anak harus terus mencium tangan ibu mereka sebagai simbol rasa hormat, suatu rasa hormat bagi wanita, dan kami bangga dengan kultur ini.

MR. COATSWORTH: Pertama, apa yang anda harapkan dengan berbicara di Columbia hari ini? Kedua, apa yang akan anda katakan jika anda diizinkan untuk mengunjungi lokasi tragedi 111 September?

AHMADINEJAD: Inilah saya tamu kalian. Saya diundang oleh Columbia, sebuah undangan resmi yang diberikan kepada saya untuk datang ke sini, tetapi saya memang ingin mengatakan sesuatu di sini. Di Iran, ketika anda mengundang seorang tamu, maka anda menghormati mereka. Ini adalah tradisi kami yang dituntut oleh kultur kami, dan saya tahu bahwa orang-orang Amerika juga mempunyai kultur itu.

Tahun lalu, saya ingin mengunjungi lokasi tragedi 11 September untuk menunjukkan rasa hormat saya kepada korban-korban dari tragedi ini, menunjukkan simpati saya kepada keluarga-keluarga mereka, tetapi rencana-rencana kami molor dari jadwal. Kami terlibat dalam negosiasi-negosiasi dan pertemuan-pertemuan hingga tengah malam, dan mereka berkata akan sangat sulit mengunjungi lokasi itu pada jam-jam tengah malam. Maka saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa kami harus merencanakan hal ini pada tahun berikutnya, sehingga saya dapat pergi dan mengunjungi lokasi itu untuk menunjukkan penghormatan saya. Sayangnya, beberapa kelompok orang mempunyai reaksi-reaksi yang sangat kuat, reaksi-reaksi yang sangat buruk. Sungguh buruk bagi seseorang untuk mencegah seseorang yang ingin menunjukkan simpati kepada keluarga dari korban-korban 11 September—peristiwa yang tragis.

Ini adalah rasa hormat dari sisi saya. Beberapa orang mengatakan ini adalah penghinaan. Apa yang anda katakan? Inilah cara saya untuk menunjukkan rasa hormat. Mengapa anda berpikir demikian? Dengan berpikir seperti itu, bagaimana mungkin anda bisa mengatur urusan-urusan dunia? Tidakkah anda berpikir bahwa banyak permasalahan di dunia ini datang dari cara anda memandang isu-isu, dari cara berpikir macam ini, dari pendekatan pesimistis semacam ini terhadap banyak orang, dan dari level tertentu egoisme. Semua itu harus dikesampingkan sehingga kita dapat menunjukkan rasa hormat kepada setiap orang, membiarkan sebuah lingkungan persahabatan untuk tumbuh, membiarkan semua bangsa untuk berbicara satu sama lain, dan bergerak ke arah perdamaian?

Saya ingin berbicara dengan pers. Ada 11 September—peristiwa tragis 11 September adalah peristiwa yang sangat besar. Ia menjadi sebab dari banyak kejadian lainnya setelah itu. Setelah 9/11, Afghanistan diduduki lalu Irak diduduki, dan selama enam tahun di wilayah kami, terjadi kegelisahan, teror, dan ketakutan. Jika penyebab utama 9/11 diuji dengan baik—mengapa itu terjadi, apa yang menyebabkannya, apa kondisi-kondisi yang mengarah kepadanya, siapa yang sungguh-sungguh terlibat—dan menyatukan itu semua secara bersama-sama untuk memahami bagaimana caranya mencegah krisis di Irak, memperbaiki masalah di Afghanistan dan Irak secara bersama-sama.

MR. COATSWORTH: Sejumlah pertanyaan sudah ditanyakan mengenai program nuklir anda. Mengapa pemerintah anda ingin memperoleh uranium yang diperkaya, yang juga bisa digunakan untuk senjata nuklir? Apakah anda akan berhenti melakukan hal ini?

AHMADINEJAD: Program nuklir kami, terutama sekali, beroperasi dalam kerangka hukum, dan kedua, di bawah pemeriksaan- pemeriksaan IAEA, dan yang ketiga, sepenuhnya bersifat damai. Teknologi yang kita miliki adalah untuk pengayaan di bawah level 5 persen, dan setiap level di bawah 5 persen semata-mata adalah untuk menyediakan bahan bakar kepada pembangkit tenaga listrik. Laporan-laporan IAEA berulangkali secara tegas mengatakan bahwa tidak ada indikasi Iran sudah menyimpang dari program nuklir damai. Kami semua sadar bahwa isu nuklir Iran adalah isu politis; ini bukan isu hukum.

IAEA sudah membuktikan bahwa aktivitas kami adalah untuk tujuan-tujuan damai. Tetapi ada dua atau tiga kekuatan yang berpikir bahwa mereka mempunyai hak untuk memonopoli semua sains dan pengetahuan. Dan mereka menginginkan bangsa Iran untuk meminta kepada pihak lain dalam mendapatkan bahan bakar, mendapatkan sains, dan mendapatkan pengetahuan. Lalu mereka tentu saja akan menahan diri dari memberikan semua itu kepada kami.

Jadi kami sungguh jelas mengenai apa yang kami butuhkan. Jika anda sudah berhasil menciptakan generasi kelima bom atom dan malahan sedang mengujinya, maka mengapakah anda mempersoalkan tujuan-tujuan damai dari orang-orang yang menghendaki energi nuklir? (Tepuk tangan.) Kami tidak percaya akan senjata nuklir. Ia menentang seluruh prinsip umat manusia. Izinkan saya mengatakan kepada anda sebuah lelucon di sini. Saya berpikir bahwa politikus-politikus yang memburu bom atom atau sedang mengujinya, secara politis mereka terkebelakang, kuno. (Tepuk tangan.)

MR. COATSWORTH: Saya tahu waktu anda singkat dan anda perlu untuk melanjutkan. Apakah Iran siap membuka diskusi-diskusi yang luas dengan pemerintah Amerika Serikat? Apa yang Iran harapkan dari diskusi-diskusi seperti itu? Bagaimana anda melihat, di masa datang, resolusi pokok dari konflik antara pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah Iran?

AHMADINEJAD: Dari awal, kami menyatakan siap untuk bernegosiasi dengan semua negara. Sejak 28 tahun lalu, ketika revolusi kami berhasil dan kami mapan—kami mengambil kebebasan dan demokrasi yang dibatasi oleh suatu pemerintahan diktator yang pro-Barat, kami mengumumkan kesiapan kami. Selain dua negara, kami siap mempunyai hubungan bersahabat dengan semua negara di dunia. Salah satu dari dua negara itu adalah rezim apartheid Afrika Selatan, yang sudah lenyap, dan yang kedua adalah rezim Zionis. Untuk semua orang selain itu di seluruh dunia ini, kami menyatakan bahwa kami ingin mempunyai ikatan persahabatan.

Bangsa Iran adalah bangsa yang berbudaya. Ia merupakan karakter yang beradab. Ia menginginkan pembicaraan dan negosiasi baru. Kami percaya bahwa dalam negosiasi dan pembicaraan, segalanya dapat dipecahkan dengan sangat mudah. Kami tidak membutuhkan ancaman; kita tidak perlu mengarahkan bom atau meriam; kita tidak perlu memasuki konflik jika kita bicara. Kita mempunyai logika yang jelas tentang itu.

Kami mempertanyakan cara dunia ditata pada hari ini. Kami percaya bahwa penataan seperti sekarang tidak akan mengarah kepada perdamaian dan keamanan yang sehat bagi dunia, itulah cara yang dijalankan pada hari ini. Kami mempunyai solusi-solusi berdasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan dan hubungan-hubungan antar negara. Dengan pemerintah AS, juga, kami akan bernegosiasi. Kami tidak mempunyai masalah tentang itu, tentu saja di bawah keadaan yang adil dan dengan rasa salaing menghormati.

Anda lihat bahwa dalam rangka membantu keamanan Irak, kami telah melakukan tiga putaran pembicaraan dengan Amerika Serikat. Dan tahun lalu, sebelum datang ke New York, saya menyatakan siap, di Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk terlibat dalam sebuah debat dengan Mr. Bush, presiden Amerika Serikat, mengenai isu-isu internasional yang penting. Itu semua menunjukkan kita ingin berbicara, melakukan debat di hadapan publik dunia, di hadapan semua pendengar, sehingga kebenaran terungkapkan, sehingga kesalahpahaman dan mispersepsi dihilangkan, sehingga kita dapat menemukan alur yang jelas bagi hubungan-hubungan yang bersahabat. Saya berpikir jika pemerintah AS mengenyampingkan sebagian perilaku lamanya, maka ia dapat menjadi seorang teman yang baik bagi Iran, bagi bangsa Iran.

Selama 28 tahun, mereka secara konsisten mengancam kami, menghina kami, mencegah kemajuan ilmiah kami, setiap harinya di bawah satu dalih atau lainnya. Anda semua tahu Saddam, sang diktator itu, didukung pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa ketika menyerang Iran. Dan ia melancarkan perang delapan tahun, suatu peperangan yang jahat. Lebih daripada 200,000 orang Iran tewas dan lebih daripada 600,000 lainnya luka-luka karena perang itu. Ia (Saddam) menggunakan senjata-senjata kimia; ribuan rakyat Iran adalah korban-korban senjata-senjata kimia yang ia gunakan terhadap kami. Hari ini, Mr. Nobal Vinh (ph), yang adalah seorang wartawan, wartawan resmi, wartawan internasional, yang dulu meliput laporan PBB selama bertahun-tahun, adalah salah satu korban senjata-senjata kimia yang digunakan Irak terhadap kami.

Dan sejak itu, kami telah terus berada dalam propaganda yang berbeda-beda, seperti embargo-embargo, sanksi-sanksi ekonomi, dan sanksi-sanksi politik. Mengapa? Karena kami menyingkirkan seorang diktator? Karena kami menginginkan kebebasan dan demokrasi yang kami dapatkan untuk diri kami sendiri? Tetapi kami tidak bisa selalu berbicara. Kami berpikir bahwa jika pemerintah AS mengakui hak-hak rakyat Iran, menghormati semua negara, dan mengulurkan tangan persahabatan dengan semua orang Iran, mereka juga akan melihat bahwa Iran akan menjadi salah satu sahabat yang baik.

Apakah Anda izinkan saya untuk berterima kasih kepada para pendengar sebentar?

Baiklah, ada banyak hal yang saya ingin sampaikan, tetapi saya tidak ingin menyita waktu kalian lebih lama lagi. Saya ditanya, akankah saya mengizinkan fakultas dan mahasiswa Columbia di sini datang ke Iran? Dari panggung ini, saya mengundang para anggota fakultas dan mahasiswa Columbia di sini untuk berkunjung ke Iran, untuk berbicara dengan para mahasiswa kami. Kalian secara resmi telah diundang. (Tepuk tangan).

Kalian dinantikan untuk berkunjung ke universitas manapun yang kalian inginkan di Iran. Kami akan menyediakan bagi kalian daftar universitas. Ada lebih daripada 400 universitas di negeri kami, dan anda dapat memilih mana saja yang anda ingin kunjungi. Kami akan memberi kalian podium yang sesungguhnya. Kami akan menghormati kalian 100 persen. Kami akan meminta para mahasiswa kami untuk duduk dan mendengarkan kalian, berbicara dengan kalian, mendengar apa yang kalian harus katakan.

Sekarang ini, di universitas- universitas kami, sehari-harinya, ada ratusan pertemuan seperti ini. Mereka mendengar, mereka berbicara, mereka bertanya, dan mereka menyambutnya.

Pada akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Columbia University. Saya mendengar bahwa banyak politikus di Amerika Serikat yang dididik di Columbia University, dan banyak orang di sini yang percaya akan kebebasan berbicara, dalam percakapan-percakap an yang jelas dan terus terang; saya juga berterima kasih kepada para manajer di sini, di Amerika Serikat—di Columbia University, orang-orang yang mengatur pertemuan ini dengan sangat baik hari ini. Saya ingin menyampaikan terima kasih yang dalam kepada para anggota fakultas dan para mahasiswa di sini. Saya memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk menolong kita semua untuk bergandengan tangan dalam membangun perdamaian dan masa depan yang diisi dengan persahabatan, keadilan, dan persaudaraan. Semoga keberuntungan bagi segenap diri anda sekalian. (Tepuk tangan.)

MR. BOLLINGER: Saya mohon maaf jika jadwal Presiden Ahmadinejad membuatnya harus meninggalkan acara ini sebelum ia sempat menjawab banyak pertanyaan yang kita tanyakan atau serahkan. (Tertawa, tepuk tangan.) Tetapi menurut saya, kita semua bisa senang karena penampilannya di sini menunjukkan komitmen Columbia terhadap kebebasan ekspressi dan debat. Saya ingin berterima kasih kepada semua karena telah ikut ambil bagian. (Tepuk tangan.)

Terimakasih. (Diterjemahkan  oleh Irman Abdurrahman)

Diskusi & Debat Ahmadinejad di Columbia University


Moderator: John Coatsworth, Dekan Fakultas International and Public Affairs, Columbia University. Pengantar: Lee Bollinger, Presiden Columbia University, New York City, New York; Waktu: 24 September 2007.

PENGANTAR YANG KASAR DAN BIAS
MR. BOLLINGER: Saya akan memulai ini dengan berterima kasih kepada Dekan John Coatsworth dan Profesor Richard Bulliet atas kerja mereka mengorganisasikan acara ini dan atas komitmen mereka kepada Fakultas International and Public Affairs dan peranannya—(diinteru psi tepuk tangan)—dan atas peranannya dalam melatih para pemimpin masa depan dalam urusan-urusan dunia. Jika hari ini membuktikan sesuatu, maka terdapat kerja besar di hadapan kita. Ini hanyalah salah satu di antara banyak acara mengenai Iran yang akan berlangsung sepanjang tahun akademi ini, semuanya agar kita dapat memahami dengan lebih baik bangsa yang penting dan kompleks ini dalam konteks geopolitik kontemporer.

Sebelum berbicara secara langsung kepada Presiden Iran, saya mempunyai beberapa poin yang penting untuk digarisbawahi. Pertama, pada 2003, World Leaders Forum telah berhasil mengembangkan tradisi panjang Columbia dalam menyediakan forum utama bagi perdebatan yang sehat, khususnya dalan isu-isu global.

Kedua, bagi mereka yang percaya bahwa acara ini seharusnya tidak pernah terjadi, sehingga tidak sepantasnya bagi universitas untuk mengadakan acara seperti ini, saya ingin mengatakan bahwa saya memahami perspektif kalian dan menghargainya sebagai sesuatu yang masuk akal. Cakupan “free speech” dalam kebebasan akademik dalam dirinya sendiri selalu terbuka bagi perdebatan yang lebih jauh. Sebagaimana salah satu kutipan terkenal mengenai “free speech” mengatakan, “it is an experiment as all life is an experiment”. Saya ingin mengatakan, sejelas yang saya mampu, bahwa acara ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan, dan tentu saja ini dituntut oleh norma-norma yang ada tentang “free speech”, universitas Amerika, Columbia itu sendiri.

Ketiga, kepada mereka di antara kita yang merasa kecewa dan terluka akibat (acara) hari ini, saya atas nama semua menyatakan bahwa kami mohon maaf dan berkehendak untuk melakukan apa yang kami bisa untuk mengurangi rasa terluka itu.

Keempat, agar menjadi jelas tentang persoalan lain, bahwa acara ini tidak berhubungan sama sekali dengan hak apa pun dari si pembicara (Ahmadinejad) , tetapi hanya berkaitan dengan hak kita untuk mendengar dan berbicara. Kami melakukan ini demi diri kami sendiri. Kami melakukan ini dalam tradisi agung dari keterbukaan yang telah mendefinisikan bangsa ini selama berdekade-dekade hingga sekarang. Kita butuh memahami dunia tempat kita hidup, bukan malah mengabaikan kemuliaan-kemuliaannya ataupun takut akan ancaman-ancaman dan bahaya-bahayanya. Ini tidak konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui musuhnya—maafkan saya—ini konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui musuhnya, untuk memiliki keberanian emosional dan intelektual dalam menghadapi pikiran jahat, dan untuk mempersiapkan diri kita agar bertindak dengan perangai yang benar. Saat ini, argumen-argumen “kemerdekaan berbicara” tidak akan pernah terlihat menandingi kekuatan argumen-argumen lawannya, tetapi apa yang kita harus ingat adalah bahwa ini tepatnya karena “kemerdekaan berbicara” menuntut kita untuk melatih pengekangan diri yang luar biasa melawan dorongan-dorongan yang sangat alamiah tetapi seringkali kontraporduktif, yang membawa kita untuk mundur dari keterlibatan dengan gagasan-gagasan yang tidak kita benci dan takuti. Di sinilah, terletak kejeniusan ide “kemerdekaan berbicara” Amerika.

Terakhir, di universitas, kami mempunyai komitmen yang dalam dan kuat untuk mengejar kebenaran. Kita tidak mempunyai akses kepada kekuasaan, kita tidak bisa memutuskan perang atau damai, kita hanya dapat melahirkan pikiran, dan untuk melakukan hal ini, kita harus memiliki kebebasan pencarian yang paling luas.

Izinkan saya berpaling kepada Mr. Ahmadinejad.

Pertama, mengenai pemberangusan brutal terhadap para ilmuwan, wartawan-wartawan, pembela hak asasi manusia. Lebih daripada dua minggu yang lalu, pemerintah anda telah membebaskan Dr. Haleh Esfandiari dan Parnaz Azima, serta baru dua hari yang lalu, Kian Tajbakhsh, lulusan Columbia dengan gelar Ph.D di bidang perencanaan kota. Sementara masyarakat kami bergembira setelah tahu bahwa ia dibebaskan dengan jaminan, Dr. Tajbakhsh kini masih berada di Tehran dalam tahanan rumah, dan ia masih tidak mengetahui apakah ia akan didakwa dengan suatu tuduhan kejahatan atau akan diizinkan untuk meninggalkan Iran.

Izinkan saya mengatakan hal ini sebagai catatan, aku menyerukan kepada presiden hari ini untuk memastikan bahwa Kian akan bebas untuk bepergian ke luar Iran kapan pun ia mau. (Tepuk tangan.) Izinkan saya juga melaporkan pada hari ini bahwa kami menyampaikan tawaran kepada Kian untuk bergabung dengan fakultas kami sebagai profesor tamu di bidang perencanaan kota di sini, di almamaternya, di tingkat Sarjana pada Fakultas Arsitektur, Perencanaan, dan Pemeliharaan, dan kami berharap ia mampu bergabung dengan kami pada semester berikutnya. (Tepuk tangan.)

Penangkapan dan penahanan orang-orang Iran-Amerika ini untuk alasan yang tidak jelas bukan hanya tidak pada tempatnya, tetapi juga sepenuhnya melanggar nilai-nilai dasar yang juga mengizinkan pembicara hari ini untuk bahkan muncul di kampus ini, tetapi setidaknya mereka masih hidup.

Menurut Amnesty International, 210 orang telah dieksekusi di Iran sejauh ini pada tahun ini, 21 di antara mereka pada pagi 5 September. Jumlah keseluruhan tahunan ini meliputi dua orang anak, yang bukti lebih jauhnya dituliskan Human Rights Watch bahwa Iran tengah membawa dunia untuk mengeksekusi anak-anak.

Ada lagi. Iran telah menghukum gantung 30 orang pada Juli dan Agustus lalu dalam sebuah aksi represi terhadap usaha-usaha untuk menciptakan sebuah masyarakat yang lebih demokratis. Kebanyakan eksekusi ini dilaksanakan di muka umum, sebuah pelanggaran terhadap International Covenant of Civil and Political Rights, di mana Iran adalah salah satu pihak peratifikasi. Eksekusi-Eksekusi tersebut dan yang lainnya bersamaan waktunya dengan pemberangusan yang lebih luas terhadap para aktivis mahasiswa dan akademisi-akademisi yang dituduh berupaya memprovokasi sesuatu yang disebut “revolusi halus”. Hal ini termasuk memenjarakan dan memaksa pensiun para ilmuwan. Seperti Dr. Esfandiari katakan dalam sebuah wawancara sejak pembebasannya, dia ditahan dalam kamar isolasi selama 105 hari karena pemerintah Iran percaya bahwa Amerika Serikat sedang merencanakan sebuah “revolusi beludru” di Iran.

Dalam ruangan yang sama ini; tahun lalu kita mempelajari sesuatu mengenai “revolusi beludru” dari Vaclav Havel, dan kami mungkin mendengar hal yang sama dari pembicara World Leaders Forum kita malam ini, Presiden Michelle Bachelet dari Chili. Kedua kisah mereka yang luar biasa mengingatkan kita bahwa tidak ada cukup penjara untuk mencegah suatu masyarakat yang menginginkan kebebasannya.

Kami di universitas ini belum malu untuk memprotes tantangan—dan menantang kegagalan-kegagalan pemerintah kami sendiri untuk hidup di atas nilai-nilai kami, dan kami tidak akan malu untuk mengkritik negara anda. Marilah kita perjelas di permulaan. Mr. Presiden, anda memperlihatkan semua tanda dari seorang diktator yang kejam lagi picik. Dengan demikian, saya bertanya kepada anda—(tepuk tangan)—dengan demikian daya bertanya kepada anda, mengapa wanita, para anggota sekte Baha’i, kaum homoseks, dan begitu banyak rekan kerja akademik kami menjadi target penganiayaan di dalam negeri anda? Mengapa, dalam sebuah surat minggu lalu kepada Sekretaris Jenderal PBB, Akbar Ganji, oposan politik Iran ternama, dan lebih daripada 300 kaum intelektual publik, para penulis, dan penerima Nobel menyatakan keprihatinan yang serius bahwa pertentangan anda dengan Barat telah mengacaukan perhatian dunia dari kondisi-kondisi yang tak dapat ditoleransi lagi di dalam rezim anda di Iran, khususnya penggunaan “hukum pers” yang melarang para penulis untuk mengkritik sistim yang sedang berkuasa? Mengapa anda takut kepada warga Iran yang menyuarakan pendapat-pendapat mereka bagi perubahan?

Di dalam negeri kami, anda diwawancarai oleh media kami dan diminta untuk berbicara di sini pada hari ini. Dan sementara para rekan kerja saya di fakultas hukum—Mikhael Dorf, salah satu rekan kerja saya, berkata kepada Radio Free Europe, para pemirsa di Iran beberapa saat lalu mengenai “kebebasan berbicara” di negeri ini—saya mengusulkan lebih jauh kepada anda agar mengizinkan saya memimpin sebuah delegasi dari para mahasiswa dan fakultas dari Columbia untuk berbicara di universitas-universitas anda mengenai “kemerdekaan berbicara” dengan kebebasan yang sama yang kita upayakan bagi anda hari ini. (Tepuk tangan.)

Kedua, pengingkaran terhadap Holocaust. Suatu hari pada Desember 2005 dalam sebuah acara siaran televisi negara, anda menggambarkan Holocaust sebagai sebuah “legenda yang dibuat-buat”. Satu tahun kemudian, anda mengadakan suatu konferensi dua hari yang menghimpun para pemungkir Holocaust. Bagi orang awam dan bodoh, ini adalah propaganda yang berbahaya.

Ketika anda datang ke tempat seperti ini, maka hal ini membuat anda sungguh menggelikan. Anda provokatif dengan angkuhnya ataukah secara mengejutkan tidak berpendidikan. Anda perlu tahu—(tepuk tangan)— bahwa Columbia adalah pusat dunia dalam studi-studi Yahudi—dan sekarang tengah dalam kemitraan dengan Institut of Holocaust Studies.

Sejak 1930-an, kami menyediakan perlindungan intelektual bagi pengungsi-pengungsi Holocaust yang tak terhitung banyaknya, para orang yang selamat, dan anak-anak serta cucu-cucu mereka. Kebenarannya adalah bahwa Holocaust adalah peristiwa yang paling terdokumentasikan dalam sejarah manusia. Karena inilah, dan karena banyak alasan lainnya, komentar-komentar anda yang absurd mengenai debat seputar Holocaust telah mengingkari kebenaran sejarah dan membuat kita semua terus merasa takut akan kapasitas umat manusia bagi tertutupnya memori akan hal ini, yang semestinya selalu berada dalam garis depan pertahanan. Apakah anda akan menghentikan hal yang menyakitkan hati ini?

Penghancuran Israel. Dua belas hari yang lalu anda berkata bahwa negara Israel tidak bisa melanjutkan hidupnya. Hal ini menggemakan sejumlah pernyataan provokatif yang anda sampaikan pada dua tahun yang lalu, termasuk pada Oktober 2005, ketika anda berkata Israel itu “harus hapus dari peta”. Columbia mempunyai lebih daripada 800 alumni yang sekarang tinggal di Israel. Sebagai sebuah institusi, kami mempunyai ikatan yang dalam dengan para kolega kami di sana. Saya secara pribadi sudah berbicara—secara pribadi, saya sudah angkat bicara dalam terminologi yang paling kuat untuk melawan proposal-proposal boikot terhadap akademisi Israel, seraya mengatakan boikot-boikot seperti itu mungkin juga mencakup Columbia. (Tepuk tangan.)

Lebih daripada 400—lebih daripada 400—kolega dan presiden universitas di negeri ini sudah bergabung dalam pernyataan tersebut. Pertanyaan saya kemudian adalah, apakah Anda bermaksud menghapus kami dari peta juga? (Tepuk tangan.)

Mendanai terorisme: Menurut laporan-laporan dari Council on Foreign Relations, adalah terdokumentasikan dengan baik bahwa Iran adalah negara sponsor teror yang mendanai kelompok-kelompok kejam seperti Hizbullah Lebanon, yang Iran bantu pendiriannya pada 1980-an, Hamas Palestina dan Jihad Islam. Pemerintah anda kini menggerogoti pasukan Amerika di Irak dengan membiayai, mempersenjatai, dan menyediakan tempat yang aman kepada para pemimpin pemberontak seperti Muqtada al-Sadr dan tentaranya. Terdapat sejumlah laporan bahwa pemerintah anda juga terlibat dalam usaha-usaha Suriah untuk mendestabilisasi pemerintah Lebanon melalui kekerasan dan pembunuhan politik.

Pertanyaan saya adalah: Kenapa anda mendukung organisasi-organisasi teroris yang terus menghantam perdamaian dan demokrasi di Timur Tengah, menghancurkan hidup dan masyarakat sipil di kawasan?

Perang proksi melawan pasukan Amerika Serikat di Irak—dalam sebuah pengarahan singkat di hadapan National Press Club, Jenderal David Petraeus melaporkan bahwa senjata-senjata yang datang dari Iran, termasuk 240 millimeter roket dan proyektil-proyektil peledak, berkontribusi kepada “suatu serangan-serangan canggih yang sama sekali tidak akan mungkin tanpa dukungan Iran.” Sejumlah lulusan Columbia dan para mahasiswa ada di antara para anggota militer kami yang pemberani, yang sedang bertugas di Irak dan Afghanistan. Mereka, seperti orang Amerika lainnya dengan putra, putri, ayah, suami, dan istri yang bertugas pertempuran, benar-benar melihat pemerintah anda sebagai musuh.

Dapatkah anda mengatakan kepada mereka dan kami mengapa Iran berperang dalam sebuah perang proksi di Irak dengan mempersenjatai milisi Syiah yang menargetkan dan membunuh pasukan AS?

Dan akhirnya program nuklir Iran dan sanksi-sanksi internasional: Minggu ini, Dewan Keamanan PBB sedang membahas sanksi-sanksi yang diperluas untuk ketiga kalinya, karena penolakan pemerintah anda untuk menghentikan program pengayaan uranium. Anda terus menentang lembaga dunia ini dengan mengklaim suatu hak untuk mengembangkan pembangkit tenaga nuklir yang damai, tetapi hal ini nyaris tidak bisa menghadapi pengawasan ketika anda terus mengeluarkan ancaman-ancaman militer kepada tetangga-tetangga. Minggu lalu, Presiden Prancis, Sarkozy, menjelaskan kesabarannya yang hilang dengan taktik tarik-ulur anda, dan bahkan Rusia dan Cina sendiri sudah menunjukkan keprihatinan.

Mengapa negara Anda terus menolak untuk tunduk kepada standar-standar internasional bagi verifikasi senjata nuklir, terus membangkang terhadap persetujuan-persetujuan yang telah anda buat dengan lembaga nuklir PBB? Dan mengapa anda memilih untuk membuat orang-orang di negara anda menjadi rentan disebabkan dampak sanksi-sanksi ekonomi internasional, dan mengancam untuk menelan dunia dalam pembasmian nuklir? (Tepuk tangan.)

Izinkan saya menutup dengan sebuah komentar. Terus terang—saya tutup dengan komentar ini secara terus terang dan dalam semua kejujuran, Mr. Presiden, saya ragu bahwa anda memiliki keberanian intelektual untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Tetapi kalaupun anda menghindar, maka akan dengan sendirinya hal itu menjadi penuh arti bagi kami. Saya sungguh mengharapkan anda untuk memperlihatkan pola pikir yang fanatik yang mengkarakterisasi sangat banyak dari apa yang anda kata dan lakukan. Untungnya, saya diberitahu oleh para ahli tentang negara Anda bahwa hal ini hanya akan mengikis lebih jauh posisi anda di Iran, dengan banyak warga negara yang berhati baik dan cerdas di sana.

Setahun yang lalu, saya diberitahu oleh sumber terpercaya, bahwa pernyataan-pernyataan anda yang absurd dan menyerang di negeri ini, seperti ketika dalam pertemuan di Council on Foreign Relations, sangat mempermalukan warga Iran yang rasional sehingga hal ini mengarah kepada kekalahan partai anda dalam pemilu-pemilu walikota. Semoga ini melakukan hal itu dan lebih lagi. (Tepuk tangan.)

Saya hanya seorang profesor, yang juga seorang presiden universitas. Dan hari ini, saya merasakan bahwa semua beban dunia peradaban modern hendak mengekspresikan penolakan terhadap apa yang anda yakini. Saya hanya berharap dapat melakukannya secara lebih baik. Terima kasih. (Bersorak, tepuk tangan.)

MR. COATSWORTH: Terima kasih, Lee. Pembicara utama kita hari ini adalah Yang Mulia Presiden Republik Islam Iran, Mr. Mahmoud Ahmadinejad. Mr. Presiden. (Tepuk tangan.)

PENERJEMAH: Presiden sedang membacakan ayat- ayat al-Quran dalam bahasa Arab. (tidak diterjemahkan.)

PRESIDEN AHMADINEJAD: Ya, Allah, segerakan kedatangan Imam Mahdi dan anugerahinya kesehatan serta kemenangan yang baik, dan jadikanlah kami para pengikutnya dan mereka yang menyatakan kesetian kepadanya.

Dekan yang terhormat, para profesor dan para mahasiswa yang tersayang, tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Terutama sekali, saya berniat menyampaikan salam saya kepada segenap Anda. Saya mengucap syukur kepada Allah karena telah menyediakan saya peluang untuk berada di sebuah lingkungan yang akademis, yang mencari kebenaran dan memperjuangkan perkembangan sains dan pengetahuan.

Terutama sekali, saya ingin mengajukan keluhan sedikit mengenai orang yang membacakan pernyataan politik ini (Lee Bollinger, Presiden Columbia University) terhadap saya. Di Iran, tradisi menuntut bahwa ketika kami meminta seseorang datang sebagai pembicara, maka kami akan benar-benar menghormati para mahasiswa dan para profesor kami dengan membiarkan mereka untuk membuat penilaian mereka sendiri, dan kami tidak berpikir bahwa penilaian itu diperlukan sebelum pidato sang pembicara diberikan—(tepuk tangan).

Menurut saya, teks yang dibacakan oleh tuan di sini (Lee Bollinger), lebih daripada sekedar berbicara kepada saya, merupakan suatu penghujatan terhadap informasi dan pengetahuan para pendengar di sini, yang hadir di sini. Dalam sebuah lingkungan universitas, kita harus membiarkan orang mengatakan pikiran mereka, mengizinkan setiap orang untuk berbicara sehingga kebenarannya pada akhirnya terungkapkan secara keseluruhan. Nyaris saja ia (Lee Bollinger) mengambil lebih banyak waktu yang sebenarnya dialokasikan untuk saya berbicara. Dan hal itu tidak menjadi persoalan bagi saya. Kami hanya akan meninggalkan hal itu sebagai tambahan bersama klaim-klaim penghormatan “kebebasan berbicara” yang diberikan kepada kami di negeri ini.

Dalam banyak bagian dari pidatonya, terdapat banyak hinaan dan klaim yang salah, sayang sekali. Tentu saja, saya berpikir bahwa ia telah dipengaruhi oleh pers, media, dan arus politik mainsteram, yang menentang butir dasar dari kebutuhan akan perdamaian dan stabilitas di dunia sekitar kita. Meskipun begitu, saya mestinya tidak mulai dengan dipengaruhi oleh perlakuan yang tidak ramah ini.

Saya akan berkata kepada anda apa yang harus saya katakan, dan kemudian pertanyaan-pertanyaan yang ia munculkan akan dengan senang saya sediakan jawabannya. Tetapi terhadap salah satu isu yang ia munculkan, saya hampir pasti akan butuh untuk mengelaborasi secara lebih lanjut sehingga kita untuk diri kita sendiri dapat melihat bagaimana berbagai hal itu pada dasarnya bekerja.

Adalah keputusan saya di dalam forum dan pertemuan yang berharga ini untuk berbicara dengan anda tentang pentingnya pengetahuan, informasi, dan pendidikan. Akademisi dan ilmuwan adalah obor-obor yang bersinar, yang menumpahkan cahaya untuk menghilangkan kegelapan dan kerancuan di sekitar kita dalam memandu umat manusia ke luar dari ketidaktahuan dan kebingungan. Kunci kepada pemahaman realitas di sekitar kita ada di dalam tangan-tangan peneliti-peneliti, mereka yang berupaya mengungkap area-area tersembunyi, sains-sains yang tak dikenal. Jendela realitas yang mereka dapat buka baru tercapai hanya jika melalui usaha-usaha para ilmuwan dan orang-orang yang terpelajar di dunia ini. Dengan setiap usaha, ada sebuah jendela yang dibuka dan satu kenyataan pun ditemukan.

Kapan pun kualitas moral yang tinggi dari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dijaga dan martabat para ilmuwan serta peneliti dihormati, maka manusia telah mengambil langkah-langkah besar ke arah perkembangan material dan rohani mereka. Sebaliknya, kapan pun orang-orang terpelajar dan pengetahuan telah diabaikan, maka manusia sudah terdampar di dalam kegelapan kebodohan dan kealpaan. Jika bukan karena naluri manusia, yang cenderung ke arah penemuan berkesinambungan dari kebenaran, maka manusia pasti akan selalu terdampar di dalam ketidaktahuan dan sama sekali tidak pasti dalam menemukan bagaimana cara memperbaiki hidup yang dianugerahkan kepadanya. Sifat alamiah manusia, pada kenyataannya, merupakan anugerah Allah kepada kita semua. Yang Mahakuasa membimbing manusia ke dalam dunia ini dan menganugerahinya kebijaksanaan dan pengetahuan, yang menjadikannya mengetahui Tuhannya.

Dalam kisah Adam, sebuah percakapan terjadi antara Tuhan dengan para malaikat-Nya. Para malaikat menyebut manusia sebagai makhluk yang tidak kenal ampun dan ambisius dan memprotes penciptaannya, tetapi Tuhan menjawab, “Aku mempunyai pengetahuan dari apa yang kalian tidak berpengetahuan tentangnya.” Lalu Tuhan mengatakan kepada Adam perihal kebenaran, dan atas perintah Tuhan, Adam mengungkapkannya kepada para malaikat. Para malaikat tidak bisa memahami kebenaran seperti yang diungkapkan manusia. Yang Mahakuasa berkata kepada mereka, “Tidakkah aku berkata bahwa aku menyadari apa yang tersembunyi di langit dan di bumi?” Dengan cara ini, para malaikat bersujud di hadapan Adam.

Dalam misi semua nabi Ilahi, khotbah pertama berasal dari kata-kata Allah, dan kata-kata itu, “kesalehan”, “iman”, dan “kebijaksanaan” telah disebarkan kepada semua umat manusia. Demi memandu nabi suci Musa as, Allah berfirman, “Dan ia diajar kebijaksanaan, buku ilahi…Ia adalah nabi yang dipilih demi anak-anak Israel, dan saya benar-benar membawa suatu tanda dari Yang Mahakuasa.” Kata-kata pertama yang diwahyukan kepada Nabi suci Islam menyeru kepada Nabi saw untuk membaca, “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu, yang menciptakan.” Yang Mahakuasa kembali berfirman, “yang mengajar manusia dengan pena. ” “Allah mengajar manusia apa yang mereka tidak berpengetahuan tentangnya.”

Anda lihat di dalam ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Islam yang kudus, kata-kata membaca, mengajar, dan pena disebutkan. Ayat-ayat ini sesungguhnya memperkenalkan Allah sebagai guru umat manusia, guru yang mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui. Dan bagian lain dari—(kata tidak dapat didengar)—mengenai misi Nabi kudus Islam—disebutkan bahwa Yang Mahakuasa menetapkan seseorang dari antara rakyat biasa sebagai nabi mereka agar, “Bacakan bagi mereka ayat-ayat ilahi.” “Dan memurnikan mereka dari pencemaran-pencemaran etis dan ideologis.” “Untuk mengajar mereka kitab dan kebijaksanaan ilahi.”

Sahabat-sahabat yang terhormat, semua kata dan pesan dari para nabi ilahi, sejak Ibrahim dan Ishak dan Yakub hingga Daud dan Sulaiman dan Musa hingga Yesus dan Muhammad, telah menyelamatkan manusia dari ketidaktahuan, kealpaan, takhyul-takhyul, perilaku yang tak pantas, dan cara pikir yang merusak dengan penghormatan kepada pengetahuan dan jalan menuju pengetahuan, cahaya, dan etika yang benar. Dalam kultur kami, kata ilmu sudah digambarkan sebagai “iluminasi”. Sebenarnya, “ilmu” bermakna “terang” dan ilmu sejati adalah ilmu yang menolong manusia dari ketidaktahuan untuk kemanfaatan diri. Dalam sebuah definisi ilmu yang diterima secara luas, dinyatakan bahwa ia adalah cahaya yang disimpan ke dalam hati mereka yang telah terpilih oleh Allah; oleh karena itu, menurut definisi ini, ilmu adalah anugerah ilahi, dan hati adalah tempat di mana ia berada.

Jika kita menerima bahwa “ilmu” bermakna “iluminasi”, maka lingkupnya akan melebihi sains eksperimental, dan ia meliputi realitas yang disingkapkan dan yang tersembunyi. Salah satu kejahatan utama yang dihantamkan terhadap ilmu adalah dengan membatasinya hingga pada sains-sains eksperimental dam eksakta; kejahatan ini terjadi meskipun ia terus meluas melebihi lingkup ini.

Realitas-realitas dunia tidak dibatasi pada kenyataan-kenyataan fisik. Dan, materi itu hanyalah bayangan dari realitas-realitas yang lebih tinggi, dan ciptaan fisik hanyalah salah satu kisah tentang penciptaan dunia. Manusia hanyalah satu contoh dari ciptaan yang merupakan kombinasi dari material dan roh.

Dan poin penting lain adalah hubungan ilmu dengan kesucian jiwa, hidup, perilaku, dan etika manusia. Dalam ajaran nabi ilahi, satu realitas akan selalu terikat dengan ilmu. Realitas kemurnian jiwa dan perilaku baik, pengetahuan dan kebijaksanaan adalah realitas murni dan jelas. Ilmu adalah cahaya. Ia merupakan pengungkapan kenyataan, dan hanya ilmuwan dan peneliti yang murni, bebas dari ideologi-ideologi yang salah, takhyul-takhyul, egoisme, dan jebakan-jebakan material yang dapat mengungkapkan realitas.

Sahabat-sahabat terhormat, ilmu dan kebijaksanaan dapat juga disalahgunakan, suatu penyalahgunaan yang disebabkan oleh egoisme, korupsi, hasrat material, dan kepentingan material, seperti juga minat individu dan kelompok. Hasrat material menempatkan manusia berhadapan dengan kenyataan-kenyataan dunia ini. Manusia yang terkorupsi menolak menerima kenyataan, dan bahkan jika mereka sungguh menerimanya, mereka tidak akan mematuhinya.

Terdapat banyak ilmuwan yang menyadari realitas tetapi tidak menerimanya. Egoisme mereka tidak membiarkan mereka untuk menerima realitas itu. Apakah mereka yang dulu, dalam perjalanan sejarah manusia, menggelar peperangan tidak memahami realitas bahwa hidup, hak milik, kehormatan, wilayah-wilayah, dan hak-hak manusia harus dihormati? Atau, apakah mereka memahaminya tetapi tidak mempunyai iman untuk menaatinya?

Sahabat-sahabat yang terhormat, sepanjang jiwa manusia tidak bebas dari kebencian, iri hati, dan egoisme, maka ia tidak menaati kebenaran oleh kekuatan penerangan ilmu dan ilmu itu sendiri. Ilmu adalah cahaya dan para ilmuwan harus tulus dan saleh. Jika umat manusia mencapai tingkat pengetahuan rohani dan fisik yang paling tinggi, tetapi para ilmuwannya bukanlah pribadi-pribadi yang tulus, maka pengetahuan ini tidak bisa melayani kepentingan umat manusia, dan beberapa dampak pun dapat terjadi.

Pertama, para pelanggar hanya mengungkapkan sebagian realitas yang tentu saja hanya bermanfaat bagi mereka sendiri dan merahasiakan sisanya, seperti yang pernah kita saksikan berkenaan dengan ilmuwan-ilmuwan agama pada masa lalu. Sayangnya, hari ini kita melihat para peneliti dan ilmuwan tertentu itu masih menyembunyikan kebenaran dari orang-orang. Kedua, para ilmuwan dan saintis disalahgunakan bagi kepentingan pribadi, kelompok, atau pihak tertentu. Jadi, di dunia hari ini, kekuatan-kekuatan yang berkuasa sedang menyalahgunakan banyak ilmuwan di dalam bidang-bidang yang berbeda, dengan tujuan melucuti banyak bangsa dari kekayaan mereka. Dan mereka menggunakan setiap peluang hanya untuk kemanfaatan mereka sendiri.

Sebagai contoh, mereka menipu orang-orang dengan menggunakan metode dan perangkat ilmiah. Mereka, sesungguhnya, ingin menjustifikasi pelanggaran-pelanggaran mereka sendiri, meskipun dengan menciptakan musuh-musuh yang tak eksis, misalnya, dan menciptakan atmosfer yang tidak aman. Mereka berupaya untuk menguasai setiap hal atas nama memerangi ketidakamanan dan terorisme. Mereka bahkan melanggar kebebasan-kebebasan individu dan sosial di dalam negeri mereka sendiri dengan dalih tersebut. Mereka tidak menghormati privasi rakyat mereka sendiri. Mereka menyadap percakapan telepon dan berupaya untuk mengendalikan rakyat mereka. Mereka menciptakan atmosfer psikologis yang menggelisahkan untuk menjustifikasi tindak-tindak provokasi perang mereka di bagian-bagian benua yang berbeda.

Sebagai contoh lain, dengan menggunakan metode dan perencanaan yang “akurat”, mereka memulai seranganan gencar mereka terhadap kultur-kultur domestik dari banyak bangsa, kultur-kultur yang merupakan hasil dari ribuan tahun interaksi, kreativitas, dan aktivitas artistik bangsa-bangsa bersangkutan. Mereka mencoba untuk menghapuskan kultur-kultur tersebut demi memisahkan orang-orang dari identitas mereka dan mengamputasi ikatan mereka dengan sejarah dan nilai-nilai mereka sendiri. Mereka mempersiapkan landasan untuk menelanjangi orang-orang dari kekayaan rohani dan material mereka dengan menanamkan kepada mereka perasaan terintimidasi, hasrat untuk imitasi, dan semata-mata konsumsi, serta tunduk kepada kekuatan-kekuatan yang menindas.

Membuat bom nuklir, senjata kimia dan biologi serta senjata-senjata pemusnah massal adalah hasil lain dari penyalahgunaan ilmu dan riset oleh kekuatan-kekuatan besar. Tanpa kooperasi dari para ilmuwan dan saintis tertentu, maka kita tidak akan menyaksikan produksi senjata nuklir, kimia, dan biologi yang berbeda-beda. Apakah senjata-senjata ini untuk melindungi keamanan global? Apa yang bisa dicapai senjata nuklir bagi umat manusia? Jika perang nuklir terjadi di antara dua kekuatan nuklir, apa bencana kemanusiaan yang akan berlangsung? Dewasa ini, kita dapat menyaksikan efek-efek nuklir, bahkan pada generasi-generasi baru penduduk Nagasaki dan Hiroshima yang mungkin merupakan saksi bagi generasi-generasi yang akan datang. Segera, efek penggunaan uranium dalam senjata-senjata sejak permulaan perang di Irak dapat diuji dan diselidiki secara seksama. Bencana-bencana ini terjadi hanya ketika para ilmuwan disalahgunakan oleh kekuatan-kekuatan penindas.

Poin lain dari rasa duka ini adalah beberapa kekuatan besar menciptakan monopoli atas sains dan mencegah negara-negara lain dalam mencapai pengembangan ilmiah yang sama. Hal ini, juga, adalah salah satu kejutan pada masa kita. Beberapa kekuatan besar tidak ingin melihat kemajuan dan perkembangan masyarakat-masyarak at dan negara-negara lain. Mereka berdalih dengan ribuan alasan, melemparkan tuduhan tanpa bukti, memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi untuk mencegah bangsa-bangsa lain dari perkembangan dan percepatan. Semua itu merupakan hasil keberjarakan mereka dari nilai-nilai kemanusiaan, nilai moral, dan ajaran nabi ilahi. Dengan sangat menyesal, mereka belum terlatih untuk melayani umat manusia. (Bersambung)