Mengapa Makam Fatimah Azzahra Dirahasiakan?



Tarikh ini dicatat dalam catatan-catatan lintas mazhab, utamanya dalam Syi’ah dan Sunni, baik dari kalangan muhaddits hingga para sejarawan yang semasa atau yang hidup di jaman berikutnya. Memang, ada satu kejanggalan, ketika mayoritas ummat Islam barangkali tidak pernah bertanya ‘di mana gerangan makam Fatimah Azzahra as?’ Tetapi, marilah kita mulai saja bahasan ini.

Sebuah rombongan (kafilah) kecil yang terdiri dari orang-orang yang setia dan patuh pada Rasulullah tampak berjalan gontai. Segukan tangis lirih yang terasa mengiris-iris hati yang pilu terdengar dari mereka. Wajah-wajah mereka lusuh tertunduk tersembunyi dalam tutup-tutup kepala yang jatuh menaungi kepala-kepala mereka.  

Rombongan (kafilah takziah) itu berjalan tanpa mengeluarkan bunyi berarti ke sebuah tempat sunyi yang khusus untuk menguburkan salah seorang manusia suci yang mereka cintai. Mereka berjalan dalam kegelapan malam pada bulan Jumadil Tsani, hari ketiga di tahun 11 Hijriah. Rombongan itu menyusuri jalan-jalan kota Madinah. Terasa segar dalam ingatan, baru beberapa lama lewat mereka melakukan hal yang sama untuk manusia suci lainnya, Muhammad Al-Mustafa. Sekarang giliran puterinya yang tercinta, Fatimah Az-Zahra (as).

Dalam rombongan itu ada anak-anak dengan ayah mereka beserta teman-teman dekat dari sang ayah. Mereka semua berjalan dalam kebisuan dan kesabaran. Pada wajah-wajah mereka tampak kepasrahan dan keridhoan akan apa yang telah menimpa mereka selama beberapa hari ini. Akan tetapi meskipun begitu, sesekali masih terdengar tangis yang tertahan di tenggorokan, meski air mata yang mengucur deras dengan tangisan yang lirih sekali hampir tak terdengar, seakan ingin menyembunyikan kepedihan yang telah menimpa mereka agar tidak ada orang yang mendengar mereka di kegelapan malam, karena memang mereka tidak ingin seorangpun tahu di kota Madinah itu bahwa mereka sedang melakukan sebuah perbuatan yang akan direkam baik oleh sejarah.

Seorang ayah yang tadi disebutkan di atas ialah Imam Ali (as), sementara anak-anak yang turut bersamanya ialah putera-puterinya. Ada Imam Hasan (as) di sana, ada Imam Husain (as), ada Zainab, dan ada Umm Kultsum yang berjalan gontai dalam kebisuan di belakang ayahnya. Bersama mereka ada para sahabat pilihan yang sangat setia kepada Nabi saw, baik ketika Nabi masih hidup atau ketika sudah wafat. Mereka adalah Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir, Miqdad al-Aswad, dan Salman Al-Farisi.

Ketika setiap mata dari penduduk Madinah tertutup, ketika tak ada suara sedikitpun dari mereka, rombongan surga itu meninggalkan rumah Imam Ali (as) membawa usungan tandu berisi jenazah suci dari puteri sang Nabi, Fatimah Az-Zahra (sa). Anak-anaknya sekarang mengantar jenazah ibunya itu ke sebuah pemakaman yang sunyi yang sudah ditentukan. Akan tetapi di manakah ribuan penduduk kota Madinah yang seharusnya ada di tempat?

Ketika iringan pengantar jenazah puteri Nabi itu lewat, mengapa tak seorangpun dari mereka datang melawat? Mengapa pemakamannya dilangsungkan pada saat dianggap sangat tidak tepat? Mengapa pemakaman itu harus dilangsungkan di kegelapan malam yang pekat?

Sayyidah Fatimah Az-Zahra (sa) memang merencanakan itu semua sebelum wafatnya, dan telah memberi wasiat kepada Imam Ali bin Abi Thalib as agar para penduduk kota Madinah itu tidak datang ke pemakamannya. Ia ingin dikuburkan pada malam hari dan ingin agar kuburannya disembunyikan dari pengetahuan penduduk kota Madinah.

Ada kesunyian dan keheningan yang mencekam di sana, namun tiba-tiba terdengar tangisan agak keras dan parau memecah kesunyian tersebut. Tangisan itu datang dari pahlawan padang pasir yang musuh manapun pasti akan ngeri dan menyingkir saat berhadapan dengannya. Tapi tangisan itu tiba-tiba terdengar lebih keras seakan ingin menuntaskan rasa penasaran, setelah sebelumnya berusaha ditahan sekuat tenaga dan perasaan.

Sang pahlawan itu berkata dalam tangisannya:  “Ya, Rasulullah! Salam bagimu, wahai kekasihku. Salam dariku dan dari puterimu yang sekarang ini akan datang kepadamu dan ia sangat bergegas meninggalkanku untuk sampai kepadamu. Ya, Rasulullah, rasa luluh lantak terasa pada diriku dan rasa lemah tak berdaya telah menggerogoti diriku. Itu tak lain karena engkau dan puterimu telah meninggalkanku. Tapi aku sadar semua ini milik Allah dan kepadaNyalah segala sesuatu itu kembali (Al-Qur’an Surah Albaqarah [2] Ayat 156).

Semua yang telah dititipkan itu akan diambil kembali. Semua yang pernah kita miliki itu akan diambil lagi oleh pemiliknya yang sejati. Sementara itu, kepedihan dan kesedihan Imam Ali sang washinya Muhammad saw itu, tetap bersemayam dalam dirinya, baik siang maupun malam.

Tak ada batasan yang jelas bagi Imam Ali kapan ia bersedih dan kapan ia terbebas dari kesedihannya itu. Kepergian dua orang yang dicintainya sangat mengguncang dirinya. Perasaan itu akan tetap pada dirinya hingga dirinya nanti bertemu lagi dengan yang dicintainya, yaitu pada hari dimana ia dipanggil oleh Allah untuk menghadapNya.

Imam Ali kembali mengadu kepada Rasulullah dalam rintihan yang lirih: ”Ya, Rasulullah, puterimu pastilah akan mengadukan kejadian yang sedang menimpa umat ini. Puterimu ingin umat ini bersatu kembali. Puterimu ingin agar engkau datang kembali agar bisa mempersatukan umat yang sudah bercerai berai ini. Dan engkau nanti akan bertanya padanya secara rinci. Engkau akan bertanya mengapa umat ini menentang keluarga Nabi. Mengapa mereka mengkhianati apa-apa yang telah ditentukan oleh Nabi. Dan mengapa mereka melakukan hal ini, padahal kematianmu itu baru saja terjadi dan umat masih merasakan kejadian ini! Salam untuk kalian berdua! Salam perpisahan dariku yang sedang berduka bukan dariku yang telah tak suka kepada kalian berdua. Kalau aku pergi dari pusara kalian, itu bukan karena aku merasa bosan kepada kalian. Dan kalau aku berlama-lama di pusara kalian, itu bukan karena aku tak lagi percaya dengan kuasa Tuhan dan apa yang telah Tuhan janjikan kepada orang-orang yang tengah ditimpa kepedihan.”

Setelah menguburkan Fatimah Az-Zahra (as), rombongan berisi keluaga dekat Nabi dan para sahabat pilihannya itu pun segera bergegas kembali ke rumahnya masing- masing, sehingga tidak ada satu orangpun di kota Madinah yang tahu di mana Fatimah Azzahra as dikuburkan (dimakamkan).

Sesampainya mereka di rumah, anak-anak dengan segera sadar bahwa mereka telah ditinggalkan oleh ibunya. Mereka merasakan kesepian yang mencekik. Imam Ali segera menghibur mereka supaya kesedihan tak terlalu larut membawa pikiran mereka. Akan tetapi memang pada kenyataannya hal itu tidak mudah dilakukan. Imam Ali mencoba menenangkan diri mereka dan kemudian ia sendiri masuk ke dalam kamar dan kemudian larut dalam tangisan yang sendu. Sang pahlawan Badar, Uhud, Khaybar, Khandaq dan beberapa perang lainnya itu merasakan kelelahan yang luar biasa dalam menahan kepedihan dan akhirnya ia lampiaskan dalam tangisan. Tangisan karena rasa cinta dan kehilangan, bukan tangisan manja dan penuh keputus-asaan.

Mereka semua telah melalui serangkaian kejadian yang menyesakkan sepeninggal Rasulullah. Pengangkatan Imam Ali sebagai khalifah yang hak dan yang sesungguhnya, pemimpin dalam agama dan masyarakat atau pemimpin ummat sebagai Imam sekaligus pemegang hak kekhalifahan yang dicuri saat beliau dan keluarganya sedang memakamkan Rasulullah, dan washi (sebagai pengemban wasiatnya) Muhammad saw di Ghadir Khum telah dilupakan secara sengaja oleh banyak orang, ketika sebagian sahabat tergiur kekuasaan untuk menjadi khalifah.

Tanah Fadak warisan Rasulullah pun sudah dirampas semasa Abu Bakar berkuasa. Rumah mereka telah diserang oleh para utusan khalifah pertama demi memaksakan bai’at bagi ke-Khalifahan Abu Bakar. Pintu rumah keluarga Nabi yang dibakar itu pun menimpa Fatimah Az-Zahra as —pintu itu mematahkan beberapa tulang iganya dan menggugurkan kandungannya. Isteri sang Imam harus terbaring sakit di ranjangnya selama beberapa hari setelah itu, terbaring sendirian dan terisolasi dari dunia luar dan kemudian meninggal dalam kepedihan yang menyesakkan!

Malam hari itu, setiap anak terpaksa saling menghibur untuk meredakan kesedihan mereka. Mereka berkumpul dalam satu kamar dan tidur kelelahan, sungguh memang hari-hari yang berat akan masih menyambangi mereka satu demi satu. Sementara itu Bunda Fatimah Az-Zahra as menyaksikan mereka dengan wajah sendu.

MENGAPA MAKAM FATIMAH AZZAHRA DIRAHASIAKAN?
Hingga detik ini, tidak ada seorang pun yang tahu persis di manakah makam (kuburan) Sayyidah Fatimah Azzahra (as), yang kepadanya Rasulullah selalu memberikan pernghormatan yang penuh takzim. Rasulullah selalu senantiasa berdiri menyambut apabila Fatimah Az-Zahra as datang menjenguk. Rasulullah seringkali berkata (yang acapkali didengar langsung oleh sejumlah para sahabat dan kaum muslim): “Fatimah itu adalah bagian dari diriku. Siapapun yang menyakiti diri Fatimah akan berarti menyakiti diriku.”

Sejarah telah mencatat bahwa Fatimah dikuburkan di sekitar Jannat al-Baqi di Madinah, akan tetapi tidak ada seorangpun yang tahu tempat persisnya. Tak ada seorangpun yang bisa menunjukkan dengan pasti di mana makam dari puteri Nabi yang suci itu.

SEJARAH PERSELISIHAN ANTARA FATIMAH AZ ZAHRA DAN ABU BAKAR
Masalah ini juga telah disepakati kebenarannya oleh dua mazhab, Sunni dan Syi'ah. Orang yang insaf dan berakal tidak akan dapat lari kecuali harus mengatakan bahwa Abu Bakar berada pada posisi yang keliru dalam perselisihannya dengan Fatimah Az-Zahra as, dan ia tidak bisa menolak fakta bahwa Abu Bakar pernah menzalimi Penghulu Wanita Alam semesta ini.

Mereka yang menelaah sejarah ini dan mengetahui seluk-beluknya secara rinci akan tahu pasti bahwa Abu Bakar pernah mengganggu Fatimah Az-Zahra as dan mendustakannya secara sengaja, agar Fatimah Az-Zahra as tidak mempunyai alasan untuk berhujjah dengan nash-nash Al-Ghadir dan nash-nash lainnya akan keabsahan hak khilafah suaminya dan putra-pamannya, yakni Imam Ali bin Abi Thalib as.

Diantaranya adalah, seperti dikatakan oleh ahli sejarah bahwa Fatimah Az-Zahra (semoga Allah melimpahkan padanya kesejahteraan) pernah keluar mendatangi tempat-tempat pertemuan kaum Anshar dan minta mereka membantu dan membai'at Imam Ali. Mereka menjawab: "Wahai putri Rasulullah, kami telah berikan bai'at kami pada orang ini (Abu Bakar). Seandainya suamimu dan putra pamanmu mendahului Abu Bakar, niscaya kami tidak akan berpaling darinya."

Kala itu Imam Ali berkata: "Apakah aku harus tinggalkan Nabi di rumahnya dan tidak kuurus jenazahnya, lalu keluar berdebat tentang kepemimpinan ini?" Fatimah Az-Zahra as pun menyahut, "Abul Hasan telah melakukan apa yang sepatutnya beliau lakukan, sementara mereka telah melakukan sesuatu yang hanya Allah sajalah akan menjadi Penghisab dan Penuntutnya."[1]
  
Seandainya Abu Bakar memang berniat baik dan keliru, maka kata-kata Fatimah Az-Zahra as telah cukup untuk menyadarkannya. Tetapi Fatimah az-Zahra as masih tetap marah padanya dan tidak berbicara dengannya sampai beliau wafat.

Karena Abu Bakar telah menolak setiap tuntutan Fatimah Az-Zahra as dan tidak menerima kesaksiannya, bahkan kesaksian suaminya sekalipun, akhirnya Fatimah Az-Zahra as pun murka pada Abu Bakar, sampai beliau tidak mengizinkannya hadir dalam pemakaman jenazahnya, seperti yang beliau wasiatkan pada suaminya, Imam Ali. Fatimah Az-Zahra as juga berwasiat agar jasadnya dikuburkan secara rahasia di malam hari tanpa boleh diketahui oleh mereka yang menentangnya.[2

Alhasil, Fatimah Az-Zahra as sebenarnya ingin melaporkan kepada generasi muslimin berikutnya tentang tragedi yang disaksikannya pada zamannya, agar mereka bertanya-tanya kenapa Fatimah Az-Zahra as sampai memohon pada suaminya agar dikebumikan di malam hari secara sembunyi dan tidak dihadiri oleh siapa pun. Hal ini juga memungkinkan seorang muslim untuk sampai pada sebuah kebenaran lewat telaah-telaahnya yang intensif dalam bidang sejarah .

Dalam konteks ini Ibnu Abbas mendendangkan syairnya kepada Aisyah: Kau tunggangi onta[3] Kau tunggangi baghal[4] Kalau kau terus hidup, kau akan tunggangi gajah. Sahammu kesembilan dari seperdelapan, tapi telah kau ambil semuanya. Ini adalah contoh dari rangkaian fakta yang sungguh mengherankan. Bagaimana Aisyah mewarisi semua rumah Nabi saw sementara istri-istri beliau berjumlah sembilan, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Abbas di atas?

Apabila Nabi tidak meninggalkan harta waris seperti yang disaksikan oleh Abu Bakar (yang memang keliru) dan karenanya dia melarangnya dari Fatimah Az-Zahra as, lalu bagaimana Aisyah dapat mewarisi pusaka Nabi? Apakah ada dalam Al-Quran suatu ayat yang memberikan hak waris pada isteri tapi melarangnya dari anak perempuan? Ataukah politik yang telah merubah segala sesuatu sehingga anak perempuan diharamkan dari menerima segala sesuatu dan si isteri diberi segala sesuatu?

Catatan: 
[1] Tarikh al-Khulafa jil. 1 hal.19; Syarh Nahjul Balaghah oleh Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili.
[2] Shahih Bukhori jil.3 hal. 36; Shahih Muslim jil. 2 hal. 72.
[3] Mengimbas peperangan Jamal ketika beliau menunggangi onta.
[4] Mengimbas ketika beliau menunggangi baghal dalam usaha menghalangi Imam Hasan as dari dikuburkan dekat pusara datuknya. 

38 komentar:

indrazki mengatakan...

Allabuma sholi ala muhammad wa ali muhamad wa ajil farajahum....

Unknown mengatakan...

Allahu Akbar...

Unknown mengatakan...

Allahu Akbar...

Unknown mengatakan...

Subhanalloh..

Unknown mengatakan...

Subhanalloh..

Ahulbait mengatakan...

Hak-hak ahli waris Rasulullah di curi, niat rasulullah untuk menulis wasiatnya di tolak dan mereka masih mengaku sahabat utama beliau.

Para ahli waris kemudian syahid ditikam saat mendirikan shalat, dalam keadaan menuntut haknya dr pemimpin zalim, diracun dan dipenggal.

Yaa Allah, hamba bershalawat atas Rasulullah dan ahlulbait nya.

Ahulbait mengatakan...

Hak-hak ahli waris Rasulullah di curi, niat rasulullah untuk menulis wasiatnya di tolak dan mereka masih mengaku sahabat utama beliau.

Para ahli waris kemudian syahid ditikam saat mendirikan shalat, dalam keadaan menuntut haknya dr pemimpin zalim, diracun dan dipenggal.

Yaa Allah, hamba bershalawat atas Rasulullah dan ahlulbait nya.

Anonim mengatakan...

Pedih mendengar kisah kematian Sayyidah Fatimah RA..ternyata ada tabir gelap dlm masa awal islam

andy deep mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Semoga rahmat tercurah untukmu Fatimah danlaknatterhadaporang2yangmenzolimi mi

Anonim mengatakan...

Dimanakah engkau wahai Ali ketika istri mu puttri al kautsar dihinakan?

Unknown mengatakan...

Fatimah vs Abu Bakar ini adalah senjata orang syi'ah untuk memecah islam, nabi pernah berkata bahwa harta seorang nabi adalah shodaqoh. Dan dari kedua belah pihak sudah mengetahui hal ini. Jika ini dipermasalahkan tentu hanya strategi mereka untuk memecah islam.

Unknown mengatakan...

Jangan terlalu gampang mempercayai sesuatu yang subernya tidak jelas, dengarkan cerama ustadz yang benar, bukan artikel tidak jelas seperti ini

Unknown mengatakan...

Salah satu kebaikan Abu Bakar adalah selama bertahun tahun lamanya dari Nabi Muhammad masih hidup hingga beliau meninggal Abu Bakar merawat seorang janda tua dan buta, mencucikan pakaiannya, memasakkannya makanan, dan sungguh jika pada saat itu Ummar Bin Khatab tidak melihat perbuatan baiknya itu tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang telah ia lakukan, bahkan janda tua itu pun tidak tahu siapa pemuda yang telah menolongnya selama bertahun tahun karena Abu Bakar tidak mau menyebutkan namanya

Unknown mengatakan...

Mengapa kalian dengan gampangnya membenci Abu Bakr, mengapa ada artikel macam ini, inilah yang menjadi kehancuran umat islam, karena digerogoti dari dalam. Seolah2 dia paham agama namun tidak pandai mencari kebenaran.

Unknown mengatakan...

Coba kalian pikir bagaimana seorang sahabat dan putri nabi berselisih hanya karena masalah harta? Abu bakar saja saat nabi masih hidup menyumbangkan seluruh hartanya, ketika ditanya oleh nabi "Apa yang kau tinggalkan oleh keluargamu?" Abu Bakr bilang "Allah dan Rasulnya". Abu Bakr tidak sehina itu !

Unknown mengatakan...

Ingat Adzab Allah dengan membuat artikel yang memecah umat seperti ini !

Unknown mengatakan...

Kalau seandainya perselisihan ini memang benar terjadi, tidak mungkin seorang Ali tidak membela istrinya yang putri seorang Nabi. Mereka orang yang dimuliakan. Jangan mencaci maki mereka. Perbaiki ibadahmu saja, itu lebih penting

Unknown mengatakan...

Kenapa makam Husein ada tapi kepalanya misteri sampai sekarang ?, Kenapa makam Aisyah tidak diketahui keberadaannya?

Ini memang direncanakan dan dirodhoi Allah... Karena, jika makam-makam orang suci ini tertera namanya di tiap-tiap batu nisan makam mereka, bakal merajalela kemusyrikan dimuka bumi ini..,, Faham?

Dan soal cerita, terlalu dramatis. Cerita Menyudutkan fikiran kita kepada beberpa nama. Cerita murahan, nulosnua pake jempol kaki...

Anonim mengatakan...

Ya Allah,

Akhirnya jadi baca sampai akhir karena tergelitik,, ternyata penyebaran syiah di Indonesia benar-benar nyata.. Inu cerita benar2 ngarang

Unknown mengatakan...

Jika hal itu memang terjadi,dmnakah ali pd saat itu? Apakah sang singa dan singa rosulallah pd saat itu tdk sanggup mengayunkan zulfikar lg? Benar benar cerita di atas lucu dan ngawur..

Unknown mengatakan...

Lah Ini artikeknya Syiah ya, pantes penuh dengan kebohongan dan dendam. Imam 12 Syiah semuanya dari Persia kenapa gak ada dari Arab

Anonim mengatakan...

Kubur (Saydh Fathimah Az Zahra as)

5 Ogos 2012
Super User

Apabila Ketua Wanita Syurga as meninggal dunia hanya enam bulan selepas ayahnya, sebaik-baik Penciptaan (makhluk) sawas, dia menyuruh suaminya Ali bin Abi Talib as untuk mengebumikannya secara diam-diam pada waktu malam. Lokasi tepat kuburnya tidak pernah diketahui sehingga kini :

Kenyataan Ahmad Al-Hassan as
Pemberitahuan Kubur Fatimah Al-Zahra as

سُورَةٌ أَنزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا وَأَنزَلْنَا فِيهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Ini ialah satu "surah" yang Kami turunkan padanya, dan dibuat kewajipan (difardhukan) padanya, dan di mana Kami turun tanda-tanda yang nyata supaya kamu beringat.
- Surah An-Nuur (24:1)

Saya minta daripada sekumpulan ulamak yang memimpin mazhab Syiah supaya mereka maju ke hadapan meminta keajaiban (mukjizat) dalam bentuk yang saya nyatakan di dalam akhbar-akhbar Ansar Imam Al-Mahdi as. Lalu tiada seorang pun daripada mereka yang tampil ke hadapan untuk membuat permintaan, dan itulah sebabnya bapa saya Imam Al -Mahdi Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari as memerintahkan saya untuk menjelaskan sebahagian daripada hubungan saya kepadanya as, iaitu bahawa saya adalah penggantinya (wasi) dan yang pertama daripada anak-anaknya untuk memerintah dan bahawa saya adalah taman dari taman-taman syurga yang Nabi saw cakapkan.

Dan mukjizat yang pertama saya dedahkan kepada umat Islam dan kepada semua manusia ialah saya memberitahu kedudukan kubur Fatima as, sebahagian daripada Nabi Muhammad sawas
.
Semua umat Islam sebulat suara mengakui bahawa (pusara) Maqam Fatimah as adalah tersembunyi dan tidak seorang pun mempunyai pengetahuan lokasinya kecuali Imam Al-Mahdi as. Dia [Imam Al-Mahdi as] telah memaklumkan kepada saya tentang lokasi kubur ibu saya Fatimah as. Maqam Fatimah as adalah bersebelahan dengan kubur Imam Al-Hasan as, bersebelahan dengannya, seolah-olah Imam Al-Hasan as dikebumikan di pangkuan Fatimah as.

Saya bersedia untuk bersumpah dengan apa yang saya katakan dan Allah menyaksikan bahawa apa yang saya katakan adalah benar, dan juga RasulNya Muhammad saw dan Ali as yang mengkebumikan Fatimah as.

Segala puji tertentu bagi Allah semata-mata .

Sesiapa yang mendakwa berada dalam hubungan dengan Imam Al-Mahdi as dan tidak merujuk kepada saya dalam perkara-perkara kecil atau yang besar, adalah seorang pembohong dan penipu kepada Allah dan Rasul-Nya. Tiada daya atau upaya selain yang datang dari sisi Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, dan pujian adalah untuk Allah semata-mata.

76 Dan sesungguhnya mereka hampir-hampir berjaya mengganggumu daripada tinggal aman di bumi dengan tujuan mereka dapat mengusirmu dari negeri itu; dan jika berlaku demikian, maka mereka tidak akan tinggal di situ sesudahmu melainkan sedikit masa sahaja.
77 (Demikianlah) peraturan (Kami yang tetap mengenai) orang-orang yang telah Kami utuskan sebelummu dari Rasul-rasul Kami; dan engkau tidak akan dapati sebarang perubahan bagi peraturan Kami yang tetap itu.
- Surah Al-Isra 17.

Nota: Setiap orang Islam yang membaca kenyataan ini mesti mengedarkan dua belas salinan itu, dan jika boleh dia mesti terjemahkannya ke dalam apa-apa bahasa yang dia boleh.

Baki dari keturunan Muhammad as
Penjuru kuat Ahmad Al-Hassan
Wasi dan utusan Imam Al-Mahdi as kepada semua manusia
Yang disokong oleh Jibril, Mikail dan Israfil
Satu keturunan turun temurun satu sama lain, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

1 Syawal 1424 Hijrah

Unknown mengatakan...

Subhanallloh

sukainah assegafff mengatakan...

Jika Ali mengayunkan .pedang. para munafik akan menyalahkan imam Ali dan berkata Aku melawan sahabat Nabi. Dan akan menambah parah suasana. ? Jadi ? Ali diam yang sebenarnya Ali meredam

Unknown mengatakan...

Jika anda benar benar jujur, bersih dijiwa tidak dirasuki kebencian, silalah jelaskan mengapa dan ada apa urusannya maka pemaqaman Saidatina Fathimah Az Zahraa’ dirahsiakan ?
Hindarilah jiwa dari tuduhan tanpa asas bukti nyata.

Kinggalak mengatakan...

Syiah naraka jahaman

Unknown mengatakan...

Lho kok abu bakar as sidiq jadi difitnah? Ini yang buat artikel paham perjuangan sahabat atau hanya menerka-nerka untuk memecah belah, hati-hati semua ada balasannya

Unknown mengatakan...

Ya allah begitu rumit jalan sejarah setelah rasulullah wafat bingung juga dlm bersikap sebab semuanya orang mulia serta terhormat bagai mana nanti hr kiamat bertanggung jawab masing2

budi firmansyah mengatakan...

Artikel Syiah memg racun bagi generasi muda Islam.....para sahabat nabi tidak membenci ahli bait begitu juga sebaliknya...tidak ada yg lebih mencintai ahli bait sebaik daripada sahabat nabi ....Syiah adalah musuh dalam selimut...

Unknown mengatakan...

MaSya Allah Tabarakallah..

Anonim mengatakan...

Sayyidah Fatimah berwasiat agar dirahasiakan kematian,penyelenggaraan jenazah sampai pemakamannya karena sangat menjaga auratnya,,

Unknown mengatakan...

Biar clear, knp makam Fatimah di rhs kan? Itukan janggal! Knp Fatimah mati muda?

Unknown mengatakan...

Semua serba misteri.kita semua di jaman sekarang tdk dpt merasa yakin ttg sejarah sepeninggal Rasulullah. Yg jelas logikanya aneh n janggal koq makam Fatimah di rhskan dam tak seorang pun tahu dmn sampai sekarang. Tentu rasionya ada sesuatu yg luarbiasa ttg hal ini, tanpa hrs bersuudzon kpd siapapun. Biarlah ini menjadi rhs, Allah maha tau...!

Trxseo mengatakan...

Manfaat Pucuk Merah
Pembersih wajah untuk kulit

berminyak

Unknown mengatakan...

ciri ahlusunah itu diantaranya mencintai dan menghormati keluarga Nabi dan juga sahabat Nabi tanpa terkecuali.

artikel ini tendensius menuduh Sy.Abu Bakar dan juga St.Aisyah kepada hal yg tidak pantas, ini ciri Syiah semoga pembaca meninggalkan artikel ini dan tidak dijadikan referensi atau meyakini apa yg ditulis diartike ini.

Allohumma Sholli 'ala sayyidina Muhammada wa 'ala aali Sayyidina Muhammad.

Anonim mengatakan...

Tendensius:
1. Abu Bakar dzholim kepada Fatimah ra
2. Fatimah ra dendam kepada Abu Bakar

Kesimpulan:
Menganggap Syia'h yg paling benar.

Kelakuan!

Anonim mengatakan...

Oh sejarah oh sejarah...