Dongeng Insomnia V (Palagan Negeri Petaka) oleh Sulaiman Djaya (2015-2016)



Pasukan khusus dari Negeri Farisa dan Negeri Lubnan itu akhirnya sampai di Kota Damas, sejumlah pasukan yang memiliki ragam keahlian dan keterampilan bertempur yang ternyata dipimpin Ilias, yang kini telah menjadi seorang jenderal tampan dan gagah dengan pangkat tertinggi. Jenderal Roshtam sendiri yang memberikan pangkat tertinggi tersebut atas restu langsung Raja Nazad dari Negeri Farisa.


Kedatangan Jenderal Ilias dan pasukan khususnya itu disambut langsung oleh Raja Rashab dan panglima perang tertinggi Negeri Suryan, yaitu Jenderal Runi Kalimi yang terkenal cerdik dan berkepala dingin, hingga seringkali hitungan dan strategi perangnya berhasil membuat kalang-kabut lawan-lawannya.

Sementara itu, ribuan pasukan Siis yang terus bergerak atas instruksi Rakab itu telah mencapai separuh jarak perjalanan mereka menuju Kota Ramad, di saat Ghasim sang prajurit Negeri Suryan didikan Jenderal Saada yang telah gugur itu telah berhasil menghimpun dan menyiagakan para pemuda di Kota Ramad untuk menjadi prajurit dadakan dan telah berhasil menungungsikan anak-anak, para lansia, kaum ibu serta kaum perempuan untuk hijrah ke Kota Daraa, sebuah kota yang cukup jauh dari kota mereka, kota Ramad yang tengah menanti ajang pertarungan melawan pasukan Siis yang terkenal bengis, keji, dan brutal itu.

Setelah mengadakan pembicaraan singkat di Kota Damas itu, Jenderal Ilias, Raja Rashab, dan Jenderal Runi Kalimi sepakat bahwa Ilias yang kini telah menjadi jenderal itu akan memberi kesempatan kepada para pemuda di kota Ramad untuk berjuang mempertahankan kota mereka dari gempuran pasukan Siis yang dipimpin Rakab tersebut, sebelum ia dan pasukan khususnya akan turun tangan langsung demi menumpas garnisun pertama pasukan Siis yang menuju kota Ramad itu, sebelum garnisun lainnya datang, dan karena itu ia harus menghemat tenaga dan strategi tempurnya agar tidak habis dalam waktu singkat.

Dalam kesepakatan itu juga ditetapkan bahwa Jenderal Runi Kalimi dipercayakan untuk menyiagakan seluruh komandan, para jenderal, dan tentara Negeri Suryan untuk menghadapi garnisun atau pasukan Siis lainnya yang diperkirakan akan datang ke Negeri Suryan dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan perang yang lebih canggih.

Sebelum berangkat ke Kota Damas bersama pasukan khususnya itu, Ilias telah meminta kedua adiknya, yaitu Hagar dan Sophia, untuk memberitahu Misyaila tentang apa yang sedang terjadi dengan menggunakan kemampuan ilmu magis mereka.

Kala itu, Hagar dan Sophia memutuskan untuk mengirim seekor burung Rukh menuju negeri Nun yang misterius, negerinya Misyaila.

Burung Rukh yang dikirim Hagar dan Sophia ke negeri Nun itu pun membutuhkan waktu perjalanan selama sehari semalam, sebelum akhirnya sampai di hadapan Misyaila, dan segera menyampaikan apa yang dikatakan Hagar dan Sophia untuknya kepada Misyaila dengan menggunakan gerak-gerak isyarat sayap dan kepalanya, dan Misyaila pun langsung mengerti apa yang ingin disampaikan si Burung Rukh itu kepadanya.

Kini pasukan Siis yang bengis dan brutal itu telah sampai di Kota Ramad, dan saat itu mereka terkejut kala mereka hendak memasuki gerbang kota tersebut, seketika itu benteng api yang telah disiapkan Ghasim dan para pemuda di Kota Ramad menyemburkan api yang cukup tinggi setelah sejumlah pemuda kota itu menyulutkan nyala api di ujung obor mereka pada tumpukan kayu yang telah dicampur minyak yang dijadikan sebagai benteng perlindungan tersebut.

Tepat pada saat itulah, dengan perintah dan kepemimpinan Ghasim, para pemuda kota Ramad menghujani pasukan Siis yang terkenal keji, brutal, dan bengis itu dengan batu-batu panas dan mortir-mortir api yang menyala.

Serangan yang dilancarkan para pemuda di Kota Ramad terhadap pasukan Siis itu langsung membuat barisan depan pasukan Siis kalang-kabut dan sebagian dari mereka tewas terinjak gajah-gajah mereka yang panik karena hawa panas dan nyala api di sekeliling mereka, di saat sebagian yang lainnya hangus terbakar. 

Pertempuran antara para pemuda Kota Ramad yang dikomandani oleh Ghasim dengan pasukan Siis yang terkenal bengis dan brutal itu terus berlangsung dengan gigih dan seru, bagai tak kenal lelah satu sama lainnya hingga tak menyempatkan diri mereka untuk melakukan jeda barang sejenak saja. 

Di saat para pemuda Kota Ramad yang dipimpin Ghasim itu terus menghujani pasukan Siis dengan batu, panah, dan apa saja yang dapat mereka lemparkan ke arah lawan-lawan mereka, pasukan Siis yang sebagian menunggangi gajah-gajah raksasa itu terus merangsek dan berusaha memadamkan benteng api yang menghalangi mereka untuk memasuki Kota Ramad yang dipertahankan oleh para penduduknya dengan gigih tersebut.

Sungguh pertempuran itu adalah pertempuran yang dapat dibilang sebagai perang kesumat antara dua kubu, di mana kubu yang satu berusaha menyerang, sementara kubu yang lainnya berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan diri mereka dengan tak kalah berani dan bersemangat.

Pada saat itu, sebagian pasukan pemanah di kubu pasukan Siis mulai menghujani para pemuda Kota Ramad yang dipimpin Ghasim itu dengan anak-anak panah mereka, dan kala itu pulalah sejumlah pemuda Ramad mulai tersungkur, dan nyala api benteng api pertahanan mereka tak lagi menyala dengan besar. 

Benteng api yang menghalangi pasukan Siis itu tampak akan segera padam, dan memang tak berapa lama setelah pasukan Siis itu meluncurkan anak-anak panah mereka, benteng api yang dibuat para pemuda Ramad itu pun mulai padam, dan sejumlah pasukan Siis mulai berhasil menembus benteng api tersebut.

Namun, persis pada saat itulah, sejumlah pasukan burung-burung besar dari Negeri Rumantium tiba-tiba telah berada di atas pasukan Siis sehingga seakan-akan tempat alias medan pertempuran tersebut menjadi gelap, dan burung-burung besar tersebut menghujani batu-batu yang dipegang cakar mereka ke arah pasukan Siis, sementara para penunggangnya menghujani pasukaan Siis dengan panah-panah mereka.

Bukan kepalang gembiranya Ghasim dan para pemuda di kota Ramad yang masih tersisa dengan datangnya bantuan yang tak mereka duga itu. Dengan kedatangan pasukan khusus dari negeri Farisa dan Lubnan yang disokong Bangsa Rumantium, yang dipimpin dan dikomandoi oleh Ilias itu, pasukan Siis pun kalang-kabut, berguguran, gajah-gajah mereka yang besar itu tersungkur hingga membuat para penunggangnya tewas, dan yang masih tersisa dari mereka pun melarikan diri agar dapat menyelamatkan nyawa dan tubuh mereka.

Setelah berhasil membuat kalang-kabut garnisun alias rombongan pertama pasukan Siis itu, burung-burung besar itu mendaratkan dirinya di bumi, dan pada saat itu pula para penunggangnya menginjakkan kakinya di tanah, di mana pada saat itu, mereka turut membantu para korban, memperbaiki yang rusak, mengobati yang terluka, dan melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan saat itu.

Mereka tak berusaha mengejar pasukan Siis yang melarikan diri, karena mereka mematuhi perintah Jenderal Ilias, agar pasukan Siis yang kabur dan melarikan diri itu dapat mengabarkan nasib kawan-kawannya kepada pasukan Siis lainnya di Negeri Najdor dan Negeri Turik, bahwa upaya untuk menaklukkan dan menguasai Negeri Suryan tak semudah yang mereka bayangkan dan tak segampang yang mereka harapkan. 

Dengan strategi membiarkan mereka yang melarikan diri itu pula Ilias sebenarnya berusaha menanamkan rasa takut dan gentar kepada para musuh yang berusaha melakukan kejahatan dan mereka yang berusaha menjajah negeri lain tanpa hak.

Tentu saja, Jenderal Ilias juga sadar bahwa garnisun lainnya dari pasukan Siis yang jauh lebih kuat dan dengan persenjataan yang lebih canggih akan kembali menyerang Negeri Suryan, mengingat ia juga tahu bahwa pasukan Siis itu hanyalah pion sejumlah negeri yang membiayai dan mempersenjatai mereka, yaitu Negeri Amarik, Negeri Asrail, Negeri Angland, Negeri Najdan dan sejumlah negeri dan pemimpin yang menjadi koalisi mereka. Dan karena itulah Jenderal Ilias berusaha meyakinkan para pemuda Ramad agar mempersiapkan diri bagi kemungkinan datangnya serangan yang lebih hebat dibanding yang terjadi pada hari itu.

Kepada para pemuda di Kota Ramad itu Ilias juga mengatakan bahwa mulai saat itu ia dan sejumlah pasukannya akan melatih mereka sejumlah kecakapan, keterampilan, dan kemampuan militer, yang nantinya akan dipilihlah yang terbaik diantara mereka sebagai pemimpin dan komandan mereka, sehingga di masa depan mereka dapat mempertahankan diri mereka tanpa bantuan orang lain, dengan kekuatan mereka sendiri, meski tentu saja Ilias dan pasukannya tetap akan membantu mereka jika memang pada kenyataannya masih dibutuhkan dan diperlukan. 

Tidak ada komentar: