Nabi Yusuf (as) dalam al Qur'an (Bag. 3)





Tempat pesta itu dipenuhi dengan berbagai macam komentar dan berbagai macam canda tawa. Kami kira bahwa setiap wanita yang hadir di tempat itu sengaja menahan lidahnya agar jangan sampai menyentuh kisah Yusuf. Sebenarnya mereka semua mengetahui peristiwa yang terjadi antara Yusuf dan wanita perdana menteri itu (Zulaikha), tetapi mereka sengaja menyembunyikannya seakan-akan mereka tidak mengetahuinya.

Demikianlah aturan main yang biasa dipegang oleh kalangan elit dari masyarakat saat itu. Namun, istri al-Aziz, sebagai tuan rumah, justru mengguggah mereka dan ia justru membuka persoalan tersebut: "Aku mendengar ada wanita-wanita yang mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada seorang pemuda yang bernama Yusuf."

Tiba-tiba keheningan yang menyelimuti meja makan itu runtuh dan tangan-tangan para undangan nyaris lumpuh. Istri al-Aziz benar-benar mencuri kesempatan itu. Ia bercerita sambil memerintahkan para pembantunya untnk menghadirkan apel. "Aku mengakui bahwa memang Yusuf seorang pemuda yang mengagumkan. Aku tidak mengingkari bahwa aku benar-benar mencintainya, dan aku telah mencintainya sejak dahulu," kata istri al-Aziz dengan nada serius. Kemudian wanita-wanita itu mulai mengupas apel. Saat itu peradaban di Mesir telah mencapai puncak yang jauh di mana gaya hidup mewah menghiasi istana-istana.

Pengakuan istri al-Aziz menciptakan suatu kedamaian umum di ruangan itu. Jika istri al-Aziz saja mengakui bahwa ia memang jatuh cinta kepada Yusuf, maka pada gilirannya mereka pun berhak untuk mencintainya. Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan bahwa seharusnya istri al-Aziz tidak cenderung pada Yusuf, justru sebaliknya, ia harus menjadi tempat cinta. Seharusnya, ia yang dikejar oleh pria, bukan sebaliknya. Istri al-Aziz mengangkat tangannya dan mengisyaratkan agar Yusuf masuk dalam ruangan itu. Kemudian Yusuf masuk di ruang makan itu. Ia dipanggil oleh majikannya kemudian ia pun datang.

Kaum wanita masih mengupas buah, dan belum lama Yusuf memasuki ruangan itu sehingga terjadilah apa yang dibayangkan oleh istri al-Aziz. Tamu-tamu wanita itu tiba-tiba membisu. Sungguh mereka tercengang ketika menyaksikan wajah yang bercahaya yang menampakkan ketampanan yang luar biasa, ketampanan malaikat. Wanita-wanita itu pun terdiam dan mereka bertakbir, dan pada saat yang sama mereka terus memotong buah yang ada di tangan mereka dengan pisau.

Semua pandangan tertuju hanya kepada Yusuf dan tak seorang pun di antara wanita itu melihat buah yang ada di tangannya. Akhirnya, wanita-wanita itu justru memotong tangannya sendiri namun mereka tidak lagi merasakannya. Sungguh kehadiran Yusuf di tempat itu sangat mengagumkan mereka sampai pada batas mereka tidak merasakan rasa sakit dan keluarnya darah dari tangan mereka.

Salah seorang wanita berkata dengan suara yang pelan: "Subhanallah (Maha Suci Allah)." Wanita yang lain berkata dengan suara lembut yang menampakkan keheranan: "Ini bukan manusia biasa." Sedangkan wanita yang ketiga berkata: "Ini tiada lain adalah seorang malaikat yang mulia." Tiba-tiba istri al-Aziz berdiri dan berkata: "Inilah dia orang yang kalian cela aku karena daya tariknya. Memang tidak aku pungkiri bahwa aku pernah merayunya dan menggodanya untuk diriku. Di hadapan kalian ada handuk-handuk putih untuk membalut luka. Sungguh kalian telah dikuasai oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang terjadi pada tangan-tangan kalian."

Akhirnya, pandangan mereka sekarang berpindah dari Yusuf ke jari-jari mereka yang terpotong oleh pisau yang tajam di mana mereka tidak lagi merasakannya. Kami kira Yusuf melihat atau memandang ke arah bawah (tanah), atau mengarahkan pandangannya ke depannya tanpa ada maksud tertentu, tetapi ketika disebut ada darah yang keluar di sekitar tempat jamuan itu, maka ia pun melihat ke arah tempat jamuan itu. Yusuf dikagetkan dengan adanya darah yang mengalir di sekitar buah apel yang keluar dari jari-jari wanita itu. Yusuf segera mendatangkan perban dan air seperti biasa yang dilakukan pemuda yang bekerja di istana.

Kami kira bahwa istri al-Aziz berkata saat Yusuf memerban luka yang diderita oleh para wanita: "Sungguh aku telah menggodanya namun ia mampu menahan dirinya. Jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."

Kami kira Yusuf tidak menghiraukan ucapannya dan tidak mengomentarinya. Beliau adalah seorang Nabi, tetapi tragedi wanita tersebut adalah bahwa ia mencintai seorang nabi. Kami kira juga bahwa wanita-wanita itu menggodanya pada saat meraka hadir di tempat jamuan.

Salah seorang yang sangat cantik berkata kepada Yusuf saat beliau membalut lukanya: "Sungguh sekadar engkau memandang tanganku hai Yusuf, itu sudah cukup bagiku untuk mengobati jariku yang terpotong." Atau ada wanita lagi yang mengatakan padanya: "Yusuf, tidakkah engkau menginginkan seorang perempuan yang akan membersihkan sepatumu dan akan mencuci pakaianmu dan yang akan mengabdi kepadamu."

Barangkali wanita-wanita yang hadir di pesta jamuan itu memiliki berbagai macam cara untuk menggoda. Mungkin sebagian mereka menggunakan senjata mata atau senjata bulu mata atau senjata fisik untuk mendapatkan Yusuf. Kita tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi di tempat jamuan itu. Biarkanlah daya khayal kita menggembara dan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Tampak bahwa berbagai godaan ditujukan pada Yusuf dari wanita-wanita yang hadir dan diundang di acara itu. Yusuf berdiri di tengah-tengah ujian yang berat ini dengan penuh keheranan: "Yusuf berkata, Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku" (QS. Yusuf: 33).

Semua wanita-wanita yang ikut serta dalam undangan tersebut mencoba untuk menundukkan Yusuf dengan menggunakan lirikan, gerakan-gerakan tertentu, atau isyarat atau dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon pertolongan Allah SWT agar ia diselamatkan dari tipu daya mereka. Ia berdoa kepada Allah SWT sebagai seorang manusia yang mengenal kemanusiaannya dan tidak terpedaya dengan kemaksumannya dan kenabiannya. Ia berdoa kepada Allah SWT agar memalingkan tipu daya mereka darinya sehingga ia tidak cenderung kepada mereka dan kemudian menjadi orang yang bodoh.

Allah SWT mengabulkan doanya. Kemudian tangan-tangan yang terputus mulai merasakan kesakitan, dan Yusuf meninggalkan ruang makan itu. Setiap wanita sibuk memerban lukanya dan masing-masing mereka berpikir tentang alasan apa yang akan mereka sampaikan ketika suami mereka bertanya tentang tangan mereka yang terpotong itu?

Dan, di mana peristiwa itu terjadi? Allah SWT menceritakan jamuan yang besar itu dalam firman-Nya: "Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundanglah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan) kemudian dia berkata (kepada Yusuf), 'Keluarlah (nampakanlah dirimu) kepada mereka.' Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum akan keelokan rupanya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata, 'Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia. Wanita itu berkata, 'Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina. Yusuf berkata, 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mere ka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Yusuf: 31-34).

Allah SWT berhasil memalingkan dan menyelamatkan Yusuf dari tipu daya wanita itu. Akhirnya, wanita-wanita itu merasa putus asa untuk mendapatkan Yusuf dan mendapatkan cinta darinya, sehingga mereka merasa bahwa rasa cinta mereka kepada Yusuf adalah sesuatu keinginan yang mustahil untuk diwujudkan. Keinginan-keinginan yang mustahil ini justru membangkitkan ingatan mereka kepada Yusuf lebih daripada sebelumnya. Wanita-wanita mulai membicarakan Yusuf: tentang pengaruhnya, kewibawaannya, dan kemuliaannya. Mereka mulai menceritakan bagaimana mereka memotong tangan mereka dengan pisau ketika melihat Yusuf.

Akhirnya, berita itu tersebar dari kelompok elit ke masyarakat bawah. Manusia mulai membicarakan tentang sosok pemuda yang menolak keinginan istri seorang ketua menteri, dan istri-istri dari para menteri memotong tangan mereka karena merasa kagum dengannya. Seandainya kasus ini diketahui secara terbatas di kalangan istana dan kamar-kamarnya yang tertutup niscaya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya. Tetapi masalah ini kemudian menyebar kemana-mana sampai ke lapisan masyarakat yang paling bawah.

Di sinilah kewibawaan pemerintah dipertaruhkan dan menjadi pertimbangan. Lalu, rezim yang berkuasa menangkap Yusuf. Yusuf dimasukkan dalam penjara untuk membungkam banyaknya gosip-gosip yang disampaikan berkenaan dengan sikapnya serta sebagai cara untuk menutup cerita itu. Yusuf telah berkata ketika wanita-wanita memanggilnya untuk melakukan kesalahan bahwa penjara baginya lebih ringan dan lebih disukainya daripada memenuhi ajakan mereka.

Demikianlah Yusuf kemudian masuk ke dalam penjara. Meskipun sebenarnya Yusuf bebas dari segala tuduhan, ia tetap dimasukkan dalam penjara. Kami tidak yakin bahwa istri al-Aziz adalah penyebab masuknya Yusuf ke dalam penjara. Kami mengetahui bahwa penolakan tegasnya kepadanya membangkitkan kesombongannya dan cukup menjatuhkan kemuliaannya tetapi kami percaya bahwa wanita itu memang benar-benar mencintainya. Barangkali masuknya Yusuf dalam penjara membuat suatau kondisi lain yang mengubah hubungannya dengan Yusuf di mana ketika Yusuf jauh darinya, maka rasa rindunya dan rasa cintanya kepada Yusuf justru meningkat.

Ia berandai-andai seandainya Yusuf keluar dari penjara meskipun hal itu tidak dapat diwujudkannya. Dan barangkali bukti klaim kami yang mangisyaratkan perubahan cintanya padanya dan ketulusannya dengan cinta itu adalah bahwa ia mengakui benar-benar berusaha untuk berbuat buruk padanya, tapi Yusuf menolak. Ia melepaskan pengakuannya dengan ucapannya: "Agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya."

Seakan-seakan keinginannya agar Yusuf tidak melupakannya lebih penting daripada kedamaiannya bersama suaminya atau kedudukannya sebagai wanita kedua di Mesir. Dan barangkali cintanya kepada Yusuf—saat ia tidak ada—berbeda dalam kualitasnya dan kedalamannya daripada cintanya ketika Yusuf masih muda belia yang mengabdi padanya di istana.

Ketika mereka berdua dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, dan wanita itu tercegah dari melihatnya, maka timbullah rasa cinta yang menjadikannya tidak akan mengkhianatinya meskipun Yusuf telah pergi jauh darinya. Betapa berat penderitaan cinta manusiawi yang dialami istri al-Aziz (Zulaikha). Masalahnya adalah, bahwa ia memilih seseorang yang hatinya telah tenggelam dalam lautan cinta Ilahi. Akhirnya, Yusuf masuk ke dalam penjara. Allah SWT berfirman: "Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sewaktu-waktu" (QS. Yusuf: 35).

Mereka telah menetapkan suatu keputusan meskipun Yusuf sebenarnya terlepas dari berbagai tuduhan, dan beliau menunjukkan bukti kebenarannya. Meskipun demikian, mereka tetap memasukkan Yusuf dalam penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan. Pembicaraan seputar kisah Yusuf pun menjadi padam dan api yang menyala di tengah-tengah manusia menjadi suram. Ketika para menteri dan para pembesar tidak mampu menahan kendali wanita-wanita mereka, namun mereka dengan mudah mampu untuk memenjarakan seseorang yang tidak bersalah. Itu adalah pekerjaan mereka yang mereka lakukan dengan gampang.

Demikianlah ayat Al-Qur'an menggambarkan secara singkat suatu suasana istana secara keseluruhan, yaitu suasana yang penuh dengan kekotoran dan kerusakan internal. Suasana orang-orang yang bergaya aristokratis, dan suasana hukum yang mutlak. Penjara menjadi jalan keluar yang dipilih oleh hukum yang mutlak. Seandainya kita memperhatikan keadaaan masyarakat Mesir saat itu dan apa yang mereka sembah, maka kita akan memahami mengapa kekuasaan mutlak diberlakukan saat itu.

Orang-orang Mesir menyembah tuhan-tuhan yang beraneka ragam. Mereka menyembah sesembahan selain Allah SWT. Kita telah mengetahui sebelumnya bagaimana kebebasan manusia terpasung ketika mereka lebih memilih sembahan-sembahan selain Allah SWT.

Dalam kisah Nabi Yusuf kita melihat fenomena seperti itu. Meskipun beliau sebagai seorang Nabi, beliau ditetapkan untuk ditahan dan dimasukkan penjara, tanpa melalui penelitian dan tanpa melalui pengadilan. Kita, di hadapan suatu masyarakat yang menyembah berbagai macam tuhan, dan kemudian mereka dikuasai dan dipimpin oleh multi tuhan. Oleh karena itu, tidak sulit bagi mereka untuk menahan orang yang tidak berdosa, bahkan barangkali sulit bagi mereka melakukan sesuatu selain itu. (Bersambung ke Bag. 4)

Tidak ada komentar: