Falsafatuna (Pengantar Penulis)



Setelah Dunia Islam jatuh ke tangan kaum penjajah, arus pemikiran Barat yang bersandar pada budaya kolonialis telah menyapu bersih prinsip-prinsip dan konsep-konsep budaya Islam berkenaan dengan alam, kehidupan dan kemasyarakatan. Keadaan tersebut membantu kolonialisme dalam upayanya melakukan ekspansi ideologis secara terus-menerus guna memusnahkan eksistensi pemikiran Islam dan warisan luhur Islam.

Pada gilirannya, pertentangan antara pemikiran Barat dengan kehidupan, intelektual dan politik umat Islam pun tak dapat dielakkan. Gelombang dahsyat konsep-konsep Barat yang beraneka-ragam yang merasuki negeri-negeri Islam dan berusaha untuk memusnahkan konsep-konsep kebudayaan Islam mendapatkan perlawanan. Adalah suatu keharusan bagi Islam untuk menyatakan pandangannya dalam kancah pertentangan yang pahit ini. Pandangan itu harus kukuh, dalam, jelas, tegas, lengkap, dan komprehensif – baik yang berhubungan dengan alam semesta, kehidupan, manusia, masyarakat, negara maupun sistem lain – sehingga umat dapat memproklamasikan kalimah Allah dalam pertentangan tersebut dan mengajak dunia untuk tunduk kepadanya, serta bagaimana umat terdahulu telah melakukannya.

Buku ini tak lain adalah bagian dari kalimah Allah yang di dalamnya masalah-masalah alam semesta ditelaah sebagaimana ia harus dipecahkan lewat sorotan Islam. Dalam buku kami yang lain dibahas bagaimana Islam menjelaskan dan memecahkan secara tepat berbagai problem alam semesta dan kehidupan.

Falsafatuna adalah sekumpulan konsep kita yang mendasar tentang dunia dan metode berpikir kita tentang dunia tersebut. Karena itu, buku ini –kecuali bagian pendahuluan – kami bagi dalam dua pembahasan: Pertama, berkaitan dengan teori pengetahuan (epistemologi) dan kedua berkaitan dengan metafisika (konsep filsafat tentang dunia).

Bagian pertama tersebut ingin mengemukakan pembahasan yang dapat dirinci sebagai berikut:

[1] Mengemukakan suatu tesis yang menyatakan bahwa metode rasional dalam berpikir adalah logis dan dapat dipercaya akal, termasuk pengetahuan-pengetahuan yang tidak bergantung pada eksperimen atau pengetahuan a-priori merupakan kriteria pertama yang menentukan kesahihan pemikiran manusia. Tidaklah mungkin ada pemikiran filosofis atau ilmiah tanpa menundukkannya kepada kriteria umum ini. Bahkan eksperimen yang diduga oleh kaum empiris sebagai kriteria pertama, pada hakikatnya hanyalah sarana bagi penerapan kriteria rasional tersebut. Teori empiris tidak dapat tidak tentu membutuhkan logika rasional.

[2] Mempelajari nilai pengetahuan manusia dan menunjukkan bahwa pengetahuan itu dapat dipandang mengandung nilai yang benar berdasarkan pertimbangan logika rasional, bukan logika dialektik yang tidak mampu memberikan nilai yang benar bagi pengetahuan.

Tujuan pokok dari pembahasan bagian pertama tersebut adalah untuk menentukan metode penelaahan di bagian kedua. Karena, peletakan konsep umum dalam metafisika bergantung, pertama-tama, pada penetapan landasan-landasan berpikir, kriteria umum bagi pengetahuan yang benar, dan keluasan nilai pengetahuan yang benar tersebut. Oleh sebab itulah, studi di bagian pertama pada dasarnya adalah pengantar bagi bagian kedua; dan bagian kedua sendiri membahas soal-soal mendasar yang secara khusus layak mendapat perhatian pembaca.

Di bagian kedua, studi kami bagi menjadi lima bagian:

[1] Mengemukakan pertentangan konsep-konsep filosofis dan penjelasan atasnya.

[2] Mengemukakan konsep dialektika sebagai logika. Konsep ini penting dikemukakan karena ia dijadikan dasar materialisme modern. Dalam bagian ini akan ditelaah secara objektif dan rinci mengenai keseluruhan pemikiran pokok yang dirumuskan oleh dua filosof dialektis, yaitu Hegel dan Marx.

[3] Menelaah prinsip dan hukum-hukum kausalitas yang mengatur dunia, termasuk juga penafsiran filosofis secara komprehensif tentang dunia yang diajukan kepada kita oleh hukum kausalitas. Di bagian ini juga akan dicoba untuk memecahkan sejumlah keraguan (skeptisisme) filosofis yang muncul dalam semangat perkembangan ilmu pengetahuan modern.

[4] Menelaah tentang “materi dan Tuhan”. Di sini penelaahan akan melibatkan perdebatan antara materialisme dan konsep-konsep teologis, yang dengan cara demikian ini pada akhirnya konsep-konsep teologis kita tentang dunia akan dapat dirumuskan atas dasar semangat hukum-hukum filosofis dan ilmu pengetahuan – baik ilmu-ilmu fisika maupun humaniora.

[5] Kemudian di bagian akhir buku ini, akan ditelaah suatu problem filosofis yang terpenting, yaitu tentang wilayah konflik antara materialisme dan spiritualisme. Pembahasan akan dilakukan secara filosofis dan dalam sorotan berbagai ilmu yang berkaitan dengan objek tersebut, seperti misalnya ilmu-ilmu alam, fisiologi, dan psikologi.

Demikianlah kerangka umum buku ini, yang merupakan hasil kerja keras selama sepuluh bulan. Kami berharap sangat, buku ini dapat menyampaikan pesan suci secara damai dan ikhlas. Kami juga berharap agar para pembaca sudi menelaah buku ini secara objektif dan dengan konsentrasi penuh, untuk kemudian menilainya atas dasar pertimbangan filosofis dan ilmiah dan bukan atas dasar emosional atau keinginan-keinginan subjektif – baik penilaian Anda itu ditujukan untuk penolakan ataupun penerimaan atas pemikiran dalam buku ini.

Kami tidak ingin para pembaca menelaah buku ini seperti membaca sebuah novel atau roman atau hanya sekadar dianggap sebagai kesenangan intelektual atau semacam buku sastra. Buku ini jelas bukan berisi tentang cerita-cerita sastra ataupun cerita-cerita yang menyenangkan akal. Pada hakikatnya, buku ini ingin mengungkapkan persoalan-persoalan manusia sebagai makhluk berpikir. Dan tiada taufik bagiku selain dari Allah.  Kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali.

Najf Al-Asyraf, 29 Rabi’ul Tsaniy 1379 H
Muhammad Baqir Ash-Shadr 

Tidak ada komentar: