Nabi Yusuf (as) dalam al Qur’an (Bag. 5)





Sekarang marilah kita berpindah dari penjara ke kamar raja. Si raja tertidur dan bermimpi. Ia melihat dirinya berdiri di tepi Sungai Nil. Air sungai Nil turun di depan matanya. Air Sungai Nil tenggelam dan habis sehingga sungai itu menjadi tumpukan tanah yang kosong dari air. Kemudian ikan-ikan melompat-lompat sehingga tersembunyi dalam tanah sungai. Lalu keluarlah dari sungai itu tujuh sapi yang gemuk dan keluar juga tujuh sapi yang kurus. Sapi-sapi yang kurus itu malah menyerang sapi-sapi yang gemuk. Sapi-sapi yang kurus itu anehnya berubah menjadi binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang gemuk.

Dalam mimpinya itu, raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan menakutkan. la menyaksikan teriakan-teriakan sapi-sapi yang gemuk itu saat dimakan oleh sapi-sapi yang kurus.

Kemudian timbullah di atas tepi Sungai Nil tujuh tangkai hijau dan tujuh tangkai hijau itu tenggelam dalam tanah. Dan muncullah di tanah yang sama tujuh tangkai yang kering. Tiba-tiba raja bangun dari tidurnya dalam keadaan takut. Raja menceritakan mimpinya kepada para peramal, para dukun, dan para menterinya. Ia meminta kepada mereka untuk menafsirkannya. Seorang peramal berkata: "Ini adalah hal yang cukup aneh, bagaimana sapi-sapi kurus dapat memakan sapi-sapi yang gemuk? Saya kira ini adalah kembang mimpi yang tidak ada artinya." Kemudian para ahli mimpi dan para penakwil mimpi dan mereka yang ada di sekitar raja bersepakat bahwa mimpi si raja tidak memiliki makna yang khusus, atau ia hanya sekadar kembang tidur yang tidak ada artinya.

Berita tentang mimpi raja itu sampai di telinga orang yang memberi minum raja. Pikirannya berguncang ketika mendengar mimpi raja itu. Ia mulai mengingat-ingat mimpi yang dilihatnya di penjara. Ia mengingat, bagaimana Yusuf (as) menakwilkan mimpinya. Ia segera menuju ke tempat raja dan menceritakan kepadanya peristiwa yang dialaminya bersama Yusuf (as). Ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya hanya Yusuf satu-satunya yang mampu menafsirkan mimpimu. Sebenarnya ia telah berpesan kepadaku agar aku menyebut keadaaannya di depanmu tetapi terus terang, aku lupa menyampaikan pesannya."

Kemudian raja mengutus orang itu ke penjara untuk menemui Yusuf (as) dan bertanya kepadanya perihal mimpinya. Allah SWT berfirman: "Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainya yang kering. Hai orang-orang yang termuka, terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpiku. Mereka menjawab, 'Itu adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu takwil mimpi itu.' Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, 'Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).' (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru), 'Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu agar mereka mengetahuinya'" (QS. Yusuf: 43-46).

Kamar raja menjadi gelap, sementara itu layar penjara menjadi terang. Yusuf (as) tampak berada dalam penjaranya. Seorang pemberi minum raja datang padanya. Raja membutuhkan pendapatnya, dan Allah SWT akan memenangkan urusan-Nya tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari. Utusan raja itu menanyakan tentang tafsir mimpi si raja. Yusuf (as) tidak mensyaratkan kepadanya bahwa ia harus dikeluarkan dari penjara sebagai imbalan dari usahanya dalam menafsirkan mimpinya. Yusuf (as) tidak mengatakan apa-apa selain ia berusaha untuk menafsirkan mimpi raja.

Demikianlah sikap seorang nabi ketika manusia datang padanya untuk meminta pertolongan meskipun mereka berbuat lalim kepadanya. Yusuf (as) berkata kepada pemberi minum raja itu: "Yusuf berkata, 'Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun yang sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang akan kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur" (QS. Yusuf: 47-49).

Yusuf menjelaskan kepada utusan raja bahwa negeri Mesir akan mengalami masa-masa yang subur selama tujuh tahun di mana saat itu tanaman-tanaman akan tumbuh segar, dan hendaklah orang-orang Mesir tidak melampaui batas dalam memanfaatkan musim subur ini karena setelah itu akan disusul dengan tujuh tahun paceklik. Pada musim itu, apa saja yang disimpan oleh penduduk Mesir akan habis. Oleh karena itu, cara yang terbaik untuk menyimpan hasil tanaman mereka adalah, hendaklah mereka membiarkannya di tangkai-tangkainya agar ia tidak rusak atau terkena hama atau dapat berubah karena cuaca. Demikian takwil mimpi raja tersebut terkuak. Yusuf (as) justru menambahkan pembicaraan tentang keadaan suatu tahun yang belum pernah dimimpikan oleh raja. Yaitu tahun yang penuh dengan kebahagiaan. Tahun di mana manusia mendapatkan karunia dengan banyaknya tanaman-tanaman yang tumbuh dan melimpahnya air serta tumbuhnya anggur-anggur yang mereka tanam sehingga mereka memeras darinya khamar. Juga tumbuh pohon zaitun yang mereka tanam yang mereka memeras darinya minyak zaitun. Tahun ini tidak terdapat dalam mimpi raja. Ini adalah ilmu khusus yang diperoleh Nabi Yusuf (as). Yusuf (as) menyampaikannya kepada pemberi minum raja itu dan memesan kepadanya agar bagian ini pun juga dikemukakan kepada raja dan masyarakat.

Akhirnya, pemberi minum itu kembali ke raja dan menceritakan semua yang didengarnya dari Yusuf (as). Raja menjadi terheran-heran dengan apa yang didengarnya. Ia kemudian berkata: "Siapa gerangan orang yang dipenjara ini. Sungguh luar biasa. Ia menceritakan hal-hal yang akan terjadi, bahkan lebih dari itu ia memberikan cara-cara untuk mengatasi persoalan yang akan terjadi itu tanpa meminta upah atau balasan atau agar ia dibebaskan dari penjara."

Kemudian raja mengeluarkan perintah agar Yusuf (as) dibebaskan dari penjara dan dihadirkan padanya. Lalu utusan raja pergi ke penjara. Utusan ini bukan utusan yang pertama, yaitu si pemberi minum raja. Ia adalah seseorang yang memiliki jabatan penting. Kemungkinan besar ia adalah salah seorang menteri. Ia pergi untuk menemui Yusuf (as) di penjara. Ia meminta kepada Yusuf (as) agar keluar dari penjara guna menemui raja. Raja menginginkan agar ia segera menjumpainya. Ternyata Yusuf menolak untuk keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang ditujukan kepadanya dicabut. Tampak bahwa mereka menuduhnya terlibat dalam kasus pemotongan tangan para wanita.

Mungkin mereka berkata: "Yusuf ingin berbuat aniaya terhadap wanita-wanita itu, lalu kaum wanita ingin mempertahankan diri mereka dengan cara memotong tangan mereka dengan pisau." Alhasil, boleh jadi mereka menggunakan berbagai macam kebohongan yang sulit diterima, tetapi sebagaimana kita ketahui segala hal sah-sah saja dan boleh saja jika dilakukan oleh orang-orang yang hidup di istana karena hukum yang dipakai di sana adalah hukum yang mutlak. Yusuf (as) tidak mau keluar dari penjara itu kecuali bila ditetapkan bahwa beliau terlepas dari segala tuduhan: "Raja berkata, 'Bawalah dia kepadaku.' Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkalalah Yusuf, 'Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka'" (QS. Yusuf: 50).

Utusan itu kembali kepada raja. Raja berteriak ketika melihatnya sendirian: "Di mana Yusuf?" Utusan raja berkata: "Ia masih di penjara." Raja bangkit dari tempat duduknya, lalu berkata: "Bukankah aku memerintahkanmu untuk menghadirkannya?" Utusan raja berkata: "Ia menolak untuk keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dicabut. Paduka yang mulia bertanggung jawab dalam menyelesaikan kasusnya bersama wanita-wanita di istana yang telah memotong tangan mereka." Raja ber kata: "Kalau begitu, panggilah semua istri-istri menteri dan hadirkanlah istri al-Aziz. Saya minta semua hadir."

Raja merasa bahwa Yusuf menghadapi suatu perosalan di mana ia tidak mengetahui secara pasti titik terangnya. Barangkali raja mendengar berbagai macam gosip dan desas-desus yang biasa terjadi di kalangan para menterinya dan kisah yang melibatkan istri ketua menterinya dan Yusuf (as), tetapi raja itu tidak begitu peduli dengan apa yang didengarnya. Sebab cerita-cerita semacam ini sudah menjadi hal yang biasa dan sering terjadi di dunia istana yang glamor. Akhirnya, istri al-Aziz dan semua wanita yang pernah dijamunya hadir di depan raja. Raja bertanya: "Bagaimana cerita Yusuf yang sebenarnya? Apa yang kalian ketahui tentangnya? Apa benar ia terlibat dalam skandal seks?

Salah seorang perempuan memotong pembicaraan raja dan berkata: "Demi Allah, kami tidak mengetahui bahwa ia melakukan suatu keburukan." Wanita yang lain berkata: "Yusuf adalah seorang yang suci bagaikan seorang malaikat." Kemudian pandangan tertuju kepada istri al-Aziz yang tampak pucat. Ia menampakkan kerinduan untuk melihat wajah Yusuf (as). Ia mengaku bahwa ia telah berbohong dan Yusuf adalah orang-orang yang benar. Ia benar-benar telah menggoda Yusuf namun Yusuf menolak. Ia menegaskan bahwa ia benar-benar mengatakan yang sesungguhnya, bukan karena takut kepada raja dan juga wanita-wanita yang lain.

Pikirannya masih berputar sekitar Yusuf. Akhirnya, Yusuf (as) dibebaskan dari berbagai tuduhan. Allah SWT menceritakan proses pengadilan ini dan pengusutan ini dalam firman-Nya: "Raja berkata: (kepada wanita-wanita itu), 'Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepada-mu)? Mereka berkata, Maha sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu heburukan darinya. Berkata istri al-Aziz, 'Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.' Yusuf berkata, 'Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasannya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat" (QS. Yusuf: 51-52).

Al-Qur'an al-Karim menceritakan kepada kita proses pengakuan istri al-Aziz (Zulaikha) dengan menggunakan lafal-lafal insipiratif yang mengisyaratkan adanya luapan emosi dan perasaan yang dalam: "Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." Itu adalah suatu penyaksian yang utuh dari wanita tersebut tentang dosanya serta kesucian dan kejujuran Yusuf (as). Suatu kesaksian yang tidak didorong oleh rasa takut atau rasa khawatir atau apa pun lainnya.

Konteks Al-Qur'an mengungkapkan faktor yang lebih dalam dari semua ini, yaitu keinginan wanita itu agar pria yang telah mencela kesombongan feminisnya tetap menghormatinya. Ia tidak ingin pria itu terus merendahkannya sebagai wanita yang salah. Ia ingin meluruskan pikiran lelaki tentang dirinya. "Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya." Aku tidak seburuk yang dibayangkannya. Barangkali ia mulai menangis ketika berkata: "Dan aku tidak membebashan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf: 53).

Melalui perenungan ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa istri al-Aziz mengikuti agama Nabi Yusuf (as). Ia mengikuti agama tauhid. Penahanan Yusuf (as) telah membuat perubahan drastis dalam hidupnya. Ia beriman kepada Tuhannya dan memeluk agama Yusuf (as). Ia mencintai Yusuf (as) meskipun beliau jauh dan tidak bertemu dengannya.

"Dan raja berkata, 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang tepat bagiku.' Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, 'Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.' Berkatalah Yusuf, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.' Dan demikian Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa." (QS. Yusuf: 54-57).

Setelah itu, Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan kisah istri al-Aziz secara penuh. Al-Qur'an malah berpindah ke kisah yang lain sehingga kita tidak mengetahui urusannya ketika ia mengakui kejahatannya lalu dibarengi dengan pernyataan keimanannya terhadap agama Nabi Yusuf (as).

Berkenaaan dengan wanita itu, terdapat banyak dongeng palsu dan bohong. Ada yang mengatakan bahwa suaminya mati lalu ia menikah dengan Yusuf (as). Kemudian diketahui bahwa ia masih perawan. Ia mengaku bahwa suaminya adalah seorang tua yang tidak suka mendekati wanita. Ada yang mengatakan bahwa matanya menjadi buta karena saking seringnya ia menangis terhadap Yusuf (as), lalu ia keluar dari istana dan tersesat di jalan-jalan kota.

Ketika Yusuf menjadi pembesar di istana, wanita itu berteriak dengan penuh kesakitan dan penyesalan sambil berkata: "Maha Suci Allah yang menjadikan raja seorang budak karena kemaksiatannya dan menjadikan budak seorang raja karena ketaatannya."

Kemudian Yusuf bertanya: "Suara siapa itu? Dikatakan padanya: "Itu adalah istri al-Aziz yang keadaanya telah berubah. Sebelumnya ia menjadi mulia dan kini menjadi hina." Kemudian Yusuf memanggilnya dan bertanya kepadanya: "Apakah masih tersisa dalam dirimu rasa cinta pada diriku?" Wanita itu menjawab: "Sungguh, memandang wajahmu lebih aku cintai daripada dunia. Hai Yusuf, berikanlah padaku ujung cemetimu."

Lalu Yusuf memberikan kepadanya. Ia meletakkan di dadanya. Yusuf (as) melihat cemeti itu bergetar di tangannya dengan guncangan yang sangat keras karena detak jantungnya yang kuat. Masih banyak kebohongan-kebohongan lain dan dongeng-dongeng lain yang berkenaan dengannya. Kisah-kisah yang disampaikan itu semua laksana drama romantis yang berakhir pada kehancuran cinta. (Bersambung ke Bag. 6)

Tidak ada komentar: