Hindu Bermula di Banten


“Di jaman pra-Islam, daerah Banten ternyata merupakan mula kerajaan Hindu di Jawa Barat dan kawasan Selat Sunda (Lampung, Bengkulu, dan Selatan Sumatra), sebelum akhirnya kerajaan Hindu ini menjelma dan melahirkan sejumlah konfederasi Kerajaan Sunda”

Oleh Claude Guilot, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, Jacques Dumarcay, Henry Chambert Loir, Rokhus Due Awe, Francois Thierry, Marie-France Dupoizat, dan Naniek Harkantiningsih.

Dengan adanya Candi Siwa Kuno dan bergaya Jawa di atas Gunung Pulosari, kita dapat memahami kenapa dalam Tantu Panggelaran, gunung tersebut disamakan dengan Gunung Kaliasa tempat kediaman Siwa. Dengan ditemukannya Candi di Gunung Pulosari ini pula kenapa Sunan Gunung Jati menyebut pemimpin para pendetanya sebagai Brahmana Kandali, sebagaimana dituturkan Sajarah Banten dalam Pupuh XVII-4, di mana cerita teks Sajarah Banten itu memang terbukti bukan dongeng setelah ditemukannya Candi Siwa dan lima arcanya di Kawah Cipanas di Gunung Keramat Hindu Pulosari.

Arca-arca yang disebutkan sebagai “Arca Caringin” itu sempat dilupakan cukup lama, entah sengaja atau tanpa sengaja, sejak diangkut ke Jakarta, dan di sana telah tercampur dengan ratusan arca lain yang sejenis. Meskipun demikian, arti pentingnya tidak luput dari perhatian ilmuwan terkenal R. Friedrich pada tahun 1850. Dalam sebuah kajian mengenai arca-arca yang ditemukan di Gunung Pulosari itu, yang dalam hal ini tentang satu arca Ganesha, ilmuwan R. Friedrich menulis:

“Arca semacam ini, serta arca-arca lainnya yang bergaya sama, telah ditemukan di daerah Banten, di bagian Pulau Jawa yang paling barat, yang tak ragu lagi telah menandakan bahwa peradaban dan seni Hindu telah tersebar sampai ke pantai negeri itu. Arca-arca itu juga telah sangat jelas menunjukkan bahwa peninggalan kuno tersebut tidak berasal dari Pajajaran, sebab segala sesuatu yang telah kita ketahui tentang Pajajaran menunjukkan keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan seni, yang pada saat yang sama arca-arca itu telah menunjukkan dengan jelas bahwa ada sebuah Kerajaan Hindu di Banten jauh sebelum Pajajaran.”

Bukti yang ada cukup banyak untuk menegaskan bahwa Gunung Pulosari, sebagai Gunung Keramat Kerajaan Sunda Banten Girang, memang kuno sifat keagamaannya. Bahwa Candi di Gunung Pulosari didirikan pada abad ke-10, yaitu sezaman dengan didirikannya Kerajaan Sunda Banten Girang, sangat jelas bukan sebuah kebetulan semata. Jadi, dapatlah dinyatakan bahwa Banten Girang bukan sekedar sebuah kotapraja, sebagaimana anggapan yang selama ini menyesatkan dan dipercaya sekian lama, melainkan Ibukota sebuah Kerajaan yang disinyalir oleh ilmuwan R. Friedrich.

Masih ada unsur lain lagi yang dapat membuktikan bahwa itu sebuah Kerajaan Hindu kuno. Menurut Sajarah Banten Pupuh XVII, 14-15, yaitu ketika Hasanuddin berada di atas Gunung Pulosari, yang berarti sebelum ibukota Banten Girang direbutnya secara militer, ia juga pergi ke Pulau Panaitan, yang terletak di sebelah selatan Selat Sunda, di sana ia menyelam ke dasar laut dan kembali dengan membawa sebuah gong keramat.

Ternyata, di pulau yang tidak dihuni itu, dan sekarang menjadi bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon, ketika ahli-ahli topografi memasang sebuah pancang triangulasi di puncak Gunung Raksa pada akhir abad ke-19, pada saat itulah mereka menemukan dua buah arca Ganesha dan Siwa, yang bila melihat gayanya, berasal dari abad ke-14 dan ke-15. Adegan panjang dalam Sajarah Banten mengenai tindak-tanduk Hasanuddin sebelum menaklukkan Banten Girang itu, jelas bertujuan melukiskan penguasaan rohani atas wilayah politik yang bakal direbutnya dengan senjata. Singkatnya, Pulau Panaitan juga termasuk wilayah Kerajaan Sunda Banten Girang.

Mengenai agama yang dianut di Banten pada masa itu, hendaknya ditambahkan pula bahwa pada awal abad ke-21, pada waktu pembuatan sebuah terusan, sebuah arca Nandi, wahana Siwa, ditemukan di Karangantu, di bagian timur Kota Pelabuhan Banten. Melihat gayanya, arca yang sekarang disimpan di Museum Banten itu, rupa-rupanya berasal dari abad ke-13 atau ke-14. Pada saat itu, penemuan yang tersediri itu mulanya dianggap tidak penting. Namun, bila dilihat dalam konteks yang baru kami gambarkan itu, arca itu tergolong dalam suatu sistem yang koheren, bahkan dapat diperkirakan bahwa arca Nandi itu berasal dari sebuah candi yang didirikan di Pelabuhan Banten.

Dengan demikian, sangatlah jelas, bahwa sebuah kesatuan politik yang terpusat atau beribukota di Banten Girang, telah didirikan dan telah ada pada paro pertama abad ke-10 dan berlangsung sampai awal abad ke-16. Kerajaan itu rupanya tetap beragama Siwa sampai tiba waktunya perebutan oleh Wangsa Muslim yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati dan anaknya Maulana Hasanuddin.

Tidak ada komentar: