Muhammad Rasulullah Bagian Ketujuh




Pada awal-awal masa tersebarnya Islam, kaum Muslim menyadari bahwa mereka menghadapi peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap ada. Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan mereka justru semakin meningkat, dan setiap penganiayaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy, maka mereka tetap bertahan untuk mempertahankan kebenaran. Sebagai contoh, Amar bin Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi korban dari sistem ekonomi yang berlaku saat itu, yaitu ekonomi yang berdasarkan kepada sistem perbudakan. Seorang yang beriman tersebut disiksa di Mekah di mana ia tidak memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka mengeluarkannya ke gurun dan menyiksanya beserta ibunya. Bahkan siksaan semakin meningkat atas ibunya agar ia kembali menjadi musyrik. Ketika ia tetap mempertahankan keimanannya dan dengan tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal menikamnya dengan belati yang ada di dua tangannya. Ia pun meninggal. Dan Islam mengorbankan syahidnya yang pertama. Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin Yasir.

Banyak kalangan orang-orang bodoh mengatakan tentang persetujuan Islam terhadap sistem perbudakan, atau Islam mendiamkan sistem perbudakan. Mereka lupa bahwa Islam dibangun berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya; Islam ingin mengeluarkan manusia dari kepemilikan sesama manusia menuju kepemilikan kepada Allah SWT.

Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan, maka dasar-dasarnya secara umum dan prinsip-prinsip utamanya menghentikan—baik dalam tindakan maupun ucapan—sumber-sumber sistem ini. Allah SWT sebagai pemilik syariat mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan berubah dengan perubahan waktu, dan karena Islam tidak turun pada waktu yang terdapat perbudakan saja, tetapi ia turun secara umum dan menyeluruh untuk setiap zaman, maka Islam sengaja melewati bentuk-bentuk yang temporal ini dari bentuk-bentuk eksploitasi menuju unsur yang pertama atau dasar pertama yang menimbulkan bentuk-bentuk eksploitasi tersebut, sehingga Islam mengharamkannya. Dengan cara demikian, Islam mengharamkan sistem perbudakan secara bertahap, seperti proses pengharaman khamer. Jadi, keseriusan Islam sangat menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan.

Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak para tawanan perang, maka kita akan mengatakan bahwa Islam menerapkan sistem ini sebagai bentuk pembalasan terhadap perlakuan yang sama di mana musuh-musuh Islam menjadikan kaum Muslim sebagai budak-budak mereka ketika mereka menawannya. Oleh karena itu, secara alami orang-orang Islam pun menawan mereka sebagai budak-budak. Jika Islam tidak melakukan yang demikian, maka boleh jadi Islam akan dimain-mainkan dan ada kesempatan besar bagi orang-orang musyrik untuk memperdaya Islam.

Demikianlah bahwa dakwah Islam mengalami berbagai macam hambatan dan penindasan. Dan ketika orang-orang yang tersiksa mengadu kepada Rasulullah saw atas penindasan yang mereka terima, maka Rasulullah saw memberitahu mereka dengan pembicaraan yang jelas bahwa para dai di jalan Allah SWT harus mengorbankan kesenangan mereka, kedamaian mereka, dan darah mereka sebagai harga yang pantas untuk tersebarnya dakwah Islam. Kebebasan bukan diperoleh dengan cuma-cuma. Sejarah kehidupan menceritakan kepada kita bahwa ia dipenuhi dengan gumpalan darah yang harus dibayar oleh masyarakat untuk memerangi musuh-musuhnya dari luar dan dari dalam. Jika ini dialami setiap orang yang menuntut kebebasan pada zaman dan tempat tertentu, maka bagaimana dengan orang-orang yang menuntut kebebasan manusia secara keseluruhan.

Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa dengan mengumumkan dakwahnya, maka ia pasti akan menerima pengusiran, penindasan, penjara, pengepungan dan pembunuhan. Ini adalah harga yang pantas yang harus dibayar ketika berdakwah di jalan Allah SWT; inilah harga kebebasan. Bahkan terkadang kaum yang batil pun membayamya dengan senang hati, maka bagaimana mungkin orang-orang yang bersama kebenaran ragu untuk melakukannya.

Pada hakikatnya, manusia cinta kepada keabadian. Secara naluri manusia merasa takut pada azab dan kematian. Dan barangkali yang membedakan orang-orang Islam yang hakiki dengan yang lainnya adalah bahwa mereka terbebas dari rasa ketakutan dan cinta keabadian. Ini adalah tolok ukur yang pasti untuk membedakan antara seorang Muslim yang hakiki dan seorang Muslim yang hanya namanya atau Muslim warisan atau hanya klaim semata.

Seorang Muslim yang hakiki menyadari bahwa ajal di tangan Allah SWT, rezeki adajuga di tangan-Nya, begitu juga keamanan semua ada di tangan-Nya. Dengan keimanan seperti ini, ia memulai pergulatannya untuk menyebarkan dakwah. Ia siap untuk menerima penyiksaan dan penderitaan di jalan Allah SWT; ia pun siap meneteskan darahnya sebagai harga yang pantas yang diberikannya dalam rangka memperoleh kebebasan. Ini semua dilakukanya dengan begitu sederhana dan tidak ada rasa takut karena Islam membebaskannya dari rasa ketakutan. Dahulu para pembangkang menggergaji orang-orang yang menyeru di jalan Allah SWT dengan menggergaji saat mereka dalam keadaan hidup-hidup.

Khabab bin Irit pergi menemui Rasulullah saw dan meminta tolong kepada beliau dari penyiksaan orang-orang Quraisy, sambil berkata: "Tidakkah engkau menolong kami, wahai Rasulullah? Tidakkah engkau berdoa kepada kami, ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab: "Sungguh sebelum kalian terdapat orang-orang yang berdakwah di jalan Allah SWT lalu mereka dimasukkan dalam suatu galian tanah lalu mereka digergaji di mana tubuh mereka dipisah menjadi dua, namun mereka tetap mempertahankan agamanya. Demi Allah, sungguh Allah SWT akan menolong masalah ini tetapi kalian terlalu tergesa-gesa."

Dengan kalimat-kalimat yang penuh kesabaran dan keberanian ini, Rasulullah saw ingin memahamkan kepada orang tersebut bahwa termasuk dari kesempurnaan iman adalah membayar harga kebebasan. Jelas sekali bahwa Islam tidak memberikan keuntungan bagi orang yang memeluknya. Orang-orang Islam yang pertama tidak bertanya dan mengatakan: "Apa yang kita peroleh dari agama ini?" Sebaliknya, mereka bertanya: "Apa yang kita bayar untuk Islam?" Jawabannya adalah: "Segala sesuatu dimulai dari suapan-suapan roti sampai darah yang tertumpah." Jadi, kaum Muslim yang pertama telah membayar ongkos kebebasan. Mereka merasakan kedamaian yang luar biasa untuk mempertahankan agama Allah SWT; mereka mendapatkan kepercayaan yang tinggi tentang kemenangan kebenaran yang datang kepada mereka; mereka justru memberitahu orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar. Dengan dakwah yang mereka lakukan, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin di muka bumi. Kaum musyrik justru memanfaatkan kepercayaan ini untuk mengejek mereka dan menertawakan mereka.

Ketika Aswad Ibnu Matlab dan orang-orang yang bersamanya melihat sahabat-sahabat Nabi, maka mereka mengejek dan mengatakan: "Telah datang kepada kalian pemimpin-pemimpin bumi yang esok akan mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar, kemudian mereka bersiul dan bertepuk tangan." Namun kaum mukmin tidak peduli dengan ejekan tersebut. Demikianlah bahwa ejekan demi ejekan terus menyertai dakwah kaum Muslim. Kemudian kaum Quraisy mengadakan pertemuan yang bersejarah untuk menyatukan pandangan dalam rangka menyerang Rasulullah saw. Kaum musyrik menuduhnya bahwa beliau adalah seorang ahli sihir, dan pada kali yang lain mereka menuduhnya bahwa beliau adalah dukun, dan pada kali yang lain lagi mereka menuduhnya bahwa beliau adalah penyair, bahkan pada kali yang lain mereka menuduhnya bahwa beliau adalah seorang yang gila. Kemudian mereka semua sepakat untuk menuduh bahwa beliau adalah seorang penyihir.

Walid bin Mughirah yang terkenal sebagai orang yang terpandang di kalangan mereka menuduh Rasulullah saw sebagai penyihir yang dapat memisahkan antara sesama saudara dan antara seseorang dengan isterinya. Kemudian mereka membikin kelompok-kelompok yang mengingatkan para pendatang di Mekah bahwa Muhammad adalah seorang penyihir. Meskipun demikian, dakwah Islam tetap berlangsung. Ia tetap tersebar dengan pelan namun pasti dan kalimat-kalimat yang diutarakan Nabi justru mengingatkan perjanjian yang pernah dilakukan oleh manusia, yaitu perjanjian saat Allah SWT menyaksikannya ketika mereka masih di alam atom di punggung Adam: "Bukankah aku Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Benar.'" (QS. al-A'raf: 172)

Bertambahlah jumlah kaum Muslim hingga kaum Quraisy merasakan ketakutan. Mereka mulai melihat bahwa penggunaan cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka memilih untuk menggunakan cara baru, yaitu bagaimana seandainya mereka menggunakan perdamaian dan perundingan. Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding.

'Utbah berkata kepada Rasul saw: "Wahai anak saudaraku, kami mengetahui kedudukanmu di sisi kami dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang besar di mana engkau memisahkan kelompok-kelompok mereka. Maka dengarkanlah aku karena aku ingin berbicara tentang beberapa hal. Barangkali engkau akan menerima sebagiannya." Rasul saw berkata: "Silakan berbicara wahai 'Utbah." 'Utbah berkata: "Jika engkau menginginkan harta niscaya kami akan mengumpulkan harta bagimu, sehingga engkau akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami, dan jika engkau menginginkan kehormatan, maka kami akan memberi kehormatan itu bagimu dan jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan menyerahkan kekuasaan padamu dan jika engkau terkena penyakit yang engkau tidak mampu menolaknya dari dirimu, maka kami akan mencarikan tabib bagimu dan kami akan mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh."

Demikianlah 'Utbah mengakhiri pembicarannya. Kemudian ia menunggu reaksi Nabi. Lalu Rasulullah saw berkata: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; Sesungguhnya kami bekerja (pula).' Katakanlah: 'Bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orangyang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (hehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.' Maha Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perhasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat: 1-13)

Rasulullah saw telah menjawab tawaran 'Utbah di mana beliau memilih untuk menghadapi tawaran dan iming-iming tersebut dengan membaca sebagian dari surah Fhusilat yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya: "Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum "Ad dan kaum Tsamud. " (QS. Fushilat: 13)

'Utbah berdiri dalam keadaan takut dan segera menuju kaum Quraisy. Bayang-bayang azab dunia terngiang di telinganya. Dan ketika ia sampai ke orang Quraisy, ia mengusulkan agar orang-orang Quraisy membiarkan apa saja yang dilakukan Muhammad. Gagallah perundingan dengan seorang Muslim yang pertama, yaitu Rasulullah saw. Gagalnya perundingan tersebut sebagai bentuk pemberitahuan tentang kembalinya tindak kekerasan dan penyiksaan terhadap sahabat-sahabat Rasul saw. Kemudian kaum musyrik semakin meningkatkan penindasan terhadap kaum Muslim. Rasulullah saw sangat menderita melihat hal yang dirasakan para sahabatnya. Ketika kaum Muslim membayar harga yang paling mahal sebagai konsekuensi dari akidah yang mereka anut dan mereka dengan sabar memikul penderitaan di jalan Allah SWT, maka Rasulullah saw mengisyaratkan mereka untuk berhijrah. Beliau memberikan izin untuk berhijrah bagi orang yang ingin hijrah.

Kemudian Dimulailah gelombang hijrah. Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu setelah dua tahun diumumkannya dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas orang Muslim. Mereka keluar secara rahasia dan mereka menuju ke laut. Mereka berlayar meskipun orang-orang yang tinggal di gurun sebenarnya tidak ingin berlayar karena mereka takut dari laut dan mereka yakin bahwa manusia yang berlayar di laut akan menjadi ulat di atas kayu-kayu yang berenang.

Selanjutnya, gelombang hijrah yang kedua pun dimulai. Kali ini diikuti oleh delapan puluh tiga orang laki-laki dan sembilan belas perempuan. Kemudian orang-orang Quraisy berusaha untuk mengirim beberapa orang dan tetap berusaha menyiksa dan menyakiti orang-orang yang berhijrah. Mereka mengutus ke Najasyi, Raja Habasyah, orang-orang yang dapat mempengaruhinya untuk menentang orang-orang yang berhijrah. Mereka menuduh kaum Muslim meninggalkan agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak menganut agama Najasyi, yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang Quraisy tidak lupa mengirim hadiah kepada Najasyi sebagai bentuk suapan kepadanya. Tampaknya Najasyi seorang yang berakal lalu ia mengutus seseorang kepada kaum muhajirin dan bertanya kepada mereka tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum muhajirin menceritakan kepadanya tentang Islam.

Najasyi bertanya tentang Isa lalu mereka menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya dan ruh-Nya serta kalimat-Nya yang diletakkan kepada Maryam, wanita yang perawan yang suci." Kemudian Najasyi mengambil satu kayu kecil dari bumi dan mengatakan: "Penjelasan tentang Isa yang kalian katakan tidak lebih dari kayu kecil ini. Pergilah kalian dan kalian akan aman." Najasyi mengembalikan hadiah kaum Quraisy dan mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga aku tidak mungkin mengambilnya dari kalian."

Demikianlah kaum muhajirin tinggal di negeri yang damai, yaitu Habasyah negeri yang dipimpin oleh seorang laki-laki yang diberi kematangan berpikir di mana ia cenderung mengimani karakter al-Masih sebagai seorang manusia. Dan salah satu keajaiban kekuasaan Ilahi adalah bahwa masyarakat Islam yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan dalam akidahnya, namun mereka justru merasakan kekuatan.

Allah SWT memperkuat dakwah Islam dengan masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu Hamzah, paman Nabi dan Umar bin Khatab. Kedua orang itu mempunyai kepribadian yang tangguh di Mekah di mana masing-masing dari mereka terkenal di tengah-tengah kaumnya. Allah SWT berkehendak untuk memberi Islam dua orang lelaki yang tangguh di Mekah dan Allah SWT telah meletakkan rahmat yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam karena dorongan emosi, fanatisme, dan rahmat terhadaporang-orang yang tidak memberikan pembelaan kepada Muhammad saw.

Salah seorang perempuan berkata kepada Hamzah: "Seandainya engkau melihat apa yang diperoleh oleh anak dari saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa." Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar dalam urat-urat Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah mencari-cari Abu Jahal lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya. Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal sambil berteriak: "Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal aku berada di atas agamanya."

Demikianlah permulaan keislaman Hamzah. Hamzah adalah seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar ketika ia melihat anak saudaranya disiksa dan dianiaya dan dia tidak mendapati seorang pun yang membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama dari keislaman Hamzah, namun sebab yang paling dalam dan yang paling menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah dianugerahkan kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki yang berdakwah di jalan Allah SWT hanya karena ia seorang yang lemah dan tidak mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.

Sedangkan Umar bin Khatab terkenal dengan ketangguhan sikap dan kekerasan perilaku. Seringkali kaum Muslim mendapat siksaan darinya ketika ia masih menganut jahiliah. Dan salah seorang yang mendapatkan siksaan ciarinya adalah Amir bin Rabi'ah dan isterinya. Amir beserta istcrinya menetapkan untuk berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab menemuinya lalu ia mendapati isteri Amir dan tidak mencmukan suaminya. Umar melihat wanita itu sedang bersiap-siap untuk berhijrah lalu Umar berkata (saat itu sumber rahmat telah memancar pada dirinya): "Apakah engkau akan pergi wahai Ummu Abdillah?" Dengan nada jengkel, wanita itu berkata: "Benar, demi Allah kami akan keluar dan menuju tanah Allah SWT. Engkau telah menyiksa kami dan telah memaksa kami untuk berhijrah. Kami akan pergi sehingga Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada kami." Umar berkata: "Mudah-mudahan Allah SWTmenemanimu."

Wanita itu melihat tanda-tanda kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika suaminya kembali, ia menceritakan kepadanya bahwa ia sangat berharap kepada keislaman Umar. Lalu suaminya menjawab: "Ia tidak mungkin masuk Islam sampai keledai Umar masuk Islam." Ia mengatkan demikian karena ia melihat betapa bengisnya dan kejamnya Umar. Namun perasaan lembut wanita itu lebih kuat daripada pandangan pikiran lelaki itu dan keputusannya yang terlalu cepat kepada Umar.

Belum lama mereka berhijrah sehingga Umar masuk Islam. Orang-orang muhajirin mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam dirinya. Dan barangkali Umar merasa kebingungan lalu ia menetapkan untuk membunuh Rasul saw. Dengan menghunuskan pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw. Kemudian ia bertemu dengan orang-orang yang memergokinya dalam keadaan kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya, hendak kemana ia akan pergi? Umar menjawab: "Aku hendak ke Muhammad aku akan membunuhnya sehingga orang-orang Arab merasa tenteram." Dengan nada mengejek, seseorang berkata: "Tidakkah engkau memulai dari keluargamu sebelum engkau membunuh Muhammad." Dengan nada jengkel, Umar berkata: "Apa yang terjadi pada keluargaku?" Lelaki itu menjawab: "Saudara perempuanmu dan suaminya telah masuk Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya." Umar segera mencari saudara perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya sedang membaca Al-Qur'an.

Ketika melihat Umar, mereka menyembunyikan Al-Qur'an. Umar bertanya: "Sepertinya aku mendengar suara bisikan dari luar." Tetapi saudara perempuannya mengatakan: "Tidak." Kemudian suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah kepadanya. Wanita itu bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya sehingga darah segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber rahmat dari diri Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wudhu agar mereka mengizinkan untuk membaca Al-Qur'an. Umar pun membacanya. Belum lama Umar membacanya sehingga ia pergi menemui Rasul saw.

Tanpa ragu, Umar memilih untuk masuk Islam. Dan pedang yang dibawanya itu menjadi pedang yang paling kuat yang dengannya ia mempertahankan agama Muhammad saw. Kemudian ia mengetuk pintu untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau bersama sahabatnya. Dari celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar bin Khatab sedang menghunuskan pedang. Kemudian sahabat itu kembali kepada Nabi dengan membawa berita yang sangat mengejutkan ini. Ia menduga bahwa Umar datang dengan maksud jahat.

Rasulullah saw bangkit dan memerintahkan para sahabatnya agar membiarkan Umar. Rasulullah saw membukakan pintu Kemudian ia menyambut Umar bin Khatab dan bertanya kepadanya apa yang diinginkannya. Umar menjawab bahwa ia datang untuk mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Orang-orang Quraisy mulai merasa bahaya akan mereka temui setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para tokoh-tokoh Mekah dan orang-orang yang dihormati telah masuk Islam. Sebelum Umar masuk Islam, kaum Muslim bertawaf di Ka'bah secara rahasia dan dengan malu-malu, namun ketika Umar masuk Islam ia menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang mencegahnya untuk bertawaf, bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya saat tawaf. Mekah mengetahui bahwa ia menghadapi suatu dakwah yang akan dapat mengubah jazirah Arab.

Tidak ada komentar: