oleh Profesor
David Benjamin Keldani, B.B. (Wafat 1940) Uskup Katholik Roma di
Uramiah, Kaldea. (Penerjemah: H.W.
Pienandoro SH)
"Ceritera
tentang Daud melakukan perzinaan dan dua malaikat yang telah datang kepadanya
untuk mengingatkannya akan dosanya adalah suatu kepalsuan yang gila"
"Perjanjian
(Covenant) antara Tuhan dan Nabi Ibrahim telah dibuat untuk Ismail, dan bahwa
orang "yang paling mulia atau terpuji" adalah keturunan Nabi Ismail
dan bukan Nabi Ishaq melalui Nabi Daud"
“Kristus sendiri yang menjawab, yaitu: Ruh
Daud menuliskan ini, Dia melihat Adon Muhammad seperti Daniel telah melihatnya
(Daniel vii), dan (seperti) Paul telah melihatnya (2 Corinthian xii)”
Riwayat Raja Daud, pengalamannya dan tulisan
kenabiannya, dijumpai dalam dua buku dalam Perjanjian Lama, Samuel dan Psalms
(Zabur). Beliau adalah anak bungsu dari Yishai (Jessie) dari suku Yehuda
(Judah). Ketika masih sebagai penggembala muda, beliau telah membunuh seekor
beruang dan mencabik seekor singa menjadi dua. Anak muda pemberani itu
menyambitkan batu kecil tepat di tengah dahi Goliath, pahlawan Filistin yang
bersenjata dan menyelamatkan tentara orang-orang Israel. Hadiah tertinggi bagi
hasil yang gemilang yang menunjukkan keberanian adalah tangan Michal, anak
perempuan Raja Saul.
Daud memainkan harpa dan seruling, dan seorang
penyanyi yang baik. Pelariannya dari ayah mertuanya yang iri hati,
petualangan-petualangannya dan pengalamannya yang berkaitan sebagai bandit
sangatlah dikenal dalam Injil.
Pada saat kematian Saul, Daud diundang
orang-orangnya untuk meneruskan pemerintahan kerajaan, untuk mana beliau sudah
lama diurapi sebelumnya oleh Nabi Samuel. Beliau memerintah selama kira-kira
tujuh tahun di Hebron. Beliau merebut Jerusalem dari kaum Jebusit dan
menjadikannya sebagai ibu kota kerajaannya. Dua gunung atau bukitnya dinamakan
"Moriah" dan "Sion". Kedua kata itu memiliki kesamaan arti
dengan dan merupakan import sebagai bukit "Marwa" dan "Sapha"
di Mekkah, yang arti katanya masing-masing ialah "tempat visi Tuhan"
dan "batu karang" atau "batu".
Peperangan yang dilakukan Daud, kesulitan
keluarganya yang sangat menyedihkan, dosanya terhadap prajuritnya yang setia,
Uriah, dan isterinya, Bathsheba, tidak dibiarkan sebagai priviliege. Beliau
memerintah selama empat puluh tahun; hidupnya ditandai dengan perang dan
kesedihan keluarga. Dalam Injil ada beberapa ceritera yang saling bertentangan
mengenai beliau yang terbukti harus dirujuk kedua sumber yang bertentangan.
Kejahatan yang dituduhkan kepada Daud seperti
diklaim dalam Injil berhubungan dengan Uriah dan isterinya (2 Samuel xi.) bahkan
tidak disinggung dalam Al-Qur’an, malahan Al-Qur’an merujuk kepada karakter
saleh yang bagus sekali dan bahwa beliau bukan satu di antara Utusan-Utusan
kelas tinggi. Itu adalah salah satu dari superioritas Al-Qur’an yang Suci bahwa
Al-Qur’an mengajarkan kepada kita bahwa semua Nabi dilahirkan tanpa dosa dan
wafat tanpa dosa.
Tidak seperti Injil, Al-Qur’an tidak melekatkan
kepada para Nabi itu kejahatan dan dosa, umpamanya kejahatan ganda Daud yang
tersebut dalam Injil yang menurut Hukum Musa dapat dihukum mati – yang
jangankan Nabi yang merupakan pemuja Tuhan Yang Maha Kuasa yang terpilih,
kepada nama orang biasa saja tak terpikirkan oleh kita untuk mengkaitkannya.
Ceritera tentang Daud melakukan
perzinaan dan dua malaikat yang telah datang kepadanya untuk mengingatkannya
akan dosanya adalah suatu kepalsuan yang gila – di manapun hal itu dapat
dijumpai. Ceritera itu telah dibantah oleh pendapat
terbaik orang Islam. Razi berkata: "Kebanyakan para terpelajar menyatakan
tuduhan itu palsu dan mencercanya sebagai kebohongan dan ceritera yang jahat.
Kalimat istaghfora dan ghafarna yang terdapat dalam Al-Qur’an ayat 24 surah 38
tidaklah menunjukkan dengan cara apapun bahwa Daud telah melakukan suatu dosa,
karena istighfar sesungguhnya berarti mencari perlindungan; dan Daud mencari
perlindung Yang Maha Suci ketika beliau melihat musuhnya telah menjadi begitu
berani terhadap beliau; dan dengan ghafarana dimaksudkan perbaikan atau koreksi
masalahnya; karena Daud yang adalah penguasa yang agung, tidak dapat berhasil
menahan musuhnya tetap dalam kendalinya sepenuhnya.
Perjanjian Lama tidak menyebutkan waktu kapan
kemampuan meramal itu diberikan kepada Daud. Kita baca di sini bahwa sesudah
Daud melakukan dua dosa itu, Nabi Nathan dikirimkan oleh Tuhan untuk
memperingatkan Daud. Benar bahwa hingga akhir dari hidupnya kita dapati beliau
selalu mencari bantuan dari para nabi lain. Menurut ceritera Injil, karena itu
tampaknya bahwa kemampuan meramal itu datang kepadanya sesudah beliau bertobat
dengan sebenar-benarnya.
Dalam salah satu artikel saya telah mencatat
bahwa sesudah pecahnya kerajaan itu menjadi dua negara merdeka yang sering
berperang satu dengan lainnya, sepuluh suku bangsa yang membentuk kerajaan
Israel itu selalu bersikap bermusuhan dengan dinasti Daud dan tidak pernah
menerima bagian lain dari Perjanjian Lama kecuali Taurat atau Hukum Musa
seperti termuat dalam Pentateuch. Ini terbukti dalam lima kitab pertama dari
Perjanjian Lama versi Samaritan . Kita tidak bertemu dengan satu katapun atau
satu ramalanpun tentang keturunan Daud dalam memoir dari nabi besar seperti
Eliyah, Elisha dan lain-lainnya yang berkembang di Samaria selama pemerintahan
raja-raja Israel yang rusak. Hanya sesudah jatuhnya kerajaan Israel dan
pemindahan sepuluh suku bangsa Israel ke Asiria bahwa Nabi dari Judea mulai
meramal kebangkitan beberapa Pangeran dari Rumah Daud yang segera akan
memulihkan seluruh negeri dan bangsa dan menundukkan musuh-musuhnya.
Ada beberapa perkataan yang tidak jelas dan
bermakna ganda dalam tulisan atau memoirs dari nabi-nabi yang kemudian itu yang
telah memberikan kegembiraan yang menggairahkan dan luar biasa kepada Romo-Romo
dari Gereja; namun dalam kenyataannya mereka itu tidak ada sangkut pautnya
dengan Jesus Kristus. Dengan singkat saya akan mengutip dua ramalan.
Yang pertama ialah dalam Yesaya (Pasal vii.
ayat 14), di mana Nabi meramalkan bahwa "Sesungguhnya seorang perempuan muda
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan kamu akan
menamakannya Emmanuel." Kata a’lmah dalam bahasa Ibrani tidak berari
"perawan" seperti biasa diterjemahkan oleh teolog Kristen dan karena
itu diterapkan pada Perawan Maryam, tetapi kata itu berarti "marriageable
woman, maiden, damsel" atau wanita muda yang sudah mencapai umur pantas
menikah. Perawan dalam bahasa Ibrani ialah "bthulah". Lalu nama anak
itu Emmanuel, yang berarti "God-is-with-us" atau "Tuhan bersama
kita".
Ada ratusan nama dalam bahasa Ibrani yang
terdiri dari "el" dan kata benda lain yang membentuk suku kata atau
yang pertama atau yang terakhir dari nama benda majemuk itu. Tidak Yesaya,
tidak Raja Ahaz, tidak pula seorang Yahudi yang manapun yang pernah berfikir
bahwa anak yang baru lahir itu menjadi dirinya sendiri "Tuhan bersama
kita". Mereka tidak pernah berfikir apapun lainnya kecuali bahwa namanya
akan menjadi sebegitu rupa. Namun teks itu mengatakan bahwa adalah Ahaz (yang
tampaknya sudah mengenal perempuan muda dengan anak itu) yang telah memberi
nama pada anak laki-laki itu. Ahaz ada dalam bahaya, musuhnya mendesak maju ke
Jerusalem, dan janji ini dibuat baginya dengan menunjukkan kepadanya sebuah
tanda , yaitu seorang wanita muda yang mengandung, dan bukan Perawan Maryam,
yang akan datang ke dunia lebih dari tujuh ratus tahun kemudian!
Ramalan sederhana tentang anak ini yang akan
dilahirkan selama pemerintahan Ahaz telah sama disalah-artikan oleh penulis
Injil Matius (Matius i. 23). Nama "Jesus" itu diberikan oleh malaikat
Jibril (Matius i. 21), dan beliau tidak pernah disebut "Emmanuel".
Tidakkah ini suatu skandal mengambil nama ini sebagai argumen dan bukti tentang
doktrin Kristen "inkarnasi"?
Intepretasi lain yang aneh mengenai ramalan
kenabian ialah dari Zakaria (ix. 9), yang salah dikutip dan disalah-artikan
seluruhnya oleh penulis Injil yang pertama (xxi. 5). Nabi Zakaria berkata:
" Banyaklah bergembira, wahai puteri Sion; berteriaklah, wahai puteri
Jerusalem: perhatikanlah, Rajamu datang kepadamu; lurus dan dengan
penyelamatan, lemah lembut dan mengendarai seekor keledai; dan di atas anak
keledai jantan anak keledai betina itu."
Dalam kalimat puitis penyair itu hanya
menginginkan untuk melukiskan keledai jantan di atas mana Raja itu duduk -
dengan mengatakan bahwa itu ialah keledai muda, dan itu anak keledai jantan
juga, digambarkan sebagai anak keledai betina. Itu hanya seekor anak keledai
jantan atau keledai muda. Kini Matius mengutipnya dengan cara berikut:
"Katakan
kepada puteri Sion,
Lihat,
Rajamu datang kepadamu,
Ia
lemah lembut dan mengendarai seekor keledai
Seekor
keledai beban yang muda"
Apakah orang yang menulis ayat di atas itu
percaya atau tidak percaya bahwa Jesus ketika berhasil memasuki kota Jerusalem
dengan gemilang dengan mengendarai atau duduk pada saat yang bersamaan baik di
atas keledai induk maupun keledai anak, merupakan keajaiban bukanlah masalahnya;
bagaimanapun benar untuk berkata bahwa sebagian besar Pendeta-Pendeta Gereja
memang mempercayainya begitu; dan tak pernah terpikir oleh mereka bahwa
penampilan semacam itu akan tampak lebih sebagai lelucon daripada upacara
kerajaan yang megah. Namun Lukas berhati-hati, dan tidak membuat kesalahan
seperti kesalahan Matius. Apakah kedua penulis ini diilhami oleh Ruh yang sama?
Zakaria meramal di Jerusalem sesudah
kepulangan kembali orang-orang Yahudi dari tangkapan, tentang akan datangnya
seorang raja. Meskipun lemah lembut dan sederhana, menaiki seekor anak keledai
jantan dari seekor keledai betina, masih juga dia datang dengan penyelamatan dan
akan membangun kembali rumah Tuhan. Zakaria meramalkan hal ini pada saat ketika
orang-orang Yahudi sedang berusaha untuk membangun kembali Kuil dan kota yang
sudah runtuh; orang-orang dari daerah sekeliling mereka itu menentang mereka;
pekerjaan membangun itu terhenti sehingga Darius, raja Persia, mengeluarkan
perintah untuk pembangunan kuil itu.
Meskipun tidak pernah muncul raja Yahudi
semenjak abad ke-6 sebelum Kristus, bagaimanapun mereka memiliki pemerintahan
yang otonom di bawah kekuasaan asing. Penyelamatan yang dijanjikan di sini,
agar dicatat, adalah fisikal dan segera, dan bukan penyelamatan yang akan
datang lima ratus dua puluh tahun kemudian, sesudah Jesus dari Nazareth
mengendarai dua ekor keledai sekaligus pada saat yang sama dan memasuki Jerusalem,
yang sudah menjadi kota besar dan kaya dengan kuil yang indah, hanya untuk
ditangkap dan disalib oleh orang-orang Yahudi sendiri dan oleh orang Romawi
tuan mereka, sebagaimana diceriterakan oleh Injil sekarang ini kepada kita! Hal
ini tidak akan menjadi hiburan sama sekali bagi orang Yahudi miskin yang
dikelilingi oleh musuh dalam kota yang sudah hancur. Dengan sendirinya, dengan
kata "raja" kita bisa mengerti adalah salah satu dari pemimpin utama
mereka – Zerobabel, Ezra atau Nehemiah.
Dua contoh ini dimaksudkan untuk terutama
menunjukkan kepada pembaca Muslim – yang mungkin tidak begitu mengenal
Kitab-Kitab Suci Yahudi – bagaimana ummat Kristen telah diselewengkan oleh
pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka (priests and monks) dengan memberikan
penafsiran dan pengetian yang bodoh terhadap ramalan-ramalan yang termuat di
dalamnya.
“Kini
aku datang kepada ramalan Daud; -
YahwaH
berkata kepada ADON-ku,
Duduklah
di sebelah kananku hingga aku menempatkan
Musuh-musuhmu
di bawah kakimu"
Ayat Daud ini ditulis dalam Psalm cxi, dan
dikutip oleh Matius (xxii. 44), Markus (xii. 36) dan Lukas (xx. 42). Kedua nama
yang terdapat dalam baris kedua itu diterjemahkan dalam semua bahasa sebagai: "The Lord said unto my Lord" atau
"Tuhan berfirman kepada Tuhanku".
Tentu saja jika Lord yang pertama itu Tuhan, maka Lord yang kedua juga Tuhan;
bagi para pendeta atau pastor agama Kristen tidak ada hal lain yang lebih
menyenangkan dan sesuai sebagai argumen daripada hal berikut, yaitu pembicara
itu Tuhan, dan orang kedua lawan bicara juga Tuhan; karenanya Daud mengenal dua
Tuhan! Tidak ada hal yang lebih logis daripada alasan ini. Yang mana dari dua
Domini itu yang Tuhannya Daud? Seandainya Daud telah menulis; "Dominus meus dixit Domino meo,"
maka Daud telah menjadikan dirinya tidak masuk akal dengan tulisannya itu,
karena beliau akan telah mengakui dirinya sebagai seorang budak atau pemuja dua
Tuhan, bahkan tanpa menyebut nama sebutan mereka.
Pengakuan itu akan berlanjut lebih jauh
daripada eksistensi dua Tuhan itu; hal itu akan berarti bahwaTuhan kedua Daud
itu telah melindungkan diri di bawah Tuhan yang pertama, yang memerintahkannya
untuk duduk di sebelah kanannya hingga Tuhan yang pertama menempatkan musuhnya
di bawah kakinya. Pertimbangan itu telah menyebabkan kita mengakui bahwa, agar
dapat mengerti dengan baik agama Anda, maka Anda wajib mengetahui Injil atau
Al-Qur’an dalam bahasa aslinya dengan mana kitab itu ditulis, dan tidak
tergantung dan menyandarkan diri pada terjemahan.
Dengan sengaja saya telah menuliskan kata-kata
dalam bahasa Ibrani "YaHWaH” dan “Adon" untuk menghindarkan kegandaan
arti (ambiguity) dan salah faham dalam logika yang disampaikan dalam kata-kata
itu. Nama yang Suci semacam itu yang ditulis dalam Kitab Suci agama harus
dibiarkan sebagaimana adanya, kecuali jika Anda dapat menemukan kata padanan
yang tepat untuk dua kata itu dalam bahasa ke dalam mana Anda ingin
menterjemahkannya.
Tetagram Yhwh biasanya diucapkan Yehovah
(Jehovah), namun kini pada umumnya diucapkan Yahwah. Itu adalah nama sebutan
Tuhan Yang Maha Kuasa, dan nama itu dianggap begitu suci oleh orang Yahudi
bahwa ketika membaca Kitab Suci mereka, mereka tidak pernah mengucapkannya, dan
sebagai gantinya mereka baca "Adon". Nama lain, ‘Elohim" selalu
diucapkan, tetapi Yahwah tidak pernah.
Mengapa orang Yahudi membedakan dua nama dari
Tuhan yang sama adalah suatu persoalan tersendiri, sekaligus di luar ruang
lingkup subyek kita ini. Namun mungkin, sambil lewat, disebut bahwa Yahwah
tidak seperti Elohim, tidak pernah dipergunakan dengan akhiran pronominal, dan
tampaknya menjadi sebuah nama istimewa dalam bahasa Ibrani untuk Ketuhanan
sebagai Tuhan nasional untuk orang Israel.
Sebenarnya "Elohim" ialah nama yang
tertua yang dikenal oleh semua orang Semit; dan agar memberikan sebuah karakter
khusus dalam konsep tentang Tuhan yang sejati, tetagram ini seringkali bersama
dengan Elohim dipakai terhadap Tuhan. Bahasa Arab "Rabb Allah"
artinya sama dengan “Yahwah Elohim”.
Kata yang lain itu, yaitu "Adon"
berarti "Commander, Lord, Master" atau sama dalam bahasa Arab dan
Turki "Amir, Sayyid dan Agha”. Adon adalah lawan kata dari "prajurit,
budak, dan hak milik". Dengan demikian maka bagian pertama atau baris
kedua itu harus diterjemahkan sebagai: "God said to my Lord" atau
"Tuhan berfirman kepada Tuanku". Dalam kapasitasnya sebagai raja,
Daud adalah Sayyid dan Amir bagi setiap orang Israel dan Tuan dan Kerajaan itu.
Kalau begitu Daud itu "pelayan" siapa? Sebagai orang yang berdaulat
penuh, Daud tidak mungkin dalam kenyataannya sebagai seorang budak atau pemuja
manusia lainnya siapapun. Begitupun tidak terbayangkan bahwa Daud akan
menyebutkan "Tuanku" terhadap Nabi atau orang suci yang sudah
meninggal yang manapun, seperti Ibrahim dan Yakub, yang kata panggilan yang
biasa bagi mereka ialah "Bapak".
Hal sama dapat dipikirkan bahwa Daud tidak
akan mempergunakan sebutan "Tuanku" terhadap siapapun anak
keturunannya, yang biasan disebut "anak". Maka di samping Tuhan,
tiada lagi manusia lain yang tersisa yang mungkin jadi Tuan dari Daud kecuali
manusia yang paling mulia dan paling tinggi di antara seluruh manusia. Sangat
cerdas untuk berfikir bahwa dalam pandangan dan pilihan Tuhan pasti ada orang
yang paling mulia, paling terpuji, dan paling disenangi oleh seluruh manusia.
Pastilah oleh mereka yang bisa melihat ke depan (clair voyant) dan para Nabi
mengetahui pribadi yang suci ini, dan seperti Daud memanggilnya
"Tuanku".
Tentu saja para Rabbi Yahudi dan komentator
Perjanjian Lama mengerti akan ungkapan Al-Masih yang akan turun dari Daud
sendiri, dan dengan begitu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Jesus
Kristus kepada mereka seperti dikutip dari Matius (xxii. ) dan Sinoptik
lainnya. Jesus dengan datar membantah orang-orang Yahudi ketika beliau
menanyakan pertanyaan kedua: "Bagaimana mungkin Daud memanggilnya
"Tuanku" kalau dia itu anaknya?" Persoalan tentang Master atau
Agha ini menyebabkan para pendengarnya terdiam, karena mereka tidak dapat
menemukan jawaban pertanyaan itu.
Para penginjil (evangelist) dengan cepat
memotong subyek pembicaraan yang penting ini. Berhenti di situ tanpa penjelasan
lebih lanjut tidaklah berguna baik bagi Agha atau para reporternya. Karena,
dengan mengesampingkan masalah god-head-nya Jesus, dan karakter kenabiannya,
Jesus sebagai guru harus memecahkan masalah yang diajukan olehnya sendiri
ketika beliau melihat bahwa para pengikutnya dan para pendengarnya tidak dapat
mengetahui siapa gerangan "Tuan" itu.
Dengan ungkapan beliau bahwa "Tuan"
atau "Adon" tidak mungkin anak Daud, Jesus dengan demikian menyatakan
dirinya tidak berhak atas gelar itu. Pengakuan ini adalah menentukan dan
seharusnya membangunkan para guru agama Kristen untuk membawa Kristus pada
kedudukan yang selayaknya seorang pemuja tinggi dan suci Tuhan, dan menyanggah
karakter suci yang berlebihan yang dilekatkan pada beliau yang sesungguhnya
sangat memuakkan dan tidak menyenangkan bagi beliau.
Saya tidak bisa membayangkan seorang guru yang
melihat anak didiknya tidak bisa menjawab pertanyaannya, lalu harus diam saja,
kecuali dia sendiri juga bodoh seperti muridnya dan tidak dapat memberikan
jawaban atas masalah itu. Namun Jesus bukan seorang guru yang bodoh atau
berhati dengki. Beliau adalah seorang Nabi dengan cinta yang membara terhadap
Tuhan dan ummat manusia.
Beliau (Jesus Kristus) tidak meninggalkan
masalah itu tidak terpecahkan atau pertanyaan itu tanpa jawaban. Injil dari
gereja-gereja tidak menyebutkan jawaban Jesus atas pertanyaan: "Siapa
Tuhan Daud itu? Namun Injil Barnabas menjawabnya. Injil ini telah ditolak oleh
gereja-gereja karena bahasanya lebih banyak bersesuaian dengan Kitab Suci yang
diwahyukan dan karena Injil Barnabas sangat ekspresif dan eksplisit tentang
sifat dari misi Nabi Jesus Kristus, dan di atas segalanya karena Injil Barnabas
menuliskan kalimat yang tepat diucapkan oleh Nabi Jesus mengenai Nabi Muhammad
saw.
Copy dari Injil ini dapat dengan mudah dibeli.
Di
situ Anda akan menjumpai jawaban Jesus sendiri, yang mengatakan bahwa
Perjanjian (Covenant) antara Tuhan dan Nabi Ibrahim telah dibuat untuk Ismail,
dan bahwa orang "yang paling mulia atau terpuji" adalah keturunan
Nabi Ismail dan bukan Nabi Ishaq melalui Nabi Daud. Nabi Jesus berulang
kali dilaporkan telah bersabda mengenai Nabi Muhammad saw yang ruhnya atau
jiwanya telah beliau lihat di sorga.
Insya Allah saya akan mempunyai kesempatan
untuk menulis tentang Injil Barnabas ini kemudian.
Tidak diragukan bahwa mata kenabian Daniel
yang melihat melalui visi yang indah berupa Barnasha yang agung, yang adalah
Nabi Muhammad saw, juga merupakan mata kenabian Daud. Manusia yang paling mulia
dan terpuji itu pula yang telah dilihat oleh Nabi Ayub (xix. 25) sebagai
seorang Penyelamat dari kekuatan Iblis. Lalu apakah Nabi Muhammad saw itu yang
dipanggil Nabi Daud dengan sebutan "Tuanku’ or "Adonku"? Marilah
kita lihat.
Argumentasi yang menguntungkan Nabi Muhammad saw,
yang disebut "Sayyidul-Mursalin" sama dengan "Adon of the
Prophets" adalah menentukan; begitu nyata dan jelas dalam kalimat
Perjanjian Lama sehingga orang menjadi heran atas kebodohan dan kekerasan
kepala mereka yang menolak untuk mengerti dan mematuhinya.
Nabi terbesar dan Adon di Mata Tuhan dan mata
manusia, bukanlah seorang penakluk dan pemusnah kemanusiaan, juga bukan seorang
pertapa yang suci yang menghabiskan waktunya di dalam gua atau sel untuk
bersemedi mengenai Tuhan guna mencari keselamatan dirinya sendiri, tetapi
seseorang yang memberikan lebih banyak kebaikan dan jasa terhadap kemanusiaan
dengan membawa mereka kepada cahaya pengetahuan tentang Satu Tuhan Sejati, dan
dengan memusnahkan sama sekali kekuatan setan dan patung-patung mereka yang
buruk sekali dan tradisi-tradisi yang merusak moral.
Nabi Muhammad saw itulah yang "melukai kepala
ular" dan karena itulah Al-Qur’an menyebut setan, iblis dengan sebutan
"yang dilukai"!! Beliau membersihkan Ka’ba dan seluruh Arabia dari
berhala-berhala, dan memberikan cahaya, agama, kebahagiaan, dan kekuatan pada
orang-orang Arab bodoh penyembah berhala, yang dalam waktu singkat menyebar
luaskan cahaya itu ke seluruh empat arah di bumi ini. Dalam pengabdian kepada
Tuhan, karya dan keberjayaan Nabi Muhammad saw adalah tidak tertandingi dan
tidak tersaingi.
Para Nabi, Orang-Orang Suci dan Martir dari
tentara Tuhan terhadap kekuatan setan; Nabi Muhammad saw sendiri tidak dapat
dipungkiri adalah seorang Komandan Utama dari mereka semua itu. Jelas, bahwa
beliau sendiri itulah Adon dan Lord bukan saja bagi Daud tetapi untuk semua
Nabi, karena beliau telah mensucikan Palestina dan negeri-negeri yang telah
dibersihkan oleh Nabi Ibrahim dari penyembahan berhala.
Karena Jesus Kristus sendiri mengakui bahwa
beliau bukanlah "The Lord" dari Daud atau Al-Masih yang datang dari
keturunan Daud, maka tidak lagi ada siapapun kecuali Nabi Muhammad saw di
antara para Nabi yang dapat menjadi Adon atau Lord dari Daud. Dan bila kita
bandingkan revolusi keagamaan yang pantas mendapat pujian yang dibawa oleh Anak
Laki-Laki Mulia dari Keluarga Ismail ke dunia ini dengan apa yang sudah dicapai
oleh seluruh Nabi bersama-sama, kita bisa menyimpulkan bahwa hanya Nabi
Muhammad saw sendirilah yang berhak menyandang gelar Adon.
Bagaimana Daud bisa mengetahui bahwa Yahwah
berfirman kepada Adon, ‘Duduklah kamu di sebelah kananKu sehingga Aku
menempatkan musuhmu di bawah kakimu’?" dan bagaimana Daud bisa mendengar
firman Tuhan ini? Kristus sendiri yang menjawab, yaitu: Ruh Daud menuliskan
ini, Dia melihat Adon Muhammad seperti Daniel telah melihatnya (Daniel vii),
dan (seperti) Paul telah melihatnya (2 Corinthian xii) dan banyak yang lainnya
lagi yang telah melihatnya. Tentu saja misteri: "Duduklah kamu di sebelah
kananKu" tersembunyi dari kita. Namun dengan pasti kita bisa menerka bahwa
itulah penobatan resmi dengan kehormatan mendudukkan dirinya sendiri di sisi
kanan Tahta Tuhan, dan karenanya dinobatkan menjadi "Adon", bukan
saja dari para Nabi tetapi untuk semua mahluk yang telah berlangsung di malam
yang terkenal, yaitu mi’raj Nabi Muhammad saw ke Sorga.
Satu-satunya keberatan prinsip atas misi suci
dan superioritas Nabi Muhammad saw ialah cercaannya terhadap Trinitas. Namun
Perjanjian Lama tidak mengenal Tuhan lain di samping Allah, dan Tuannya Daud
tidak duduk di sisi kanan tuhan yang tiga, tetapi di sisi kanan Tuhan Yang
Satu. Karenanya di antara Nabi-Nabi yang percaya dan memuja Allah, tiada apapun
yang lain yang begitu agung, dan telah mewujudkan pengabdian yang begitu luar
biasa bagi Allah dan kemanusiaan kecuali Nabi Muhammad saw.