Ketika Imam Hussain Disembelih dan Menjadi Kurban Agung



Sebuah Kajian Perjanjian Lama tentang Kurban di Tanah Utara

“Ketika itu Khawali bin Yazid al Ashbahi meloncat untuk membunuh Imam Hussain –namun ketika matanya beradu dengan mata Imam Hussain, dia melihat sorot mata Rasulullah, sehingga tangannya pun gemetar dan dia pun mundur kembali”

Imam Hussain mengumpulkan darah yang mengucur dari kepalanya, kemudian mengusapkan darah itu ke seluruh wajah dan janggutnya, sambil berkata: “Seperti inilah aku akan menemui kakekku Rasulullah, dengan wajah penuh darah inilah aku akan menemui ibuku Fathimah, ayahku Ali dan kakakku al-Hasan”. Ketika itu Khawali bin Yazid al Ashbahi meloncat untuk membunuh Imam Hussain –namun ketika matanya beradu dengan mata Imam Hussain dia melihat sorot mata Rasulullah, sehingga tangannya pun gemetar dan dia pun mundur kembali.


Beberapa orang lainnya juga mengalami hal yang sama. Tiba-tiba Syimir datang dan dengan congkaknya berkata: “Semoga ibu kalian menangisi sifat pengecut kalian”. Dia mengatakan itu sambil menendang dengan keras perut Imam Hussain. Kemudian manusia paling keji ini duduk di atas dada Imam Hussain. Dada Imam Hussain terasa sesak dan darah berkumpul di mulutnya.


Sambil tertawa keras Syimir berkata: “Apa yang akan engkau katakan sekarang wahai putra Abu Turab (maksudnya putra Imam Ali karramallahu wajhah)?” Imam Hussain berkata: “Maukah engkau perlihatkan wajahmu sebelum membunuhku?" Syimir berkata: “Kenapa? Apakah engkau akan merindukan aku setelah kematianmu?” Imam Hussain berkata: “Tidak! Aku ingin memastikan apa yang telah digambarkan oleh kakekku tentang wajah buruk pembunuhku.” Syimir melepas sandalnya dan menampar mulut Imam Hussain seraya berkata: “Celakalah engkau dan celakalah kakekmu!”

Dengan segera Syimir membalikkan tubuh Imam Hussain hingga tertelungkup. Dan mulailah pembunuhan paling sadis terjadi. Manusia terkutuk itu menarik kepala Imam Hussain ke belakang, meletakkan pedangnya ke leher Imam Hussain, lalu menggerakkan kepala Imam Hussain ke kanan dan ke kiri. Imam Hussain berteriak: “Duhai Muhammad, duhai Ali, duhai Fathimah, duhai Hamzah.” Kemudian Syimir berdiri, menginjak punggung Imam Hussain, menarik kepala suci Imam Hussain dan menggerakkan pedangnya, maka terpenggallah kepala putra Rasulullah.

Syimir si manusia neraka mengangkat kepala suci Imam Hussain tinggi-tinggi dan mempertontonkannya kepada keluarga Rasulullah dan pasukan Umar bin Sa'ad. Zainab menjerit, “Duhai Hussain,” dan kemudian pingsan. Adapun pasukan Umar bin Sa'ad bersorak-sorak memperebutkan kepala Imam Hussain yang dilemparkan oleh Syimir ke arah mereka. Kemudian mereka berhamburan ke arah tubuh Imam Hussain yang tergeletak tanpa kepala. Menginjak- injak tubuh itu, dan memperebutkan segala yang dikenakan oleh Imam Hussain.

Bahar bin Ka'ab mengambil celana Imam Hussain. Nashl bin Darim merampas pedangnya, al-Aswad mengambil sandalnya, sementara seorang dari kabilah yang lain sedang menarik-narik cincin yang dikenakan oleh Imam Hussain. Tetapi cincin itu tidak mau terlepas, maka dia mencabut pisaunya dan memotong jari manis Imam Hussain as. Innâ lillâhi wa innâ ilayhi râji’ûn. 

KENAPA IMAM HUSSAIN MELEMPARKAN DARAHNYA KE UDARA?
Dokumen sejarah mewartakan bahwa Imam Husain as melemparkan segenggam darahnya dan segenggam darah Ali Ashgar ke langit pada hari Asyura, pada 10 Muharram di Karbala. Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan ini dapat dikatakan bahwa Imam Husain as ingin menyampaikan pesan perjuangan dan kebangkitannya kepada seluruh dunia. Untuk mewujudkan keinginan ini, Imam Hussain as memanfaatkan cara seperti ini bahwa tragedi Karbala identik dengan lumuran darah. Dengan kata lain, Imam Husain as melukis kanvas Karbala dengan darahnya sendiri dan darah para sahabatnya supaya lukisan berdarah ini akan senantiasa abadi dan lestari.

At-Thabari menuturkan, Hisyam sesuai nukilan dari Amr bin Syimr, dari Jabir Ja’fi meriwayatkan bahwa, “Akibat peperangan [yang tak seimbang], dahaga menyerang Imam Husain as dan rasa dahaga itu semakin kuat. Tatkala Imam Husain as hampir meminum air, Hushain bin Numair melontarkan anak panah dan menancap di mulut Imam Husain as. Lantas beliau mengambil darah dari mulutnya dan melemparkannya ke langit. Kemudian memuji dan memuja Allah Swt lalu menyatukan tangannya dan berkata, “Tuhanku! Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satu pun dari mereka di muka bumi.”[1] Di samping itu, setelah kesyahidan Hadhrat Ali Ashgar as, Imam Hussain as juga melemparkan darah Ali Asghar ke langit. Sejarah pun mencatat, mereka yang turut andil dalam pembunuhan Imam Hussain mengalami ajalnya dalam keadaan hina dan mengenaskan, ada yang tubuhnya terbakar karena sengatan pelita yang menyambar tangannya, ada yang dimakan serigala dan lain sebagainya.

Catatan: [1]. Târikh Thabari, Abu Ja’far bin Harir al-Thabari, riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 5, hal. 449, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H/1967 M.

SYAHADAH IMAM HUSSAIN dalam PERJANJIAN LAMA  
Dalam Perjanjian Lama, Yeremia 46:6 dan 46:10 mencatat sebuah peristiwa di tanah utara, di dekat sungai Eufrat. Berikut kutipan Perjanjian Lama tentang peristiwa di tepi sungai Eufrat itu:

“Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri, di utara, di tepi sungai Eufrat-lah mereka tersandung dan rebah. Hari itu ialah hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Eufrat”.

Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri (Imam Hussain yang dengan ketangkasannya mampu mengalahkan tiga ratusan prajurit bersenjata sendirian di Karbala). Pahlawan tidak dapat meluputkan diri (Imam Hussain sang pahlawan, sebagai pemimpin syuhada tidak dapat menghindar dari dukacita “karbun” dan “wa” musibah “bala” yang bakalan menimpanya). Di tepi sungai Eufrat-lah mereka tersandung dan rebah (mereka para lawan TUHAN, musuh TUHAN, tersandung dan rebah, itulah dukacita “KARBUN” dan musibah “WA BALA” buat musuh-musuh TUHAN). Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka (mereka, yakni lawan-Nya, menjadi santapan lezat PEDANG).

Tidak ada komentar: