Musa Ahmad Qashir (MAQ)
adalah sahabat Syahid Ahmad Qashir –ia berasal dari desa Dir Qanun an Nahr
bagian dari kota Shur di Lebanon Selatan. Ia termasuk salah satu anggota senior
sayap militer Hizbullah. Dan berikut ini adalah wawancara eksclusif jurnalis
Fars dengannya seputar kerjasama Israel dan Amerika untuk “menghancurkan”
Hizbullah dalam perang 33 hari antara Israel dan Hizbullah, yang akhirnya dimenangkan Hizbullah.
FARS:
Sudikah Anda menjelaskan perjuangan Hizbullah selama 33 hari. Tentunya, kami
akan sangat senang sekali bila Anda bersedia mengungkapkan peristiwa-peristiwa
yang belum dibocorkan media?
MAQ: Sebelum
menjelaskan masalah ini, ada satu hal penting yang perlu saya tekankan di sini.
Hizbullah bukan penyebab perang 33 hari. Sesuai dengan janji Hizbullah yang disampaikan
oleh Sayyid Hasan Nasrallah kepada rakyat Lebanon bahwa Hizbullah akan
membebaskan sanak keluarga mereka yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Setelah peristiwa
pembebasan tanah Lebanon oleh Hizbullah dan mundurnya Israel dari Selatan
Lebanon, ada kesepakatan antara Amerika dan Israel untuk menghancurkan
Hizbullah. Kesepakatan itu dilaksanakan pada bulan Juli bertepatan dengan bulan
Ramadhan. Modulnya adalah bertepatan dengan pidato Sayyid Hasan Nasrallah di
hari Quds –dimana pesawat-pesawat tempur Israel akan menyerang dan membom
tempat pertemuan tersebut. Pemboman besar-besaran itu akan menewaskan Sayyid
Hasan Nasrallah dan pejabat-pejabat penting Hizbullah sekaligus masyarakat
pendukung Hizbullah.
Itu adalah langkah awal.
Setelah pemboman tersebut, Israel akan melakukan serangan besar-besaran untuk
menghancurkan kekuatan militer Hizbullah.
Sedianya, rencana Amerika
dan Israel demikian. Namun, penyanderaan dua prajurit Israel lebih cepat dua
bulan dari rencana sebelumnya. Ini membuat rencana mereka dimajukan lebih cepat
dua bulan dari rencana yang telah ditetapkan. Bush dan Olmert tidak mengerti
strategi perang karena bukan prajurit sebelumnya. Berbeda dengan Sharon yang
memiliki kecakapan strategi perang. Sharon mengerti kekuatan militer Hizbullah.
Pada akhirnya, Bush dan Olmert mendesak agar strategi yang telah disiapkan
untuk dimajukan.
Di saat yang sama,
komandan pasukan gabungan Israel mengajukan keberatan karena tidak siap untuk
melakukan serangan. Namun, perintah telah dikeluarkan dan perang dimulai.
Strategi mereka pada
Minggu pertama adalah melakukan pemboman besar-besaran sehingga sebagian besar
kekuatan Hizbullah dapat dilumpuhkan. Setelah melakukan serangan dari udara,
dimulailah serangan melalui jalur darat. Pada saat yang bersamaan, angkatan
udara Israel menyerbu Suriah dan angkatan udara Amerika menyerang Iran.
Amerika tidak punya
keinginan untuk berperang dengan Iran. Tapi pada waktu itu mereka ingin
memberikan pelajaran kepada Iran dengan serangan itu agar Iran mengalami
kerugian besar.
Dengan serangan itu,
Amerika berharap Iran mau mengikuti syarat-syarat yang ditetapkannya. Rencana
ini dilakukan di Lebanon dengan membom titik-titik kekuatan Hizbullah. Harapan
mereka lebih dari seribu pos-pos kekuatan Hizbullah bakal hancur.
Ternyata setelah seminggu
pemboman Sayyid Hasan Nasrullah muncul di televisi dan mengumumkan bahwa dalam
serangan itu tidak seorang pun dari pasukan Hizbullah yang syahid.
Salah satu sebab mengapa
tidak ada satu pun dari pejuang Hizbullah yang syahid adalah kesigapan
Hizbullah menghadapi kondisi darurat. Setelah menyandera dua prajurit Israel,
semua pos-pos Hizbullah telah dikosongkan. Masyarakat juga diperintahkan untuk
keluar dari kawasan yang berbatasan dengan Israel. Dengan cara ini, pasukan
Israel tidak berhasil mencapai target Minggu pertama serangan mereka.
Pada hari kelima, Mahmoud Ahmadinejad
mengumumkan bahwa kapal-kapal perang Amerika di Teluk Parsi akan disandera oleh
Iran. Bush tidak mengerti sindiran itu dan dengan mudahnya Hizbullah menghantam
dan menenggelamkan kapal perang modern Israel. Setelah serangan itu, Bush
menyadari bahwa Iran dalam 15 hingga 20 detik seluruh kapal perang Amerika di
Teluk Parsi dapat dihancurkan oleh Iran sekalipun dengan gambaran bahwa Amerika
berhasil menyerang Teheran dan Isfahan.
FARS:
Bagaimana reaksi Israel setelah serangan Minggu pertama, apakah rencana mereka
berhasil?
MAQ:
Komandan pasukan gabungan Israel setelah Minggu pertama mengumumkan bahwa
setiap titik yang diduga ada pasukan Hizbullah telah kami bombardir dan
hancurkan. Apa yang kami mampu hanya ini. Sekarang kondisikan agar dapat
dilakukan gencatan senjata dan perundingan. Di sini, Bush kemudian mengambil
alih kepemimpinan. Bush tidak menginginkan gencatan senjata. Perang harus
dilanjutkan.
Campur tangan Bush ini
dimanfaatkan dengan baik oleh Israel dengan menyiapkan list senjata dan amunisi
yang selama ini terbatas dimiliki oleh Amerika untuk menguatkan persenjataan
mereka. Bom-bom curah (cluster) generasi baru, bom-bom berpandu laser dan
banyak lagi senjata modern yang sebelumnya hanya dipakai oleh pasukan Amerika
ada pada list tersebut.
Ketika pasukan Israel
telah dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern, dimulailah serangan
darat. Dalam serangan darat itu Israel menurunkan tank Merkava generasi ke-empat,
generasi paling canggih. Tank ini mampu menghancurkan sasaran hingga radius 6
kilo meter.
Pasukan Hizbullah
memberikan kesempatan kepada pasukan angkatan darat Israel selama tiga hari
memasuki kawasan Khiyam dan Aita Syi’b. Sekitar 35 tank Merkava menyerang kota
Khiyam. Bila dibandingkan, dengan luasnya kota Khiyam, 35 buah tank jelas
terlalu banyak.
Perlawanan gigih yang
ditunjukkan oleh pasukan Hizbullah berhasil menghancurkan 23 tank Merkava.
Orang-orang Israel berkata bahwa kami tidak mengerti bagaimana caranya
tank-tank dapat hancur! Hasil dari kekalahan Israel dalam serangan darat adalah
negara-negara seperti Turki atau Amerika yang telah memesan sebanyak 400 buah
tank Merkava membatalkan rencana pembelian itu. Pemerintah Israel sendiri
mengumumkan untuk tidak lagi memproduksi tank Merkava. Pemerintah Israel
meyakini bahwa kerugian industri persenjataannya lebih dari kerugian akibat
peperangan itu sendiri.
Israel tidak mampu
mengirimkan pasukan angkatan daratnya di kota Aita Syi’b. Melihat itu, mereka
menurunkan pasukan penerjun lewat helikopter dan mengobrak-abrik sebuah
sekolah. Mereka mendapat informasi bahwa pasukan Hizbullah berada di sana.
Sekitar 40 pasukan Israel diterjunkan untuk menghabisi pasukan Hizbullah. Tepat
ketika helikopter mengudara, sekolahan tadi meledak dengan hebatnya. Ternyata
pasukan Hizbullah sigap akan serangan itu dan sebelum pasukan Israel tiba
mereka telah pergi dan meletakkan bom di sana.
Ini dua contoh kegagalan
Israel melakukan serangan lewat darat. Memahami kondisi yang sulit tersebut, pasukan
Israel merasa cukup sampai di Bintul Jubayl. Tempat di mana pada tahun 2000
Sayyid Hasan Nasrallah menyampaikan pidatonya yang terkenal “Israel lebih lemah
dari sarang labah-labah”.
Pasukan Israel mencoba
menguasai kawasan ini untuk mendapatkan poin setelah keluar dari sana enam
tahun yang lalu. Mereka berusaha keras dan banyak yang tewas. Beberapa
helikopter, sebuah pesawat tempur dan kapal perang mereka hancur. Hasilnya juga
nihil karena mereka tidak mampu menguasai kota ini. Israel sendiri mengakui
sekitar 124 tank merkava, tank terkuat di dunia, hancur.
Israel memiliki pasukan
komando khusus. Namun, setiap kali diterjunkan untuk menghadapi pasukan
Hizbullah, mereka harus menelan pil pahit kekalahan. Akhirnya, karena tidak
punya pilihan lain mereka mengirimkan pasukan elitnya yang pernah ditugaskan
untuk menyandera beberapa orang Palestina di Ethiopia, mereka mengobrak-abrik
lapangan udara dan akhirnya berhasil membebaskan bebrapa sandera Israel.
Pasukan elit Israel ini ketika berhadap-hadapan dengan pasukan Hizbullah di
daerah Anshariah, 13 orang anggotanya tewas. Betapa pentingnya pasukan ini
sehingga Israel siap untuk menukar jasad mereka dengan seluruh tawanan Lebanon.
FARS:
Bagaimana kondisi rakyat Lebanon yang tinggal di sekitar Lebanon Selatan selama
peperangan terjadi?
MAQ: Yang
lebih penting dari peperangan adalah usaha melindungi masyarakat. Hizbullah
pada perang 33 hari tidak hanya mengurusi perang dengan Israel. Ada sekitar
satu juta setengah masyarakat yang hidup di kawasan terjadinya peperangan.
Hizbullah bukan sebuah negara, di samping itu pemerintah Lebanon sendiri tidak
membantu masyarakat Lebanon Selatan. Terlebih-lebih lagi karena kawasan ini
lebih didominasi oleh orang-orang Islam Syi’ah yang terkenal gigih melawan
kezaliman kekuasaan-kekuasaan arogan dunia. Pemerintah tidak memperhatikan
masyarakat. Hizbullah melakukan tugasnya di sela-sela perang menghadapi Israel
untuk membantu masyarakat, dimulai dari kebutuhan bahan pokok hingga masalah
tmpat tinggal.
Ketika perang terjadi,
pemerintah Lebanon berperan sebagai boneka Israel. Pemerintah memberikan
dukungan kepada Israel. Seluruh sistem komunikasi Lebanon dibiarkan terbuka
sehingga Israel dapat melakukan penetrasi ke sana. Oleh karenanya, Hizbullah
tidak mungkin untuk mempergunakan telepon rumah, telepon genggam bahkan walkie
talkie.
Sebagian besar analis
perang terheran-heran, bagaimana caranya selama 33 hari anggota Hizbullah
saling berkomunikasi. Israel sendiri menegaskan bahwa pasukan Hizbullah telah
terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok terpisah. Antara setiap kelompok dengan
lainnya tidak bisa melakukan komunikasi, tercerai-berai. Sebagai jawaban,
Sayyid Hasan Nasrallah muncul di televisi dan secara langsung memerintahkan
pasukannya untuk menghantam kapal perang Israel dengan rudal-rudal yang telah
disiapkan.
Kepada pemirsa Sayyid
Hasan Nasrallah meminta agar melihat kapal perang Israel. Ini untuk pertama-kalinya
di sebuah perang ada perintah serangan yang disiarkan secara langsung lewat
televisi. Ketelitian dan kerjasama yang kompak dari pasukan Hizbullah sulit
dimengerti oleh pasukan Israel dan para analis perang.
Adapun masalah bantuan Hizbullah
kepada rakyat sipil, tepat di saat Hizbullah menghadapi perang sengit dengan
Israel yang menyerang dari laut, udara dan darat –dengan dibantu oleh Amerika
dan sebagian negara-negara Eropa, Sayyid Hasan Nasrallah tidak melupakan
perhatiannya terhadap rakyat. Ketika terjadi perang dan sedang
sengit-sengitnya, Hizbullah menggiring masyarakat ke tempat-tempat aman. Tidak
itu saja, masalah kebutuhan bahan pokok, tempat tinggal bahkan masalah
kesehatan juga diperhatikan oleh Hizbullah. Hal yang perlu diingat, selama
perang 33 hari, sekitar 1330 terjadi kelahiran yang ditangani dengan baik oleh
Hizbullah. Jumlah yang lahir berkali-kali lipat dari data korban yang meninggal
di perang 33 hari.
Sayyid Hasan Nasrallah
senantiasa mengingatkan kader-kader Hizbullah untuk senantiasa menghormati
rakyat. Kehormatan dan kemuliaan rakyat harus dijaga. Buat Sayyid Hasan Nasrallah
ini masalah penting. Beliau mengerti bagaimana pemerintah secara sengaja dan
terang-terangan menghina rakyat. Mereka menginginkan agar rakyat tidak lagi
memberi dukungan kepada Hizbullah. Hizbullah, menurut pemerintah, adalah
penyebab semua kesulitan ini. Namun, dengan taufik Allah, Alhamdulillah mereka
tidak mampu menghina rakyat.
FARS:
Kondisi dalam negeri Lebanon sendiri bagaimana? Khususnya penentangan kelompok
14 Maret terhadap Hizbullah. Khususnya, dengan melihat sikap Hizbullah yang
ingin menurunkan pemerintah yang ada dan rencana apa yang ada untuk kedepan?
MAQ:
Pimpinan redaksi koran Ad Diyar, seorang Kristen Maronit, memberikan julukan
yang bagus untuk kelompok 14 Maret ini. Ia mengatakan kita jangan menyebut
mereka kelompok 14 Maret, lebih tepat bila kita katakan “Yahudi Dalam”.
Maksudnya ada sekelompok Yahudi Zionis di Israel dan ada sekelompok lainnya di
Lebanon. Menurut saya ungkapan itu sangat tepat, karena mereka membantu Israel
lebih dari orang-orang Yahudi Israel sendiri.
Sebelum terjadinya perang
33 hari, mereka sangat agresif menyerang Hizbullah dan memprovokasi negara
Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah. Menyikapi mereka, Sayyid Hasan Nasrallah
mengajak kelompok-kelompok Lebanon untuk melakukan perundingan. Menanggapi
ajakan Sayyid Hasan Nasrallah telah diadakan sekitar 8 kali perundingan dan
Hizbullah sebagai pihak yang berpengaruh pada waktu itu.
Kesimpulannya, dalam
sistem pertahanan Lebanon, Hizbullah diikutkan sebagai sebuah kekuatan dan itu
disepakati. Kelompok-kelompok pro Israel menyampaikan pesannya kepada Israel
bahwa dalam perundingan mereka kalah. Setelah ini, kalian sendirilah yang harus
menyelesaikan masalah ini. Amerika tidak akan melakukan serangan secara
langsung dan berhadap-hadapan dengan Hizbullah. Karena bila mereka kalah, maka sebagai
negara super power akan sangat memalukan sekali. Bila selama 4 tahun bercokol
di Irak sekitar 4 ribu tentara Amerika yang tewas, maka dalam waktu sebulan
tentara mereka akan tewas dalam jumlah yang sama. Tugas ini lalu dilimpahkan ke
pundak Israel untuk melucuti Hizbullah dan menghancurkannya.
Selama masa perang 33
hari, kelompok “Yahudi Dalam” melakukan kerja sama dengan Israel. Mereka
meyakini komentar Rise, menteri luar negeri Amerika, bahwa Hizbullah akan
kalah. Rise memberikan kepada mereka agar melakukan tugas-tugas dan bila
keesokan harinya kalian masih melihat Sayyid Hasan Nasrallah masih hidup, maka
akan dapat kalian lihat dia di Guantanamo.
Kelompok “Yahudi Dalam”
sebelum perang terjadi melakukan aksinya secara diam-diam. Dengan janji Rise,
mereka menampakkan wajah aslinya. Bahkan Saad Hariri secara terang-terangan
mengatakan bahwa setelah perang berakhir, Sayyid Hasan Nasrallah akan diadili.
Junbalat dan kroni-kroninya berkata bahwa perang tidak akan berakhir sampai
Hizbullah berhasil dilucuti senjatanya. Tidak itu saja, menteri dalam negeri
Lebanon pun ikut mencatut dirinya sebagai boneka Israel dengan statementnya
bahwa perang akan berakhir bila Hizbullah telah dilucuti senjatanya.
Perang selesai.
Kelompok-kelompok ini mulai bersikap defensif dan berusaha sebisa mungkin untuk
tetap menjaga posisinya. Sayyid Hasan Nasrallah dengan akhlaknya yang khas
berbicara kepada seluruh rakyat Lebanon bahwa Hizbullah adalah pemenang perang
33 hari. Dan kepada musuh-musuh dalam selimut ia menjamin bahwa Hizbullah tidak
akan membalas dendam. Oleh karenanya sekarang mereka berusaha lewat
undang-undang untuk melucuti senjata Hizbullah. Setelah gencatan senjata dan
pasukan perdamaian PBB telah diturunkan di kawasan Lebanon Selatan, mereka akan
melucuti senjata Hizbullah. Dan sesuai dengan pasal 7 dari draf resolusi PBB,
pasukan perdamaian PBB berhak untuk menyerang Hizbullah.
Hizbullah tidak menyetujui
pasal ini dan Hizbullah juga punya hak untuk menyerang pasukan perdamaian PBB.
Hizbullah bersikeras landasan hukum pasukan keamanan PBB dengan pasal 6 baru
resolusi itu diterima. Amerika akhirnya menerima usulan Hizbullah. Sesuai
dengan pasal 6 pasukan PBB tidak punya hak untuk ikut campur dan hanya berhak
untuk mencegah.
Dengan dasar ini, 15 ribu
pasukan perdamaian PBB memasuki Lebanon Selatan disertai dengan 15 ribu pasukan
Lebanon. Kelompok “Yahudi Dalam” membayangkan bahwa 30 ribu pasukan dapat
melucuti senjata Hizbullah bila presiden panglima angkatan bersenjata diganti.
Melihat rencana ini,
Hizbullah cepat-cepat melakukan manuver untuk mencegah terjadinya perang dalam
negeri yang lebih dahsyat. Untuk itu diumumkan bahwa harus terjadi perombakan
kabinet. Hizbullah dan kelompok-kelompok yang pro dengan mereka harus memegang
sekurang-kurangnya sepertiga dan ditambah satu kursi salah satu dari menteri di
parlemen. Dengan ini diharapkan secara langsung undang-undang kabinet tidak
dapat memutuskan untuk melucuti senjata Hizbullah.
Kelompok-kelompok “Yahudi
Dalam” saat ini tidak setuju dengan usulan Hizbullah. Mereka tidak mau
dibentuknya sebuah kabinet persatuan. Hizbullah
melancarkan rencana keduanya dengan mengajak rakyat turun ke jalan dan meminta
pemerintah turun. Dan ini berhasil –karena Hizbullah adalah rakyat Libanon itu
sendiri, baik yang muslim maupun yang non-muslim bersama-sama mengidentikkan
dirinya sebagai bagian dari Hizbullah.