Ketika Do’a Muslim Syi’ah Iran Senantiasa Mustajab


Ali Kadhim yang merupakan perajurit Iraq yang ketika perang Iran-Irak membunuh lebih dari 500 pasukan Iran menceritakan tentang kejadian yang dialaminya dalam peperangan. Dia berkata: "Para syuhada Iran adalah orang-orang yang doa-doanya terkabulkan. Di akhir-akhir perang aku tertembak dan darah telah banyak keluar dari tubuhku. Pasukan Iran menyisir daerah yang aku tempati, aku melihat ada seorang prajurit Iran menuju kepadaku, aku pun menahan nafas agar dia tidak mengira bahwa aku masih hidup. Akan tetapi ketika dia membalikku tiba-tiba nafasku terbuka dan dia mengetahui bahwa aku masih hidup. Kemudian dia duduk di hadapanku, aku pun dengan cepat menunjukkan pakaianku kepadanya tanda bahwa aku adalah seorang tawanan. Ternyata dia bisa berbahasa Arab, dia dari daerah Khuzestan. Dia bertanya: "Namamu siapa?" Aku menjawab: "Ali, Ali Kadhim". Dia berkata: "Namamu Ali, akan tetapi kamu memerangi kami?" "Apakah kamu Syi’ah?" Aku menjawab: "Iya aku Syi’ah". Dia bertanya: "Rumah mu dimana?". "Najaf", jawabku.

Begitu aku menjawab Najaf dia semakin tersentak dan menangis kemudian bertanya: "Di bagian mana Najaf?" Aku menjawabnya: "Di gang yang ujungnya berhadapan dengan makam Imam ali as." Aku melihat dia semakin larut dalam menangis kemudian dia berkata: "Namamu Ali, kamu Syi’ah, dan tinggal bersebelahan dengan makam Imam Ali as yang merupakan kecintaan kami, masyarakat dan bangsa Iran, kemudian kamu memerangi kami??!" Aku pun menundukkan kepalaku, tetapi pada waktu itu aku tetap tidak bertobat, kemudian dia berkata: "Kamu tahu keinginanku apa?" Aku jawab :"Tidak". Dia berkata: "Aku ingin syahid, dan seperti budaya kalian, jasadku dikelilingkan di Makam Imam Ali as, kemudian aku dimakamkan di depan makam beliau as."

Kemudian bajuku yang ada di tanganku diambilnya dan dipakainya. Kemudian sambil menangis dia berkata: "Pergilah, kamu bebas", aku bertanya: "Kenapa?" Dia menjawab: "Karena kamu Syi'ah dan namamu Ali, pergilah". Aku pun berdiri dan pergi menjauhinya, sambil berlari aku melihatnya tetap menangis. Kemudian aku terjatuh tak sadarkan diri. Ketika aku membuka mataku aku sudah berada di rumah sakit dan semua keluarga telah berkumpul mengelilingiku. Ayahku berkata: "Ali, kamu masih hidup?" Aku jawab: "Iya", dengan heran aku bertanya: "Kenapa?" Ayahku berkata: "Kami telah memakamkanmu." Dia lebih lanjut menjelaskan: "Kemarin ada satu jenazah yang wajahnya tidak dapat dikenali akan tetapi memakai pakaianmu dan di dalam sakunya ada inisial namamu, maka kami pun sesuai adat membawanya ke makam Imam Ali as dan mengelilingkannya di makam Imam Ali as dan kami makamkan di pekuburan yang tepat menghadap makam Imam Ali as." Aku pun menangis dengan keras, kemudian aku turun dari tempat tidurku dan sujud sambil berkata: "Ya Allah siapa sebenarnya mereka yang aku bunuh? Apakah aku pantas mendapat laknatMu, ya Allah apakah taubatku masih Engkau terima?” 


 
 

Tidak ada komentar: