Catatan Kurator Sayembara Naskah Drama DKB 2017



Setelah memakan waktu beberapa minggu untuk membaca, menelaah, dan menimbang naskah-naskah drama yang dikirim para peserta ke Panitia Sayembara Naskah Dewan Kesenian Banten 2017, kami (para kurator) akhirnya berhasil memilih tiga naskah yang layak untuk menjadi para pemenang 1,2, dan 3 berdasarkan kriteria dan kategori penilaian yang telah ditetapkan Panitia dan Komite Teater Dewan Kesenian Banten, yang mana Sayembara Naskah Drama DKB 2017 ini ingin mengangkat lanskap dan khazanah kultural, sosial, historis, dan politis Banten dalam drama dan pentas teater.

Tentu saja ada sejumlah aspek estetik, termasuk aspek literer yang sifatnya sastrawi, selain aspek pokok-pokok drama dan teater itu sendiri yang menjadi landasan untuk membaca dan menilai kelayakan sebuah naskah drama, yang menjadi dasar penilaian dan pertimbangan bagi kami (para kurator) untuk membaca, menganalisis, dan menimbang sebelum akhirnya kami memutuskan dan menetapkan beberapa naskah untuk menjadi para pemenang Sayembara Naskah Drama Dewan Kesenian Banten 2017 yang mengambil tema besar AING BANTEN ini.

Selain itu, sudut pandang dan isi yang kontekstual dan aktual yang dinarasikan sebuah naskah drama yang dikirim ke panitia Sayembara Naskah Drama Dewan Kesenian Banten 2017, juga menjadi salah-satu pertimbangan dan penilaian kami sebagai para kurator yang terdiri dari Chavchay Syaifullah, Rony M. Khalid, dan Sulaiman Djaya dalam mengangkat ke-Banten-an menjadi sebuah naskah drama, sehingga dapat dicapai unsur kreativitas dan muatan inovatif dalam Dunia Kepenulisan Naskah Drama secara khusus dan teater secara umum.

Bahwa Dunia Kepenulisan Naskah Drama dan Teater tidak imun dan tak bisa mengelak dari spirit estetik dan intelektual yang sifatnya responsif dan reflektif atas dunia dan peristiwa keseharian yang terjadi dan berlangsung di sekitar kita, sehingga seni dan kerja intelektual kesenian dan kepenulisan itu sendiri tidak menghindar dan tidak mengasingkan diri dari perkembangan historis dan kultural manusiawi dalam kehidupan kita, termasuk dalam konteks ke-Banten-an, baik secara politis, historis, dan kultural.

Berdasarkan kriterium dan dasar-landasan yang telah disebutkan itu, kami para kurator berhasil memilih dan akhirnya memutuskan tiga naskah yang layak menjadi para pemenang Sayembara Naskah Drama Dewan Kesenian Banten 2017. Juara 1 adalah naskah berjudul Arya Ranamanggala karya Anton Daryanto Bendet, yang berusaha memotret peristiwa historis, sosial, politis, dan kultural masa silam Banten untuk dikontekskan dengan kekinian Banten secara reflektif, ironis, dan satiris ke dalam pentas drama dan teater modern.

Dengan teknik dan bentuk kepenulisan drama Shakesperian dan stage kontemporer, naskah drama berjudul Arya Ranamanggala itu adalah sebuah naskah drama yang meminjam peristiwa historis, politis, sosial, dan kultural masa silam Banten untuk melihat dan mengkritisi secara reflektif dan ironis Banten saat ini ke dalam drama dan seni pertunjukkan di panggung.

Juara Kedua adalah naskah berjudul Jarog karya Yudi Damanhuri yang memotret dan ‘mementaskan’ kehidupan kultural, adat, kebiasaan, dan keseharian masyarakat pedesaan di Banten Selatan yang berusaha dilihat dan ditampilkan dengan perspektif mengkritisi secara tersirat lewat dialog para tokohnya, seperti antara Saneah dan Sartam, semisal ‘sikap malas’ lelaki bujang yang hobinya main sabung ayam dan menjual aset warisan orang tua mereka, yang pada saat bersamaan mereka berusaha membenarkan kebiasaan ‘buruk’ tersebut dengan alibi dan dalih teologis yang sifatnya fatalis, yang pada saat bersamaan memotret dan ‘mementaskan’ laku sok jawara dan lanskap kejawaraan di Banten Selatan.

Naskah Jarog ini pada dasarnya menarasikan dan ‘mementaskan’ lanskap dan laku sosial dan kultural masyarakat Banten Selatan ke dalam drama dan panggung pertunjukkan secara karikaturis berdasarkan wawasan penulisnya, yang meski ‘belum lengkap’, tetap sanggup menampilkan potret sosial dan kultural masyarakat Banten Selatan.  

Dan terakhir, Juara Ketiga, adalah naskah Asal-usul Mandalawangi karya Lukmanul Hakim yang merupakan lakon drama dua adegan yang mengisahkan narasi mitologi lokal di Banten Selatan di masa Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanudin. Sebuah narasi tentang perpindahan dan atau peralihan teologis dan kultural masyarakat Banten Selatan bersamaan dengan datang dan hadirnya Islam di Banten yang didakwahkan oleh Sultan Maulana Hasanudin, ketika Sultan Pertama Kesultanan Banten itu mengenalkan Islam ke wilayah Banten Selatan, tepatnya di Pandeglang.

Demikian lah tiga pemenang Sayembara Naskah Drama Dewan Kesenian Banten 2017 dari sekian naskah yang kami baca, kami analisis, dan akhirnya kami ‘nilai’ sesuai dengan kriterium dan dasar-landasan yang telah kami paparkan sebelumnya.

Kurator (Dewan Juri) Sayembara:
Chavchay Syaifullah
Rony M. Khalid
Sulaiman Djaya 


Tidak ada komentar: