Oleh Sulaiman
Djaya (Sumber: Satelite News 30 Desember 2016)
Di tahun 2016 ini, Dewan Kesenian Banten mengambil
inisiatif untuk memberikan anugerah kepada sejumlah pelaku seni, pekerja
budaya, penggiat tradisi, dan para penulis dan atau kepada sejumlah seniman,
budayawan, dan sastrawan yang ‘ditetapkan’ layak untuk menerimanya berdasarkan
rapat Tim Seleksi Anugerah Seni Dewan Kesenian Banten 2016 di Sekretariat Dewan
Kesenian Banten yang terdiri dari: Chavchay Syaifullah (Ketua DKB), Dr. Helmi
Bahrul Ulumi (Litbang DKB), Sulaiman Djaya (Komite Sastra), Rony Mansur Khalid
(Komite Teater), dan Gito Waluyo (Komite Seni Rupa) pada 24 Desember 2016 sembari
melakukan komunikasi via Whatsapp, SMS dan yang sejenisnya untuk meminta
pendapat dan masukan sejumlah Komite yang tidak hadir, seperti: Maulana Wahid
Fauzi (Komite Sinematografi), Endang S (Komite Tari), dan Purwo Rubiono (Komite
Musik).
Dalam rapat yang berjalan alot dan penuh
‘pertengkaran’ argumentatif tersebut, terpilih 12 nama untuk menerima Anugerah
Seni DKB 2016 yang penyerahan anugerahnya akan diberikan kepada 12 nama
tersebut pada 30 Desember 2016 di BARAYA TV. Tidaklah mudah bagi kami sebelum
akhirnya kami menetapkan 12 nama tersebut, sebab ada banyak nama yang kami data
dan lalu kami saring dan kemudian kami diskusikan dan kami perdebatkan satu
persatu sejumlah nama tersebut. Anugerah Seni DKB 2016 ini merupakan sebuah
terobosan dalam rangka memacu perkembangan dan kemajuan kerja-kerja kesenian,
kepenulisan, kebudayaan, dan intelektualisme di Banten yang tujuannya untuk
ikut memotivasi lahirnya masyarakat yang cerdas dan maju, yang sekaligus dalam
rangka ‘menghargai’ kerja-kerja budaya, seni, dan intelektualisme itu sendiri.
Anugerah Seni Dewan Kesenian Banten (DKB 2016) ini
juga dalam rangka menghargai eksistensi dan prestasi para seniman dan atau para
penulis, sastrawan, dan intelektual di tengah masih minimnya peran negara dalam
hal ini, yang tentu saja Anugerah Seni DKB 2016 merupakan sebentuk pengakuan
terhadap kerja-kerja para seniman dan atau para penulis serta kaum intelektual.
Terkait dengan hal-hal tersebut, kami dari Dewan Kesenian Banten ingin memberi
penghargaan kepada para seniman dan atau para penulis, sastrawan, dan
intelektual yang sudah meninggal namun kiprah dan karyanya masih terasa dan
memberikan pengaruh bagi keberlanjutan bidang seni yang digelutinya dan bagi masyarakat.
Selain itu kami juga ingin memacu kepada para seniman, penulis, sastrawan,
penyair, dan budayawan yang masih hidup dan berprestasi supaya semakin
berprestasi dan semakin maju dan berjaya.
Ada beberapa landasan dan tolok ukur yang dijadikan
penilaian Anugerah Seni DKB 2016, antara lain: [1] Keteladanan dan atau
pengabdian, [2] Kepeloporan, [3] Mutu dan kualitas karya dan kekaryaan, [3]
Dampak dan pengaruh bagi generasi selanjutnya dan bagi masyarakat, yang mana
dari beberapa landasan dan kategori penilaian itu kami menambahkan aspek
‘Ke-Banten-an’ mengingat Anugerah Seni DKB 2016 ini masih dalam konteks Banten.
Dalam hal ini, sebagai contohnya, nama-nama seperti Mang Sarmani (di Kragilan,
Serang, Banten) yang berdedikasi menghidupkan kembali Seni Ubrug Banten yang
sekarat dan mati menjadi seni yang populer bagi masyarakat bawah di Banten
hingga ke Palembang telah berjasa ‘menyelamatkan’ Seni Budaya Banten sebagai
warisan dan kearifan lokal yang merupakan kekayaan dan khazanah bangsa dan
masyarakat kita.
Nama lainnya adalah H. Ilen di Pandeglang yang
merupakan ‘penemu’ Seni Rampak Bedug Banten, di mana Lomba Menabuh Bedug
tradisional masyarakat ia inovasikan dan ia kembangkan menjadi Seni Islam yang
dikoherensikan dan diseleraskan dengan khazanah seni tari, sholawat, dan seni
silat Banten. Lalu ada nama seperti Wan Anwar yang dikenal berdedikasi dan
total untuk menumbuhkan minat pada sastra dan kepenulisan di kalangan anak-anak
muda dan para mahasiswa, sehingga berkat dedikasinya itu banyak penulis muda
yang lahir dan berbasis di kampus-kampus dan komunitas-komunitas yang
dihidupkan olehnya dan oleh para mahasiswa. Juga ada nama seperti Gebar Sasmita
yang kiprahnya sebagai pelukis yang menghasilkan lukisan-lukisan berkualitas
telah memberikan pengaruh dan melahirkan seniman-seniman muda di Banten.
Selain nama-nama yang telah disebutkan, Anugerah Seni
DKB 2016 juga diberikan kepada nama-nama seperti: Nandang Aradea yang
dedikasinya kepada teater telah menumbuhkan dan mengembangkan minat pada seni
teater di kalangan anak-anak muda dan para mahasiswa, juga kiprahnya dalam
pentas nasional dan internasional yang membawa nuansa dan tema ‘Ke-Banten-an’
melalui teater, semisal Gerabah dan Bambu yang berakar kuat dalam tradisi
kepengrajinan masyarakat Banten. Lalu ada nama seperti Teguh Karya yang
merupakan pelopor dalam Sinema Indonesia, Bapak Perfilman Indonesia yang lahir
di Pandeglang, selain ia juga seorang tokoh teater, yang telah melahirkan
nama-nama besar di kalangan para sineas, sutradara, aktor, dan aktris Indonesia
yang dikenal secara nasional dan internasional.
Kita juga masih punya nama-nama lain yang telah
ditetapkan sebagai penerima Anugerah Seni DKB 2016, yang kiprah dan
dedikasinya, juga dari segi kekaryaan, patut mendapatkan penghargaan, seperti Abah
Yoyok di Tangerang yang membina komunitas-komunitas pegiat sastra dan
kelompok-kelompok musikalisasi puisi dengan penuh dedikasi selama
bertahun-tahun, lalu ada nama Ahmad Lugas Kusnadi di Rangkasbitung (Lebak) yang
masih bergelut dengan seni musik bersama Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung-nya yang telah membina anak-anak muda berkesenian dan
menghidupkan musik dan lagu-lagu yang dekat dengan anak-anak muda dan masyarakat.
Juga ada DC Aryadi yang telah memperkenalkan khazanah dan kearifan lokal Banten
dengan teaternya ke berbagai tempat di Indonesia.
Adalah sebuah kebanggaan sekaligus ‘tantangan’ bagi
kami bahwa program Anugerah Seni DKB ini menjadi program berkala berkelanjutan
yang akan diselenggarakan setiap akhir tahun. Akhir kata, kami ingin
mengucapkan selamat kepada para penerima Anugerah Seni Dewan Kesenian Banten
2016 ini.