Pada awal-awal masa tersebarnya Islam,
kaum Muslim menyadari bahwa mereka menghadapi peperangan yang tidak akan
berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap ada. Oleh karena
itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan mereka
justru semakin meningkat, dan setiap penganiayaan yang dilakukan oleh kaum
Quraisy, maka mereka tetap bertahan untuk mempertahankan kebenaran. Sebagai
contoh, Amar bin Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah
seorang budak yang menjadi korban dari sistem ekonomi yang berlaku saat itu,
yaitu ekonomi yang berdasarkan kepada sistem perbudakan. Seorang yang beriman
tersebut disiksa di Mekah di mana ia tidak memperoleh kebebasannya yang hakiki
kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka mengeluarkannya ke gurun dan menyiksanya
beserta ibunya. Bahkan siksaan semakin meningkat atas ibunya agar ia kembali
menjadi musyrik. Ketika ia tetap mempertahankan keimanannya dan dengan tegas
menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal menikamnya dengan belati
yang ada di dua tangannya. Ia pun meninggal. Dan Islam mengorbankan syahidnya
yang pertama. Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin Yasir.
Banyak kalangan orang-orang bodoh
mengatakan tentang persetujuan Islam terhadap sistem perbudakan, atau Islam
mendiamkan sistem perbudakan. Mereka lupa bahwa Islam dibangun berdasarkan
suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya; Islam
ingin mengeluarkan manusia dari kepemilikan sesama manusia menuju kepemilikan
kepada Allah SWT.
Jika Islam tidak turun dengan nas-nas
yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan, maka dasar-dasarnya secara
umum dan prinsip-prinsip utamanya menghentikan—baik dalam tindakan maupun
ucapan—sumber-sumber sistem ini. Allah SWT sebagai pemilik syariat mengetahui bahwa
sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan berubah dengan
perubahan waktu, dan karena Islam tidak turun pada waktu yang terdapat
perbudakan saja, tetapi ia turun secara umum dan menyeluruh untuk setiap zaman,
maka Islam sengaja melewati bentuk-bentuk yang temporal ini dari bentuk-bentuk
eksploitasi menuju unsur yang pertama atau dasar pertama yang menimbulkan
bentuk-bentuk eksploitasi tersebut, sehingga Islam mengharamkannya. Dengan cara
demikian, Islam mengharamkan sistem perbudakan secara bertahap, seperti proses
pengharaman khamer. Jadi, keseriusan Islam sangat menonjol dalam usaha
menghapus dan mengharamkan perbudakan.
Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam
membolehkan para tentaranya untuk memperbudak para tawanan perang, maka kita
akan mengatakan bahwa Islam menerapkan sistem ini sebagai bentuk pembalasan
terhadap perlakuan yang sama di mana musuh-musuh Islam menjadikan kaum Muslim
sebagai budak-budak mereka ketika mereka menawannya. Oleh karena itu, secara
alami orang-orang Islam pun menawan mereka sebagai budak-budak. Jika Islam
tidak melakukan yang demikian, maka boleh jadi Islam akan dimain-mainkan dan
ada kesempatan besar bagi orang-orang musyrik untuk memperdaya Islam.
Demikianlah bahwa dakwah Islam mengalami
berbagai macam hambatan dan penindasan. Dan ketika orang-orang yang tersiksa
mengadu kepada Rasulullah saw atas penindasan yang mereka terima, maka
Rasulullah saw memberitahu mereka dengan pembicaraan yang jelas bahwa para dai
di jalan Allah SWT harus mengorbankan kesenangan mereka, kedamaian mereka, dan
darah mereka sebagai harga yang pantas untuk tersebarnya dakwah Islam.
Kebebasan bukan diperoleh dengan cuma-cuma. Sejarah kehidupan menceritakan
kepada kita bahwa ia dipenuhi dengan gumpalan darah yang harus dibayar oleh
masyarakat untuk memerangi musuh-musuhnya dari luar dan dari dalam. Jika ini
dialami setiap orang yang menuntut kebebasan pada zaman dan tempat tertentu,
maka bagaimana dengan orang-orang yang menuntut kebebasan manusia secara
keseluruhan.
Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa
dengan mengumumkan dakwahnya, maka ia pasti akan menerima pengusiran,
penindasan, penjara, pengepungan dan pembunuhan. Ini adalah harga yang pantas
yang harus dibayar ketika berdakwah di jalan Allah SWT; inilah harga kebebasan.
Bahkan terkadang kaum yang batil pun membayamya dengan senang hati, maka
bagaimana mungkin orang-orang yang bersama kebenaran ragu untuk melakukannya.
Pada hakikatnya, manusia cinta kepada
keabadian. Secara naluri manusia merasa takut pada azab dan kematian. Dan
barangkali yang membedakan orang-orang Islam yang hakiki dengan yang lainnya
adalah bahwa mereka terbebas dari rasa ketakutan dan cinta keabadian. Ini
adalah tolok ukur yang pasti untuk membedakan antara seorang Muslim yang hakiki
dan seorang Muslim yang hanya namanya atau Muslim warisan atau hanya klaim
semata.
Seorang Muslim yang hakiki menyadari
bahwa ajal di tangan Allah SWT, rezeki adajuga di tangan-Nya, begitu juga
keamanan semua ada di tangan-Nya. Dengan keimanan seperti ini, ia memulai
pergulatannya untuk menyebarkan dakwah. Ia siap untuk menerima penyiksaan dan
penderitaan di jalan Allah SWT; ia pun siap meneteskan darahnya sebagai harga
yang pantas yang diberikannya dalam rangka memperoleh kebebasan. Ini semua
dilakukanya dengan begitu sederhana dan tidak ada rasa takut karena Islam
membebaskannya dari rasa ketakutan. Dahulu para pembangkang menggergaji
orang-orang yang menyeru di jalan Allah SWT dengan menggergaji saat mereka
dalam keadaan hidup-hidup.
Khabab bin Irit pergi menemui Rasulullah
saw dan meminta tolong kepada beliau dari penyiksaan orang-orang Quraisy,
sambil berkata: "Tidakkah engkau menolong kami, wahai Rasulullah? Tidakkah
engkau berdoa kepada kami, ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab:
"Sungguh sebelum kalian terdapat orang-orang yang berdakwah di jalan Allah
SWT lalu mereka dimasukkan dalam suatu galian tanah lalu mereka digergaji di
mana tubuh mereka dipisah menjadi dua, namun mereka tetap mempertahankan
agamanya. Demi Allah, sungguh Allah SWT akan menolong masalah ini tetapi kalian
terlalu tergesa-gesa."
Dengan kalimat-kalimat yang penuh
kesabaran dan keberanian ini, Rasulullah saw ingin memahamkan kepada orang
tersebut bahwa termasuk dari kesempurnaan iman adalah membayar harga kebebasan.
Jelas sekali bahwa Islam tidak memberikan keuntungan bagi orang yang
memeluknya. Orang-orang Islam yang pertama tidak bertanya dan mengatakan:
"Apa yang kita peroleh dari agama ini?" Sebaliknya, mereka bertanya:
"Apa yang kita bayar untuk Islam?" Jawabannya adalah: "Segala
sesuatu dimulai dari suapan-suapan roti sampai darah yang tertumpah."
Jadi, kaum Muslim yang pertama telah membayar ongkos kebebasan. Mereka
merasakan kedamaian yang luar biasa untuk mempertahankan agama Allah SWT;
mereka mendapatkan kepercayaan yang tinggi tentang kemenangan kebenaran yang
datang kepada mereka; mereka justru memberitahu orang-orang musyrik bahwa
mereka akan dapat mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar. Dengan dakwah yang
mereka lakukan, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin di muka bumi. Kaum
musyrik justru memanfaatkan kepercayaan ini untuk mengejek mereka dan
menertawakan mereka.
Ketika Aswad Ibnu Matlab dan orang-orang
yang bersamanya melihat sahabat-sahabat Nabi, maka mereka mengejek dan
mengatakan: "Telah datang kepada kalian pemimpin-pemimpin bumi yang esok
akan mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar, kemudian mereka bersiul dan
bertepuk tangan." Namun kaum mukmin tidak peduli dengan ejekan tersebut.
Demikianlah bahwa ejekan demi ejekan terus menyertai dakwah kaum Muslim.
Kemudian kaum Quraisy mengadakan pertemuan yang bersejarah untuk menyatukan
pandangan dalam rangka menyerang Rasulullah saw. Kaum musyrik menuduhnya bahwa
beliau adalah seorang ahli sihir, dan pada kali yang lain mereka menuduhnya
bahwa beliau adalah dukun, dan pada kali yang lain lagi mereka menuduhnya bahwa
beliau adalah penyair, bahkan pada kali yang lain mereka menuduhnya bahwa
beliau adalah seorang yang gila. Kemudian mereka semua sepakat untuk menuduh
bahwa beliau adalah seorang penyihir.
Walid bin Mughirah yang terkenal sebagai
orang yang terpandang di kalangan mereka menuduh Rasulullah saw sebagai
penyihir yang dapat memisahkan antara sesama saudara dan antara seseorang
dengan isterinya. Kemudian mereka membikin kelompok-kelompok yang mengingatkan
para pendatang di Mekah bahwa Muhammad adalah seorang penyihir. Meskipun
demikian, dakwah Islam tetap berlangsung. Ia tetap tersebar dengan pelan namun
pasti dan kalimat-kalimat yang diutarakan Nabi justru mengingatkan perjanjian
yang pernah dilakukan oleh manusia, yaitu perjanjian saat Allah SWT
menyaksikannya ketika mereka masih di alam atom di punggung Adam: "Bukankah
aku Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Benar.'" (QS. al-A'raf: 172)
Bertambahlah jumlah kaum Muslim hingga
kaum Quraisy merasakan ketakutan. Mereka mulai melihat bahwa penggunaan
cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka memilih untuk
menggunakan cara baru, yaitu bagaimana seandainya mereka menggunakan perdamaian
dan perundingan. Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang
lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding.
'Utbah berkata kepada Rasul saw:
"Wahai anak saudaraku, kami mengetahui kedudukanmu di sisi kami dari sisi
nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang besar di mana engkau
memisahkan kelompok-kelompok mereka. Maka dengarkanlah aku karena aku ingin
berbicara tentang beberapa hal. Barangkali engkau akan menerima
sebagiannya." Rasul saw berkata: "Silakan berbicara wahai
'Utbah." 'Utbah berkata: "Jika engkau menginginkan harta niscaya kami
akan mengumpulkan harta bagimu, sehingga engkau akan menjadi orang yang paling
kaya di antara kami, dan jika engkau menginginkan kehormatan, maka kami akan
memberi kehormatan itu bagimu dan jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami
akan menyerahkan kekuasaan padamu dan jika engkau terkena penyakit yang engkau
tidak mampu menolaknya dari dirimu, maka kami akan mencarikan tabib bagimu dan
kami akan mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh."
Demikianlah 'Utbah mengakhiri
pembicarannya. Kemudian ia menunggu reaksi Nabi. Lalu Rasulullah saw berkata: "Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim. Diturunkan dari
Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang. Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang
membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka
berpaling (darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata:
'Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya
dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka
bekerjalah kamu; Sesungguhnya kami bekerja (pula).' Katakanlah: 'Bahwasannya
aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasannya
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus
menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orangyang tidak
menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (hehidupan) akhirat. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala
yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir
kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian
dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang
dengan suka hati.' Maha Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perhasa lagi Maha Mengetahui.
Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan
petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS.
Fushilat: 1-13)
Rasulullah saw telah menjawab tawaran
'Utbah di mana beliau memilih untuk menghadapi tawaran dan iming-iming tersebut
dengan membaca sebagian dari surah Fhusilat yang merupakan salah satu surah
Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah
bangkit dari tempatnya ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya: "Jika
mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir,
seperti petir yang menimpa kaum "Ad dan kaum Tsamud. " (QS.
Fushilat: 13)
'Utbah berdiri dalam keadaan takut dan
segera menuju kaum Quraisy. Bayang-bayang azab dunia terngiang di telinganya.
Dan ketika ia sampai ke orang Quraisy, ia mengusulkan agar orang-orang Quraisy
membiarkan apa saja yang dilakukan Muhammad. Gagallah perundingan dengan
seorang Muslim yang pertama, yaitu Rasulullah saw. Gagalnya perundingan
tersebut sebagai bentuk pemberitahuan tentang kembalinya tindak kekerasan dan
penyiksaan terhadap sahabat-sahabat Rasul saw. Kemudian kaum musyrik semakin
meningkatkan penindasan terhadap kaum Muslim. Rasulullah saw sangat menderita
melihat hal yang dirasakan para sahabatnya. Ketika kaum Muslim membayar harga
yang paling mahal sebagai konsekuensi dari akidah yang mereka anut dan mereka
dengan sabar memikul penderitaan di jalan Allah SWT, maka Rasulullah saw
mengisyaratkan mereka untuk berhijrah. Beliau memberikan izin untuk berhijrah
bagi orang yang ingin hijrah.
Kemudian Dimulailah gelombang hijrah.
Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu setelah dua tahun diumumkannya
dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas orang Muslim. Mereka keluar
secara rahasia dan mereka menuju ke laut. Mereka berlayar meskipun orang-orang
yang tinggal di gurun sebenarnya tidak ingin berlayar karena mereka takut dari
laut dan mereka yakin bahwa manusia yang berlayar di laut akan menjadi ulat di
atas kayu-kayu yang berenang.
Selanjutnya, gelombang hijrah yang kedua
pun dimulai. Kali ini diikuti oleh delapan puluh tiga orang laki-laki dan
sembilan belas perempuan. Kemudian orang-orang Quraisy berusaha untuk mengirim
beberapa orang dan tetap berusaha menyiksa dan menyakiti orang-orang yang
berhijrah. Mereka mengutus ke Najasyi, Raja Habasyah, orang-orang yang dapat
mempengaruhinya untuk menentang orang-orang yang berhijrah. Mereka menuduh kaum
Muslim meninggalkan agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak
menganut agama Najasyi, yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang Quraisy tidak
lupa mengirim hadiah kepada Najasyi sebagai bentuk suapan kepadanya. Tampaknya
Najasyi seorang yang berakal lalu ia mengutus seseorang kepada kaum muhajirin
dan bertanya kepada mereka tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum
muhajirin menceritakan kepadanya tentang Islam.
Najasyi bertanya tentang Isa lalu mereka
menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya dan ruh-Nya serta
kalimat-Nya yang diletakkan kepada Maryam, wanita yang perawan yang suci."
Kemudian Najasyi mengambil satu kayu kecil dari bumi dan mengatakan:
"Penjelasan tentang Isa yang kalian katakan tidak lebih dari kayu kecil
ini. Pergilah kalian dan kalian akan aman." Najasyi mengembalikan hadiah
kaum Quraisy dan mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga
aku tidak mungkin mengambilnya dari kalian."
Demikianlah kaum muhajirin tinggal di
negeri yang damai, yaitu Habasyah negeri yang dipimpin oleh seorang laki-laki
yang diberi kematangan berpikir di mana ia cenderung mengimani karakter
al-Masih sebagai seorang manusia. Dan salah satu keajaiban kekuasaan Ilahi
adalah bahwa masyarakat Islam yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan
dalam akidahnya, namun mereka justru merasakan kekuatan.
Allah SWT memperkuat dakwah Islam dengan
masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu Hamzah, paman Nabi dan Umar bin
Khatab. Kedua orang itu mempunyai kepribadian yang tangguh di Mekah di mana
masing-masing dari mereka terkenal di tengah-tengah kaumnya. Allah SWT
berkehendak untuk memberi Islam dua orang lelaki yang tangguh di Mekah dan
Allah SWT telah meletakkan rahmat yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah
masuk Islam karena dorongan emosi, fanatisme, dan rahmat terhadaporang-orang
yang tidak memberikan pembelaan kepada Muhammad saw.
Salah seorang perempuan berkata kepada
Hamzah: "Seandainya engkau melihat apa yang diperoleh oleh anak dari
saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Sungguh Abu Jahal
telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak
mengatakan apa-apa." Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar
dalam urat-urat Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah mencari-cari Abu
Jahal lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya. Hamzah
mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal sambil berteriak:
"Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal aku berada di atas
agamanya."
Demikianlah permulaan keislaman Hamzah.
Hamzah adalah seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar ketika ia melihat
anak saudaranya disiksa dan dianiaya dan dia tidak mendapati seorang pun yang
membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama dari keislaman Hamzah, namun sebab
yang paling dalam dan yang paling menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah
dianugerahkan kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang
mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki yang
berdakwah di jalan Allah SWT hanya karena ia seorang yang lemah dan tidak
mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.
Sedangkan Umar bin Khatab terkenal
dengan ketangguhan sikap dan kekerasan perilaku. Seringkali kaum Muslim
mendapat siksaan darinya ketika ia masih menganut jahiliah. Dan salah seorang
yang mendapatkan siksaan ciarinya adalah Amir bin Rabi'ah dan isterinya. Amir
beserta istcrinya menetapkan untuk berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab
menemuinya lalu ia mendapati isteri Amir dan tidak mencmukan suaminya. Umar
melihat wanita itu sedang bersiap-siap untuk berhijrah lalu Umar berkata (saat
itu sumber rahmat telah memancar pada dirinya): "Apakah engkau akan pergi
wahai Ummu Abdillah?" Dengan nada jengkel, wanita itu berkata:
"Benar, demi Allah kami akan keluar dan menuju tanah Allah SWT. Engkau
telah menyiksa kami dan telah memaksa kami untuk berhijrah. Kami akan pergi
sehingga Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada kami." Umar berkata:
"Mudah-mudahan Allah SWTmenemanimu."
Wanita itu melihat tanda-tanda
kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika suaminya kembali, ia
menceritakan kepadanya bahwa ia sangat berharap kepada keislaman Umar. Lalu
suaminya menjawab: "Ia tidak mungkin masuk Islam sampai keledai Umar masuk
Islam." Ia mengatkan demikian karena ia melihat betapa bengisnya dan
kejamnya Umar. Namun perasaan lembut wanita itu lebih kuat daripada pandangan
pikiran lelaki itu dan keputusannya yang terlalu cepat kepada Umar.
Belum lama mereka berhijrah sehingga
Umar masuk Islam. Orang-orang muhajirin mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam
dirinya. Dan barangkali Umar merasa kebingungan lalu ia menetapkan untuk
membunuh Rasul saw. Dengan menghunuskan pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw.
Kemudian ia bertemu dengan orang-orang yang memergokinya dalam keadaan
kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya, hendak kemana ia akan pergi? Umar
menjawab: "Aku hendak ke Muhammad aku akan membunuhnya sehingga
orang-orang Arab merasa tenteram." Dengan nada mengejek, seseorang
berkata: "Tidakkah engkau memulai dari keluargamu sebelum engkau membunuh
Muhammad." Dengan nada jengkel, Umar berkata: "Apa yang terjadi pada
keluargaku?" Lelaki itu menjawab: "Saudara perempuanmu dan suaminya
telah masuk Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya." Umar segera
mencari saudara perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya sedang
membaca Al-Qur'an.
Ketika melihat Umar, mereka
menyembunyikan Al-Qur'an. Umar bertanya: "Sepertinya aku mendengar suara
bisikan dari luar." Tetapi saudara perempuannya mengatakan:
"Tidak." Kemudian suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah
kepadanya. Wanita itu bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya
sehingga darah segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber
rahmat dari diri Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wudhu agar mereka mengizinkan
untuk membaca Al-Qur'an. Umar pun membacanya. Belum lama Umar membacanya
sehingga ia pergi menemui Rasul saw.
Tanpa ragu, Umar memilih untuk masuk
Islam. Dan pedang yang dibawanya itu menjadi pedang yang paling kuat yang
dengannya ia mempertahankan agama Muhammad saw. Kemudian ia mengetuk pintu
untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau bersama sahabatnya. Dari
celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar bin Khatab sedang menghunuskan
pedang. Kemudian sahabat itu kembali kepada Nabi dengan membawa berita yang
sangat mengejutkan ini. Ia menduga bahwa Umar datang dengan maksud jahat.
Rasulullah saw bangkit dan memerintahkan
para sahabatnya agar membiarkan Umar. Rasulullah saw membukakan pintu Kemudian
ia menyambut Umar bin Khatab dan bertanya kepadanya apa yang diinginkannya.
Umar menjawab bahwa ia datang untuk mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Orang-orang Quraisy mulai merasa bahaya
akan mereka temui setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para tokoh-tokoh Mekah dan
orang-orang yang dihormati telah masuk Islam. Sebelum Umar masuk Islam, kaum
Muslim bertawaf di Ka'bah secara rahasia dan dengan malu-malu, namun ketika
Umar masuk Islam ia menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang
mencegahnya untuk bertawaf, bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya
saat tawaf. Mekah mengetahui bahwa ia menghadapi suatu dakwah yang akan dapat
mengubah jazirah Arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar