Maka, bagaimana beliau menjadi orang
Muslim yang pertama, padahal penamaan umat beliau dengan sebutan al-Muslimin adalah
penamaan yang sebenarnya sudah dahulu dikenal di kalangan nabi-nabi yang
terdahulu dan kedatangannya ke alam wujud dan penamaan agamanya dengan
sebutan al-Islam sebenarnya berhutang kepada kakeknya yang
jauh, yaitu Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj: "Dan
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian
orang-orang Muslim dari dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)
Tidak ada pertentangan dalam pendahuluan
para nabi dengan sebutan al-Muslimin daripada Rasulullah saw
dan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang pertama. Tentu kata al-Awwal (yang
pertama) di sini tidak dipahami dari sisi waktu atau masa kemunculan, tetapi
yang dimaksud dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang
yang paling sempurna di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah
ditanya tentang akhlaknya Rasulullah saw lalu dia menjawab dengan kalimatnya
yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Kita mengetahui bahwa Al-Qur'an al-Karim
menetapkan akhlak yang mulia meskipun dalam batasannya yang sederhana dan
rendah, dan menyebutkan keutamaan akhlak dalam tingkatannya yang tinggi. Oleh
karena itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw: apakah beliau
memiliki akhlak yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau mendahului
dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul yamin(orang-orang
yang berasal di sebelah kanan), atau apakah beliau termasuk al-Muqarrabin (orang-orang
yang dekat dengan Allah SWT)?
Rasulullah saw tidak hanya memiliki
semua karakter tersebut dan atribut tersebut, bahkan kedudukan beliau lebih
dari itu semua. Beliau berada di puncak dari segala puncak keutamaan akhlak,
sehingga beliau berhak untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT: "Dan
sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS.
al-Qalam: 4)
Para Mufasir berbeda pendapat tentang
makna dari al-Huluqul 'adzim (budi pekerti yang agung).
Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Sebagian yang
lain mengatakan itu adalah Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau tidak
memiliki sesuatu kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT. Dalam
Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang derajat beliau yang tinggi dalam
dua ayat yang mulia. Ayat yang pertama adalah firman-Nya: "Katakanlah:
'Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).'" (QS. al-An'am: 162-163)
Beliau adalah orang yang paling utama di
antara manusia semuanya; beliau memiliki keutamaan yang melebihi semua manusia;
beliau memiliki rahmat dan kemuliaan yang tidak dapat ditandingi oleh seseorang
pun. Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir namun justru karena
posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau menjadi bata yang
terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang tinggi, sehingga bata yang
terakhir itu harus menjadi puncak pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang
kedua adalah firman-Nya: "Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai
rahmat bagi alam semesta." (QS. al-Anbiya': 107)
Beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi
orang-orang Arab saja; beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Quraisy
dan beliau bukan menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu juga beliau tidak
menjadi rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam
semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai dari
diturunkannya wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah
SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya kepada orang-orang yang
berhak mewarisinya sampai hari kiamat. Alhasil, beliau adalah rahmat yang
dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat yang tidak menonjolkan
mukjizat yang mengagumkan, tetapi beliau adalah rahmat yang memulai dakwah
dengan mengutamakan fungsi akal atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan
kitab alam atau Al-Qur'an yang diciptakan atau kalimat-kalimat Allah SWT yang
terdiri dari jutaan bentuk dan kedua pembacaan Al-Qur'an yang diturunkan
melalui malaikat Jibril di mana ia merupakan kalamullah yang
abadi. Dan kitab alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran
dunia: "Katakanlah: 'Berjalanlah kamu di mnka bumi dan amat-amatilah.'" (QS.
an-Naml: 69)
Atau dibaca melalui usaha menyingkap
misteri dan penggunaan akal: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. " (QS.
Fushilat: 53). Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan: "Atau siapakah
yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang telah menjadikan
sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk
(mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka
tidak mengetahui." (QS. an-Naml: 61)
Jika di sana terdapat ribuan jalan atau
cara untuk membaca kalimat-kalimat Allah SWT dan kitab alam, maka di sana
terdapat satu jalan untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu
hendaklah Al-Qur'an dibaca dengan mata hati dan kecermelangan basirah, sehingga
Al-Qur'an menjadi bagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan kemampuannya.
Sebelum turunnya Al-Qur'an, dunia
diliputi dengan kekurangan, baik secara materi, ruhani, undang-undang maupun
dari dimensi kehidupan yang biasa melekat pada manusia saat itu. Dan sebelum
diutusnya Rasul saw yang beliau adalah manusia yang sempurna dan paling utama,
alam belum mencapai puncak dari penyerahan diri kepada Allah SWT atau puncak
dari keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka manusia mengalami
kesempurnaan dan mampu mencapai tingkat kesempurnaannya. Dengan Kitab yang
mulia ini dan Nabi yang pengasih, Allah SWT yang menyempurnakan agama bagi
manusia dan menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya: "Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu.
" (QS. al-Maidah: 3)
Namun semua itu tidak terwujud begitu
saja, Nabi yang mulia harus berjuang secara serius dan sungguh-sungguh,
sehingga beliau menjadi manusia yang paling layak untuk mendapatkan pujian
pendduduk bumi dan penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua
itu. Kita tidak mengenal seorang nabi yang perasaannya dihina dan dicaci maki
lebih dari apa diterima oleh Muhammad bin Abdillah; kita tidak mengenal seorang
nabi yang memikul berbagai penderitaan, dan memiliki kesabaran yang mengagumkan
di jalan Allah SWT sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi kita.
Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah
SWT sebagai rahmat bagi alam semesta tidak akan mengajak manusia menuju
kebenaran kecuali jika manusia tersebut dari kalangan orang-orang yang kafir
dan membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan dakwah;
beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai tantangan dan
cobaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setelah itu, beliau
datang kepada Allah SWT dengan hati yang puas dan air mata yang bercucuran dan
dengan suara berbisik berkata: "Ya Allah, jika tidak ada kemurkaan pada
diri-Mu, maka aku tidak akan peduli dengan manusia." Segala sesuatu akan
menjadi mudah jika di sana terdapat ridha Allah SWT.
Setelah turunnya wahyu kepada Rasul saw,
beliau memulai tahapan dakwah dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT.
Dimulailah dakwah secara rahasia yang berlangsung selama tiga tahun dalam
persembunyian.
Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti
Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga sahabatnya, Abu Bakar
sebagaimana beriman kepadanya anak pamannya, Ali bin Abi Thalib yang saat itu
masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya Zaid
bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah,
sehingga ia memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan,
Thalha bin Ubaidilah, dan Sa'ad bin Abi Waqas. Juga beriman seorang Masehi,
yaitu Waraqah bin Nofel dan Rasulullah saw melihatnya setelah kematiannya tanda
kesenangan yang itu menunjukkan ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT.
Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu disusul oleh Zubair bin
Awam dan Umar bin 'Anbasah serta Sa'id bin 'Ash. Jadi, Islam mulai mengepakkan
sayapnya secara rahasia di Mekah.
Kemudian berita tersebarnya akidah yang
baru ini sampai kepada pembesar-pembesar Quraisy, tetapi mereka tidak begitu
peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa Muhammad telah menjadi—karena
uzlah yang dilakukannya di gua Hira—salah seorang juru bicara tentang ketuhanan
sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin Sa'adah.
Demikianlah dakwah secara rahasia
berhasil mengembangkan misinya dan dapat melindungi akidah yang baru. Dan
selama perjalanan tiga tahun yang dibutuhkan tahapan dakwah secara rahasia
keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw
telah mendidik mereka dan telah menanamkan kepada diri mereka sifat-sifat
kemuliaan dan telah menciptakan mereka sebagai benih pertama dari pasukan
Islam. Pada suatu hari Jibril turun dengan membawa firman Allah SWT: "Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS.
asy-Syu'ara': 214)
Demikianlah, datanglah perintah Ilahi
agar Rasulullah saw berdakwah secara terang-terangan. Lalu berkumpullah di
sekeliling Nabi sekelompok tentara yang besar dan datanglah perintah Ilahi agar
beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan mengingatkan keluarga
dekatnya. Ketika Nabi melakukan hal tersebut, maka dakwah memasuki tahapan yang
kedua. Dan tahapan dakwah yang baru ini berakibat pada timbulnya penekanan
terhadap para dai di mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan
oleh masyarakat serta diboikot.
Orang-orang Quraisy mengetahui bahwa
Muhammad berbahaya bagi mereka. Beliau bukan hanya berbicara tentang ketuhanan,
tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama baru, yaitu agama yang
mencoba untuk menyingkirkan berhala-berhala dan patung-patung mereka serta
tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan
kedudukan sosial mereka dan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka; agama yang
menyatakan bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain
hukum-Nya, serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut
menyebabkan penduduk kota Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang
kekuasaan di dalamnya merasa gelisah.
Setelah pengumuman dakwah secara
terang-terangan, dimulailah dan ditabuhlah gendrang peperangan. Kemudian
peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan para pengikut
Rasulullah saw. Orang yang pertama kali menyerang Islam adalah seorang tokoh
Mekah yang bernama Abu Lahab.
Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah
saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai memanggil-manggil tokoh Quraisy dan
para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka:
"Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan
datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum pernah
melihatmu berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus
sebagai pemberi peringatan terhadap kalian. Di hadapanku terdapat siksaan yang
berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata: "Sungguh celaka
engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami."
Dengan penghinaan inilah, peperangan
terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak mampu mempertahankan diri
mereka, maka mula-mula Allah SWT membantu mereka dan menolong mereka dengan
menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab: "Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat
kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.
Yang di lehernya ada tali dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5)
Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat
tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah dari pintunya yang paling pendek.
Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu Lahab adalah
seorang yang menentang dakwah kebenaran karena ia mengkhawatirkan kedudukannya
dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya dan dijaganya tidak
memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan
dijebloskan di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala, sedangkan isterinya
membawa kayu bakar, sehingga menambah nyala api itu sendiri. Dan di lehernya
terdapat suatu belenggu sebagai simbol keterikatannya dengan dunia binatang
yang tidak berakal. Sebagian besar orang-orang yang menentang dakwah adalah
orang-orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang tidak sadar.
Allah SWT berfirman: "Atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)
Seandainya hari ini kita merenungkan
reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka kita akan
terheran-heran. Allah SWT berfirman: "Dan mereka heran karena mereka
kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan
orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5)
Coba perhatikan bagaimana kebodohan kaum
itu di mana mereka menganggap bahwa pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan
mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang esa.
Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah yang fitri dan
jelas ini. Allah SWT berfirman: "Dan apabila mereka melihat kamu
(Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan):
'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah ia
menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar
(menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42)
Perhatikanlah betapa nekatnya kaum itu
di mana mereka mulai menghina dan mengejek Rasulullah saw, padahal beliau telah
datang di tengah-tengah mereka untuk menyelamatkan mereka dari api neraka, dan
coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhan-tuhan mereka. Mereka
membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak bersabar dalam
membela tuhan-tuhan tersebut. Demikianlah kesesatan mengejek kebenaran dan
kebodohan menghina ilmu. Mereka justru merasa heran terhadap kepandaiannya yang
dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu
dan kayu, bahkan terkadang mereka membuat tuhan dari adonan roti di mana mereka
menyembahnya kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami
menyelamatkan kami dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah
mereka agar mereka dapat mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya.
Meskipun demikian, dakwah Nabi terus
berlanjut dan tertanam di muka bumi. Mereka orang-orang musyrik menuduh Nabi
sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai seorang gila, bahkan
mereka menuduhnya sebagai seorang penyihir; mereka menuduh bahwa beliau
berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka
mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu.
Mereka meminta kepada beliau untuk
mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka memberitahu bahwa mereka
tidak akan beriman kepadanya, sehingga terdapat suatu mata air yang memancar
dari bumi atau terwujud di depan mereka suatu taman dari pohon kurma dan anggur
yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana
yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang
dengan Allah SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah
yang diserukannya, atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu
mendaki langit dan mereka masih belum beriman terhadap pendakian itu meskipun
ia mendaki di hadapan mata mereka dan kembali dengan selamat, kecuali jika ia
menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka baca dari langit.
Nabi tidak peduli dengan usaha mereka
untuk menyakiti hati beliau; Nabi tetap memberitahu mereka dengan penuh
kelembutan bahwa apa saja yang mereka minta itu tidak sesuai dengan Islam.
Sebab, Islam hanya menyeru akal dan berusaha menciptakan kebebasan. Beliau
menyampaikan kepada mereka bahwa beliau hanya sekadar manusia yang diutus oleh
Tuhan; beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di
mana seorang tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di
dalamnya harta dan anak-anak, dan mereka tidak akan selamat di dalamnya dari
siksaan. Orang-orang yang mempunyai kedudukan atau para tokoh mereka adalah
para tiran-tiran di muka bumi di mana semua itu tidak akan bermanfaat bagi
mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak dapat mereka
hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.
Demikianlah Islam—sebagaimana
agama-agama sebelumnya— mengumpulkan di sekelilingnya orang-orang yang berakal
dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang menderita di muka bumi.
Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi kelompok sosial
yang tertindas dan tersingkirkan di Mekah. Mereka menjadi makanan empuk
kelompok-kelompok yang lalim.
Islam bukan hanya memberikan solusi
ekonomi terhadap tragedi kehidupan atau masyarakat, tetapi Islam memberikan
solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam meyakini bahwa
manusia bukan hanya sekadar perut yang harus dikenyangkan dan naluri seksual
yang harus dipuaskan, manusia bukan hanya dilihat dan dinilai dari sisi ini,
namun Islam justru meletakkan manusia pada tempatnya yang hakiki, tanpa
membesar-besarkan atau mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri
dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri dari akal dan ambisi dan terdiri dari
celupan dari Allah SWT dalam ruhnya.
Islam tidak mementingkan fisik saja dan
meninggalkan ruhani, begitu juga sebaliknya. Terkadang fisik boleh jadi
mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tetapi ruhani justru mengalami
penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari
dimensi manusia tidak akan membawa manusia kepada kesempurnaan atau
kebahagiaan. Maka, Islam datang untuk membawa suatu solusi yang dapat
menyelamatkan manusia dari dalam dirinya sendiri dan Islam membebankan tugas
ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an.
Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan
di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul saw, lalu beliau mengajarkannya
kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi orang-orang yang
berjalan di pasar-pasar dan mengancam singgasana kebencian yang menguasai
Mekah, sehingga orang-orang musyrik justni meningkatkan usaha pengejekan dan
penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah
SWT menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak
mendustakannya, tetapi mereka justru melalimi diri mereka sendiri. Mereka mulai
menentang Nabi dan ayat-ayat Allah SWT, padahal Nabi adalah salah satu dari
ayat Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya
Kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
(janganlah hamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah."
(QS. al-An'am: 33)
Kemudian kaum musyrik meningkatkan
penindasan kepada Rasul saw dan para pengikutnya. Peperangan dimulai: dari
peperangan urat saraf sampai peperangan fisik. Mereka mulai menyiksa para
pengikut Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh Islam
membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah
Islam akan berhenti dan kaum Muslin akan enggan untuk berdakwah. Mereka
menganggap bahwa kaum Muslim justru memilih untuk menyelamatkan diri mereka.
Namun para tokoh-tokoh Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika
melihat penekanan yang mereka lakukan justru semakin membakar semangat kaum
Muslim untuk berdakwah. Saat itu kaum Muslim merasa yakin bahwa benih yang
telah ditanam Rasulullah saw dalam diri mereka menjadikan mereka tetap
bersemangat untuk menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi, yaitu suatu
risalah yang mengembalikan bumi menuju kematangan (kesempurnaan) yang telah
hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang
telah ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang.
Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan
hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah, dan mereka bukan hanya
memperbaiki masyarakat yang rusak, yaitu masyarakat jazirah Arab, tetapi mereka
mengetahui bahwa mereka akan membangun suatu manusia yang baru. Mereka akan
menciptakan manusia seutuhnya; mereka akan menghadirkan dunia dalam bentuk yang
baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran
sang Pencipta.
Sebelum kedatangan Islam, orang-orang
Arab tidak dikenal. Dibandingkan dengan peradaban yang dahulu dan modern,
orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan kontribusi
kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat
dijadikan sebagai kebanggaan. Namun ketika Islam turun kepada mereka, mereka
menjadi cermin kejayaan manusia di mana mereka dapat memberikan sumbangan nyata
pada umat manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka
dalam kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling
dari Islam di mana Islam hanya menjadi lembaran cerita-cerita dan kertas-kertas
yang tidak berguna, maka saat itulah orang-orang Barat dapat menguasai kaum
Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum Muslim itu sendiri.
Mereka justru mencapai kemajuan ketika kaum Muslim meninggalkan agama mereka.
Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk
memnghidupkan ajaran-ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar