Salah jika ada orang yang membayangkan
bahwa Rasul saw mempunyai banyak waktu untuk mencari kesenangan meskipun halal.
Kesenangan diperbolehkan bagi orang lain namun beliau lebih memilih untuk
merasakan penderitaan berjihad, menegakkan hukum, dan kesabaran. Salah jika ada
orang yang membayangkan bahwa Rasul saw hidup di rumahnya dengan keadaan
ekonomi yang lebih baik daripada orang yang termiskin dari kalangan Muslim di
zamannya.
Kehidupan beliau di rumahnya penuh
dengan kezuhudan yang luar biasa sehingga sebagian istrinya mengeluhkan keadaan
tersebut. Di antara mereka ada yang berasal dari keluarga yang kaya seperti
keluarga Abu Bakar atau keluarga Umar bahkan sebagian istrinya bersatu untuk
meminta kepada beliau agar beliau menambah nafkah mereka sehingga Nabi
meninggalkan istri-istrinya, lalu tersebarlah isu yang menyatakan bahwa beliau
telah menceraikan semua istrinya. Kemudian turunlah ayat Takhyir (yaitu
ayat yang memberikan pilihan kepada istri-istri Nabi untuk tetap menjadi istri
beliau atau diceraikannya). Turunlah Al-Qur'an al-Karim memberikan pilihan pada
istri-istri Nabi antara menjalani kehidupan di rumah kenabian dengan penuh
kesederhanaan atau menerima perceraian. Allah SWT berfirman:
"Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu: 'Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya,
maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara
yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya
serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka Sesungguhnya Allah menyediakan siapa
yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. " (QS. al-Ahzab:
28-29)
Selesailah fitnah. Demikianlah
pergulatan di rumah Rasul saw. Akhirnya, istri-istri beliau memilih kehidupan
zuhud dan bersabar serta akhirat daripada kehidupan dunia. Permintaan
istri-istri nabi tidak melebihi hal-hal yang bersifat mubah, namun Rasul saw
merupakan teladan bagi seluruh umat, karena itu beliau harus menjadi teladan
bagi umat sehingga beliau dapat menjadi cermin tertinggi yang layak diemban
oleh seorang yang memegang tampuk kepemimpinan Muslimin. Allah SWT telah
membalas pengorbanan istri-istri Nabi saw dalam bentuk mengangkat kedudukan
mereka dan menjadikan mereka sebagai ibu dari kaum mukmin. Allah SWT berfirman:
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka." (QS.
al-Ahzab: 6)
Dan, sebagai penegasan terhadap keibuan
spiritual ini, Islam mewajibkan hijab yang teliti kepada mereka, yaitu suatu
hijab yang tidak diberlakukan seperti itu kepada Muslimah-Muslimah lain. Nabi
saw melanjutkan dakwahnya. Beliau mengirim surat ke raja-raja dan para penguasa
di mana beliau ingin menunjukkan universalitas ajaran Islam. Nabi saw mengajak
Kaisar Romawi untuk mengikuti Islam, lalu beliau mengirim utusan ke Amir
Damaskus mengajaknya untuk memeluk Islam, dan beliau mengutus utusan ke Amir
Basrah bagian dari wilayah Romawi dan mengajaknya untuk mengikuti Islam, dan
beliau juga mengirim surat ke penguasa Qibti dan mengajaknya untuk masuk Islam,
dan beliau juga menulis surat ke Kisra, Raja Persia dan mengajaknya untuk
mengikuti Islam. Beliau juga mengirim utusan ke Amir Bahrain dan mengajaknya
untuk mengikuti Islam.
Lalu berbagai reaksi disampaikan
berkenaan dengan surat-surat Nabi itu. Di antara mereka ada yang berusaha
menyampaikan kepada pembawa surat bahwa ia masuk Islam dan mengembalikannya
dengan hadiah, dan di antara mereka ada yang merobek-robek surat itu dan di
antara mereka ada yang membalas surat itu dengan jawaban yang baik, dan di
antara mereka ada yang menerima kebenaran. Demikianlah hari berlalu dalam
pergulatan yang tidak pernah padam, suatu pergulatan yang dipimpin oleh Nabi
sehingga beliau menaklukkan Mekah dan menyucikan jazirah Arab. Akhirnya,
manusia masuk dalam agama Allah SWT dalam keadaan berbondong-bodong, dan Allah
SWT menyempurnakan agama bagi kaum Muslim dan Nabi saw melaksanakan haji wada'
(haji yang terakhir) dan turunlah kepada beliau wahyu di Arafah sebagaimana
firman-Nya: "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama
bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Ayat tersebut dibacakan kepada Abu Bakar
sehingga ia menangis. Allah SWT merasa bahwa telah tiba waktunya untuk
mengakhiri misi Rasul-Nya. Aisyah berkata kepada anak-anak yang berteriak dan
bermain-main di luar rumah: "Diamlah kalian karena Rasulullah saw sedang
sakit." Anak-anak itu pun terdiam dan mereka merasakan ketakutan yang luar
biasa. Pada hari-hari terakhir, Rasulullah saw tidak lagi bercanda dengan
mereka sebagaimana yang biasa beliau lakukan.
Mereka memperhatikan bahwa kepucatan
yang aneh menyelimuti Nabi saw yang biasanya wajah beliau dipenuhi dengan
senyuman hingga wajahnya laksana lempengan emas. Nabi saw yang terakhir masuk
dalam rumahnya dan hampir saja beliau tidak kuat menahan langkah kedua kakinya.
Beliau memasuki rumahnya dan bersandar kepada tangan Fadl bin Abbas dan Ali bin
Abu Thalib. Beliau merasakan keletihan dan kesakitan. Kemudian Aisyah
menidurkan beliau di atas ranjangnya yang kasar dan Aisyah meletakkan tangannya
di atas kening beliau. Kepala beliau tampak panas karena saking hebatnya demam.
Aisyah berkata dalam keadaan kedua matanya mengucurkan air mata, "demi
ayah dan ibuku, ya Rasulullah apakah engkau merasakan sakit?" Nabi saw
tersenyum untuk menenangkan Aisyah lalu beliau tertidur. Kemudian mengalirlah
dalam memori Nabi saw berbagai gambar hidup: Jibril turun kepada beliau dengan
membawa wahyu di gua Hira. Beliau telah melewati waktu yang diberkati selama
dua puluh tiga tahun, yang sekarang tampak seperti mimpi. Bahkan empat puluh
tahun yang mendahuluinya tampak seperti gambar yang hanya dilukis sesaat.
Segala sesuatu menjadi mudah bagi Allah
SWT dan Rasulullah saw telah berhasil melalui berbagai penderitaan dengan penuh
kesabaran, bahkan beliau tidak pernah mengeluh sekali pun. Beliau mengajarkan
akidah kepada para pengikutnya dengan penuh kemantapan. Akhirnya, Islam menjadi
mulia dan benderanya semakin berkibar. Kemudian beliau bangun karena melihat
tangisan yang tersembunyi dari Aisyah. Beliau membuka kedua matanya dan melihat
wajah Aisyah sambil beliau sendiri berusaha melawan rasa pusing, demam, dan
sakit yang dirasakannya. Beliau kembali tersenyum untuk menenangkan Aisyah dan
beliau kembali memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri. Apa gerangan yang
menyebabkan Aisyah menangis? Tidakkah Allah SWT memahkotai jihad Nabi saw yang
berat dengan penaklukan Mekah dan penyucian Baitul Haram?
Berbagai gambar hidup dan aktual
melayang-layang dalam memori Nabi saw. Beliau mengingat bagaimana tindakan
orang Quraisy ketika membantalkan perjanjian Hudaibiyah dan mereka memerangi
Khaza'ah yang saat itu bersekutu dengan kaum Muslim dan akhirnya mereka
membunuh semua sekutu kaum Muslim di Baitul Haram. Kemudian beliau berjalan
bersama pasukan yang berjumlah sepuluh ribu di mana semua pasukan telah siap,
dan tentara Muslim turun dari gunung Mekah laksana air bah yang tidak berhenti
sedikit pun. Telah lewatlah masa para pembawa tombak, panah, dan pedang; telah lewatiah
masa di mana Rasulullah saw memimpim pasukan yang di dalamnya terdapat kaum
Muhajirin dan Anshar. Di tengah-tengah pasukan besar tersebut yang berhasil
menaklukkan Mekah, Nabi saw menunggangi untanya dan beliau menundukkan
kepalanya dengan penuh rendah diri di hadapan Allah SWT sampai-sampai kepalanya
hampir menyentuh punggung unta yang dinaiki. Pintu Mekah terbuka untuk pasukan
ini.
Para pemimpin Mekah dan
pengikut-pengikut mereka menyerahkan diri. Kalimat Allah SWT semakin meninggi
di dalamnya. Nabi saw memasuki Baitul Haram lalu beliau berkeliling di sekitar
Ka'bah. Beliau menghancurkan berbagai patung yang berbaris di sekitarnya, lalu
beliau memukulnya dengan kampaknya. Kemudian patung-patung itu berjatuhan dan
hancur. Setelah beliau membersihkan masjid dari berbagai patung dan
mengembalikannya sebagaimana yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai rumah
tauhid yang mutlak, beliau menoleh kepada orang Quraisy dan memaafkan mereka
dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan Allah SWT. Kemudian tibalah waktu
salat, lalu Bilal naik di atas punggung Ka'bah dan mengumandangkan Azan.
Penduduk Mekah mende-ngarkan panggilan baru ini di mana gemanya berputar-putar
di antara gunung:
"Allah Maha Besar. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.
Marilah melaksanakan salat. Marilah menuju keberuntungan. Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan selain Allah."
Akhirnya, rumah itu dikembalikan
kehormatannya dan kemuliannya. Kemudian lagi-lagi arus berbagai gambar
terlintas dalam memorinya: itulah peperangan Hunain dengan kekalahannya,
kemenangannya, dan ganimahnya; Itulah Nabi saw yang memberikan ganimah terhadap
orang-orang yang bergabung dengan Islam hanya dua hari dari penduduk Mekah, dan
mencegah untuk memberi ganimah Hunaian kepada kaum Anshar yang telah memberikan
segalanya untuk Islam. Salah seorang di antara mereka berkata: "Demi
Allah, Rasulullah saw telah menemui kaumnya." Sa'ad bin 'Ubadah berjalan
ke arah Rasulullah saw dan memberitahunya bahwa kaum Anshar sedang marah. Rasul
saw bertanya: "Mengapa marah?" Sa'ad menjawab: "Mereka protes
saat engkau membagikan ganimah ini pada kaummu dan pada seluruh orang Arab
namun mereka tidak mendapatkan apa-apa." Rasulullah saw bertanya kepada
Sa'ad bin Ubadah: "Kamu sendiri bagaimana pendapatmu wahai Sa'ad?"
Sa'ad berkata: "Aku tidak lain kecuali seseorang dari kaumku."
Rasulullah saw berkata: "Kumpulkanlah kepadaku kaummu untuk masalah yang
penting ini dan jika kalian telah berkumpul, maka beritahulah aku."
Sa'ad mengumpulkan seluruh kaum Anshar
lalu ia memberitahu Rasul saw bahwa ia telah mengumpulkan mereka. Rasulullah
saw keluar menemui mereka dan berdiri di hadapan mereka sambil memuji Allah SWT
dan kemudian berkata: "Wahai orang-orang Anshar, tidakkah aku datang
kepada kalian saat kalian dalam keadaan sesat lalu Allah SWT memberikan
petunjuk kepada kalian, dan kalian menjadi orang-orang yang fakir lalu Allah
SWT memampukan kalian, dan kalian dalam keadaan bermusuhan lalu Allah SWT
menyatukan hati kalian?" Mereka menjawab: "Benar." Rasulullah
saw berkata: "Mengapa kalian tidak menjawab wahai kaum Anshar?"
Mereka berkata: "Apa yang kita akan katakan wahai Rasulullah dan dengan
apa kita akan menjawabnya. Sungguh segala karunia hanya milik Allah SWT dan
Rasul-Nya."
Rasulullah saw berkata: "Demi
Allah, seandainya kalian mau niscaya kalian akan mengatakan dan benar apa yang
kalian katakan: Engkau datang kepada kami sebagai seorang yang terusir, maka
kami melingdungimu dan engkau datang dalam keadaan miskin lalu kami menghiburmu
dan engkau datang dalam keadaaan ketakutan lalu kami mengamankanmu dan engkau
datang dalam keadaan teraniaya lalu kami menolongmu." Mereka berkata:
"Segala puji dan karunia bagi Allah SWT dan Rasul-Nya." Rasulullah
saw berkata: "Wahai kaum Anshar, apakah kalian akan marah terhadap harta
yang telah aku berikan kepada suatu kaum dengan harapan agar keimanan meresap
dalam hati mereka dan kalian justru melupakan karunia yang telah Allah SWT
berikan kepada kalian dalam bentuk nikmat Islam. Tidakkah kalian wahai kaum
Anshar merasa puas ketika manusia pergi untuk melakukan perjalanan di musim
dingin sedangkan kalian pergi dengan Rasulullah saw. Maka demi Zat yang jiwaku
di tangan-Nya, seandainya manusia melalui suatu jalan dan kaum Anshar melalui
jalan yang lain niscaya aku akan melalui jalan kaum Anshar. Ya Allah,
rahmatilah kaum Anshar dan anak-anak kaum Anshar dan cucu kaum Anshar."
Mendengar doa itu, kaum tersebut
menanggis sehingga jenggot mereka terbasahi dengan air mata dan mereka berkata:
"Kami rela dengan Allah SWT sebagai Tuhan dan sangat puas dengan pembagian
Rasulullah saw." Kemudian Nabi saw pun meninggalkan mereka dan mereka
pergi dalam keadaan puas. Orang-orang Anshar memahami bahwa Muslim yang hakiki
di dunia adalah seorang yang datang di dunia untuk memberi, bukan untuk
mengambil. Nabi saw terbangun dan beliau mendapati dirinya sendirian di kamar.
Suhu tubuh beliau meningkat karena demam, lalu beliau memanggil Aisyah dan
meminta kepadanya untuk membawa air yang dapat digunakannya untuk mendinginkan
tubuhnya. Aisyah mulai menuangkan air kepada Rasulullah saw sampai demam beliau
berangsur-angsur sedikit menurun. Tampak bahwa waktu berlalu cukup lambat dan
berat. Sakit Rasulullah saw semakin meningkat.
Beliau mulai merasa bahwa tidak mampu
lagi untuk salat bersama para sahabat, lalu beliau memerintahkan Abu Bakar
untuk salat bersama mereka. Pada saat Nabi mengalami antara keadaan terjaga dan
tidur, beliau selalu berpikir apa gerangan yang belum disampaikannya kepada
manusia. Beliau telah menyampaikan segala sesuatu dan telah mengajari mereka
segala sesuatu serta telah meninggalkan sebuah Kitab yang siapa pun berpegangan
dengannya ia tidak akan sesat.
Rasul saw mulai mengantuk dan berbagai
nostalgia terlintas di kepalanya. Beliau melihat dirinya di haji Wada'.
Selesailah perjanjian yang diberikan kepada kaum musyrik dan mereka telah
dilarang untuk memasuki Masjidil Haram dan sekarang Nabi saw keluar sebagai
pemimpin haji dan mengajari kaum Muslim cara manasiknya. Rasulullah saw
memperhatikan ribuan orang-orang yang bertauhid saat mereka menuju Baitul Haram
dalam keadaan memenuhi panggilan Tuhan dan tunduk kepadanya. Mereka
menghidupkan memori kakek mereka, Ibrahim Khalilullah. Nabi saw berdiri dan
berpidato di tengah-tengah keramaian itu. Nabi saw mulai merasakan bahwa kehidupannya
di dunia sebentar lagi akan berakhir. Beliau mengetahui bahwa kafilah ini akan
pergi sendirian dalam menjalani kehidupan. Beliau kembali menanamkan
nilai-nilai Islam dan wasiat dakwah di jalan Allah SWT. Setelah berjuang selama
dua puluh tiga tahun menegakkan agama Allah SWT, beliau bertanya kepada mereka:
"Apakah aku telah menyampaikan amanat Tuhan?" Lalu manusia yang hadir
saat itu menyatakan bahwa beliau benar-benar telah menyampaikan dakwah. Beliau
memanggil Mu'ad bin Jabal dan mengajarinya bagaimana berdakwah kepada manusia
di jalan Allah SWT dan bagaimana mengenalkan agama kepada mereka.
Kemudian beliau berwasiat kepadaa Mu'ad
saat ia menunggangi kendaraannya sedangkan Rasulullah saw beijalan di sebelah
untanya: "Sesungguhnya orang yang paling utama di sisiku adalah
orang-orang yang bertakwa, siapa pun mereka dan di mana pun mereka." Nabi
saw adalah rahmat bagi semua manusia dan sebagal cermin yang tertinggi dari
cermin persaudaraan dan kepatuhan. Beliau menegakkan Al-Qur'an di tengah-tengah
umat Islam namun beliau menolak segala bentuk penampilan yang biasa melekat
pada seorang penguasa atau raja atau pemimpin apa pun. Beliau berkata kepada
para sahabatnya: "Aku hanya seorang hamba Allah SWT dan Rasul-Nya."
Beliau keluar menemui sekelompok
sahabatnya lalu sebagai bentuk penghormatan kepada beliau mereka berdiri.
Kemudian beliau memerintahkan kepada mereka agar tidak berdiri. Ketika beliau
keluar untuk menemui sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya, maka beliau duduk
bersama mereka di tempat terakhir yang ditemukannya. Beliau sangat bersahabat
dan ramah dengan para sahabatnya, bahkan beliau bercanda dengan anak-anak
mereka dan mendudukkan mereka di ruangannya. Beliau memenuhi panggilan orang
dewasa maupun anak-anak. Beliau membesuk orang-orang yang sakit meskipun berada
di tempat yang jauh. Beliau menerima alasan orang yang mempunyai uzur. Beliau
mendahului orang yang ditemuinya dengan salam bahkan beliau mendahului berjabat
tangan dengan para sahabatnya.
Ketika seseorang datang untuk menemuinya
saat beliau salat, maka beliau mempersingkat salatnya dan menanyakan keperluan
orang itu. Setelah menyelesaikan keperluan manusia, beliau kembali
menyelesaikan shalatnya. Beliau selalu menebar senyum kepada kawan dan lawan
dan memiliki kepribadian yang paling baik. Ketika beliau berada di rumahnya,
beliau melayani keluarganya. Beliau mencuci bajunya. Beliau memperbaiki
sandalnya dan memberi minum unta. Beliau makan bersama pembantu. Beliau
memenuhi kebutuhan orang yang lemah, orang yang sedih, dan orang yang miskin.
Bahkan kebaikan beliau dan kasih sayangnya sampai pada tingkat di mana beliau
membiarkan cucunya menaiki punggungnya saat beliau sedang shalat.
Kasih sayang beliau tidak hanya terbatas
kepada manusia bahkan juga tertuju pada binatang dan pohon. Beliau memberi
makan binatang dengan tangannya sendiri bahkan beliau pernah merawat anjing
yang sakit. Beliau memerintahkan pasukan Islam saat berperang demi menegakkan
keadilan Islam agar mereka tidak membunuh anak kecil, orang tua, kaum wanita
dan hendaklah mereka tidak mencabut pohon dan tidak pula merobohkan rumah.
Apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan
hanya suatu undang-undang yang mengatur hubungan antara manusia dan manusia
yang lain, dan apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan hanya berisi suatu sistem
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kemajuannya, ini semua adalah hal
relatif namun beliau datang dengan membawa peradaban yang abadi yang mengatur
hubungan antara manusia dan alam, dan mengembalikan keserasian di alam wujud
sehingga semua berjalan secara seimbang dan mencapai kesempurnaan menuju Allah
SWT. Meskipun pada titik terakhir dari kehidupannya, beliau masih sibuk
mengurusi masa depan dakwah dan beliau sangat cemas terhadap masa depan agama
dan sangat peduli dengan problema kaum Muslim. Beliau khawatir suatu saat Islam
hanya tinggal namanya namun hakikatnya telah lenyap. Namun sebelum beliau
meninggal, Allah SWT telah memperlihatkan kepada beliau sesuatu yang membuat
hati beliau menjadi tenang. Dan di hari Senin dari bulan Rabiul Awal yang
mulia, beliau kembali kepada Tuhannya dalam keadaan ridha dan diridhai.
“Salam
kepadamu ya Rasulullah dan kepada keluarga serta sahabat yang setia bersamamu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar