Ribuan tahun sebelum masehi, bangsa Sumeria-Babilonia dan Mesir memiliki
ilmu astronominya sendiri untuk mamahami alam semesta atau jagat-raya
–sedangkan bangsa Yunani mengandalkan logika, dan salah-seorang dari filsuf
Yunani yang pernah berkunjung ke Mesir, yaitu Pythagoras, mengikuti jejak-jejak
bangsa Timur tersebut, yaitu menggunakan geometri dan matematika ketika
berusaha menjelaskan alam semesta atau jagat-raya.
Capaian yang dapat dikatakan sebagai babakan revolusioner dalam sejarah
sains adalah ketika Galileo Galilei menemukan alias menciptakan teleskop,
meskipun kita tahu tidak secanggih teleskop di jaman ini. Namun
setidak-tidaknya alat tersebut tentu saja sangat penting dalam kerja sains di
abad-abad selanjutnya –yang tak lain sebagai instrument observasi langsung
alias pengamatan empiris.
Di abad-abad selanjutnya, wabil-khusus di abad-20, Albert Einstein
menyatakan teori tentang kekekalan energi, energi kuantum, dan partikel
sub-atom, yang tak diragukan lagi, menjadi dasar bagi perkembangan astronomi,
yang tak lagi berkutat pada penelitian semesta di sekitaran gugusan tata-surya
(matahari dan planet-planet yang mengitarinya) semata, tapi mencoba mengetahui ke
arah yang lebih jauh.
Kita tahu, sejak penemuan Efek Doppler dalam gelombang cahaya dari
berbagai benda angkasa, sejak itulah diketahui bahwa alam semesta alias
jagat-raya berkembang (meluas) dan bahwa nebula di dalamnya bergerak saling
menjauhi dengan kecepatan yang menakjubkan –dan makin jauh jarak mereka, makin
tinggi pula kecepatannya.
Penemuan-penemuan itu pun menimbulkan atau memunculkan sejumlah
pertanyaan atawa kuriositas baru di kalangan ilmuwan umumnya dan fisikawan
khususnya. Misalnya, apakah alam semesta atau jagat-raya tak memiliki batas?
Dan jika alam semesta atau jagat-raya terus meluas alias berkembang, apakah
akan meluas begitu saja tanpa henti atau tanpa akhir? Dan bila saja ada awal
kapan alam semesta mulai berkembang?
Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, George Gamov dan
kawan-kawan berpandangan bahwa alam semesta atau jagat-raya mulai berkembang
atau meluas kira-kira dua milyar tahun lalu, yaitu ketika masih dalam keadaan
aslinya, dan meskipun jagat-raya itu sendiri sudah teramat sangat luas yang tak
bisa diukur oleh kita.
Dalam hal ini, ada pernyataan yang cukup enigmatik dan menggoda, yang
dilontarkan seorang matematikawan bernama Herman Minkowski (sebagaimana dikutip
Lawrence M Krauss dalam Fisika Star Trek-nya): “Suatu saat ruang-waktu akan
semakin pudar menjadi bayangan belaka, dan hanya ada semacam ikatan antara
keduanya yang bisa memelihara realitas yang independen”.
Pernyataan Herman Minkowski, sang matematikawan itu, dilontarkan di
tahun 1908 –di mana di tahun itu pula Albert Einstein menemukan Relativitas
Ruang-Waktu, suatu temuan yang murni mengandalkan imajinasi, bukan observasi.
Dan saya pun pernah bertanya (meski hanya di dalam hati): mungkinkah alam
semesta atau jagat-raya di suatu saat, entah kapan itu, akan kelelahan dan
menghancurkan dirinya sendiri?
Hak cipta © pada Sulaiman Djaya (2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar