Dalam sejarah Islam,
bahkan sejak awal dakwah Nabi SAW, permusuhan Bani Umayyah terhadap Bani
Hasyim, terutama kepada Ahlul Bayt Nabi SAW, seakan tak pernah padam, bahkan
hingga saat ini. Mereka pun memusuhi kaum muslim yang setia kepada Sayyidina
Ali (Syiah Ali), semisal kepada Abu Dzar al Ghifari, Salman al Farisi, Abdullah
Ibn Mas'ud dan para sahabat tercinta Nabi SAW lainnya yang oleh Rasulullah
dijuluki sebagai bintang-bintang bagi ummat Islam.
Adalah Abdurahman ibnu
Muljam yang menikam Ali Karramallahu Wajhah dengan pedang beracun pada suatu
Subuh di masjid Kufah tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Pada saat yang sama dua
orang kawan sekomplotannya melakukan upaya pembunuhan di tempat lain. Tak
heran, saat dinasti Umayyah berhasil menggerakkan syahwat jahiliyyah mereka dan
berhasil merebut kekuasaan, permusuhan mereka pun kepada Ahlul Bayt malah
semakin gencar. Di setiap mimbar dan mesjid, mereka tak sungkan-sungkan
memburuk-burukkan Ali Karramallahu Wajhah dan Syiah-nya.
Ali bin Abi Thalib, yang
dijuluki sebagai haidarah alias asadun (singa) karena keberaniannya, adalah
sang penakluk benteng Khaibar yang konon hanya bisa diangkat oleh 15 orang.
“Jika Rasulullah adalah kota ilmu, maka ia adalah pintu gerbangnya (pintu masuknya)”.
Meski begitu, ia terkenal zuhud, yang ikhlas berbagi sepotong roti, sesuatu
yang hanya dimilikinya untuk dimakan pada suatu pagi dengan seorang peminta
yang datang ke rumahnya dengan perut kelaparan. Ia adalah Ali bin Abi Thalib,
si pemilik Dzul Faqar, pedang bermata dua. Ia sepupu Rasulullah sekaligus
mantunya, suami Fatimah dan ayah Hasan dan Husain. Dengan segala keutamaan yang
melekat pada dirinya itu, sungguh tragis memang jika peristiwa kematiannya
merupakan sejarah yang berlumur darah.
Sembilan Belas Ramadhan (SBR)
merupakan jalinan rumit kisah cinta antara Qutham, Said, Khaulah, dan
Abdurrahman bin Muljam. Qutham anak seorang Khawarij. Menuntut darah Ali bin
Abi Thalib adalah cita-citanya semenjak ayah dan saudaranya terbunuh oleh
tentara khalifah ke-4 itu pada peperangan Nahrawan di Sungai Dajlah (Tigris)
dekat Baghdad. Sedang Said berdarah Umawy, yang juga menuntut darah Ali atas
kasus terbunuhnya khalifah Usman bin Affan, meski otak pembunuh Usman bin Affan
adalah orang Bani Ummawy juga, terlebih para pembunuh Utsman bin Affan itu
terprovokasi ucapan Aisyah: "Bunuh saja si Na'tsal (maksudnya Utsman bin
Affan), karena Aisyah mengharapkan Thalhah menjadi khalifah dengan terbunuhnya
Usman, meski akhirnya 90% kaum muslim malah membai'at Imam Ali paska
terbunuhnya Usman.
Ketika itu Said memuja
Qutham, seperti kumbang menemukan bunganya. Apalagi keduanya memiliki cita-cita
yang sama. Pemuda itu kemudian membuat surat perjanjian untuk menikahi Qutham
dengan darah Ali sebagai maharnya.
Khaulah anak seorang
pembuat senjata di Mesir yang dekat dengan Amr bin Ash, ahli strategi Muawiyah
dalam peristiwa Tahkim yang memenangkan anak Abu Sufyan itu secara politis atas
Ali. Ayah Khaulah seorang khawarij pula, yang mendukung upaya pembunuhan atas
mantu Rasulullah itu. Ia bahkan telah membuat pedang seribu dinar bertabur
racun seribu dinar untuk Abdurrahman bin Muljam. Pemuda inilah yang akan
melaksanakan tugas eksekusi itu. Khaulah sangat paham rahasia ini, karena sudah
menjadi janji orangtuanya bahwa darah Ali akan menjadi mahar pernikahan Ibnu
Muljam dengan dirinya. Padahal, Khaulah, berseberangan dengan Ayahnya. Ia
berpihak pada Ali dan bertekad membantu menyelamatkannya.
Said berdiri di
persimpangan jalan ketika dalam wasiatnya, Abu Rihab menyuruhnya menghapus
dendam kesumat itu. Bahkan kakeknya itu meminta Said membantu menyelamatkan Ali
dari pembunuhan oleh sekelompok orang. Ini bertentangan dengan perjanjian yang
telah dibuatnya dengan Qutham. Akhirnya, dengan berat hati, ia mengikuti wasiat
kakeknya. Said menyampaikan perubahan drastis itu kepada Qutham dengan taruhan
pernikahannya. Namun, di luar dugaannya, Qutham ternyata justru mendukungnya
untuk menyelamatkan Ali dan bahkan cita-cita itu kini menjadi persyaratan mahar
yang baru baginya. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan Said.
Maka meluncurlah dari
mulut Said rencana jahat yang sempat didengarnya di Makkah menjelang kakeknya
wafat. Sekelompok orang akan membunuh tiga orang sekaligus yang membuat
carut-marut umat saat itu pada malam 17 Ramadan. Mereka adalah Ali di Kufah,
Amr bin Ash di Fusthath, Mesir, dan Muawiyah di Syams.
Qutham kemudian meminta
Said pergi ke Mesir untuk menemui kelompok penolong Ali dan mencari tahu siapa
saja yang bakal melaksanakan eksekusi itu. Bersama Abdullah, saudaranya, Said
pergi ke Fusthath, Mesir. Nahasnya, Abdullah tertangkap tentara Amr ketika
bertemu dengan penolong-penolong Ali di sebuah tempat bernama Ain Syams. Mereka
yang tertangkap ditenggelamkan di sebuah teluk untuk menghilangkan jejak.
Said berhasil lolos dari
sergapan ini atas bantuan Khaulah. Sebaliknya, Khaulah berhasil lolos dari
belenggu Ayahnya atas bantuan Said. Dari mulut Khaulah, Said tahu nama Ibnu
Muljam yang tengah dalam perjalanan ke Kufah. Dan dari mulut Said, Khaulah tahu
bahwa target pembunuhan 17 Ramadhan tidak hanya Ali, tetapi juga Amr dan
Muawiyah.
Keduanya kemudian berbagi
tugas. Khaulah meminta Said secepatnya kembali ke Kufah untuk memberitahukan
rencana jahat itu pada Ali sebelum saatnya tiba. Sedangkan Khaulah akan berusaha
memberitahu Amr dengan caranya. Maka berangkatlah Said ke Kufah untuk mengejar
waktu.
Sesampai di Kufah, Ibnu
Muljam dipertemukan dengan Qutham oleh pembantu setianya. Melihat kecantikan
gadis itu dan cita-cita yang sama untuk menuntut darah Ali – yang ditutup rapat
gadis itu dari Said, Ibnu Muljam meminang gadis itu. Ini tentu pinangan baru
setelah Said. Dan tentu saja, darah Ali menjadi maharnya. Maka lengkaplah sudah
konspirasi itu.
Malam 17 Ramadhan pun
tiba. Said sudah sampai di Kufah pada malam itu. Tanpa menunda-nunda lagi, ia
bergegas ke rumah Ali. Sampai di masjid Ali, tidak ada seorang pun yang ia
temui kecuali Qinbar, penjaga Ali yang tengah duduk di sana. Ketika tahu yang
di hadapannya adalah Said, Qinbar langsung meringkus pemuda itu dengan bantuan
penjaga Ali yang berada di dalam rumah. Said kaget mengetahui situasi itu,
tetapi ia tidak berkutik ketika Qinbar memperlihatkan secarik surat perjanjian
yang tidak lain perjanjian pernikahannya dengan Qutham untuk dengan mahar darah
Ali. Surat perjanjian itu ternyata tidak pernah dilenyapkan Qutham, dan itulah
yang menghambat Said untuk menyampaikan berita penting itu kepada Ali.
Adalah Abdurahman ibnu
Muljam yang menghantam Ali Karramallahu Wajhah dengan pedang beracun pada suatu
Subuh di masjid Kufah tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H ketika washi dan khalifah
Rasulullah itu sedang melakukan sholat. Pada saat yang sama dua orang kawan
sekomplotannya melakukan upaya pembunuhan di tempat lain. Barak bin Abdullah
ash-Shorimi membunuh Muawiyah bin Abi Sufyan di Syams dan Amr bin Bakr
at-Tamimi membunuh Amr bin Ash di Mesir.
Imam Ali terluka yang
berujung pada kematiannya. Muawiyah hanya terluka dan kemudian sembuh.
Sedangkan pembunuhan terhadap Amr salah sasaran. Ketiga pembunuh itu, Ibnu
Muljam, Barak dan Amr bin Bakr adalah anggota kelompok Khawarij, yang pada
mulanya pendukung Imam Ali untuk menjadi khalifah, tetapi pada akhirnya
membencinya karena suami Fatimah Azzahra itu menerima Tahkim setelah perang
Shiffin.
12 komentar:
Alangkah bodohnya apapun alasannya membunuh orang muslim. Sesama muslim ,(yang mengucapkan laillahaillallah), "pasti masuk neraka."dunia hanya hanya sejengkal,sedangkan akhirat ribuankilometer menuju tak ber hingga sadarlah.mengalah didunia yang singkat ini akan berbahagia ribuan tahun tanpa akhir diakhirat.
Memang tragis dan ironis
Memang ironis dan tragis
Senjata yang paling berbahaya adalah fitnah!!!,,,
Laknat Allah keatas sesiapa yg mengganggap syiah itu benar..sedangkn sahabat2 rasulullah dikafirkn..dan ajarannya sgt jauh beza dgn ahlissunnah.
Laknat Allah keatas sesiapa yg mengganggap syiah itu benar..sedangkn sahabat2 rasulullah dikafirkn..dan ajarannya sgt jauh beza dgn ahlissunnah.
apabenar ni kisah....
mana mungkin ibunda aisyah yg menyuruh membunujh usman bin affan..
soheh gak....
mengada ngada
Ya..sy pun ragu kalau ibunda Aisyah menyuruh membunuh Usman Bin Affan. Masya'Allah....
Ini orang pasti syiah
Syiah laknattuloh.
Gambar nya bagus . ... .Symbol singa Islam sayidina Ali karomallohu ajhah tapi Sayang yg menulis sejarah ini.ahlusunnah waljamaah bukan?
Artikel aneh
Posting Komentar