IMF (the International Monetery Fund) dan Bank Dunia adalah lembaga
dana moneter intemasional yang dalam missinya disebutkan untuk memberikan
bantuan kepada negara-negara yang tengah mengalami kesulitan likuiditas
keuangan atau menghadapi masalah moneter. Dalam kenyataannya, IMF dan Bank
Dunia, yang saham mayoritasnya sebesar 51 % dikuasai oleh departemen keuangan
Amerika Serikat, hanyalah kedok imperialisme melalui penguasaan dan pengendalian
lewat lembaga moneter dan perbankan.
Yang telah kita ketahui ialah bagian terbesar dari saham the Fed
dikuasai oleh para bankir raksasa Yahudi. Dengan uang-kertas dolar yang ongkos
cetaknya, tidak peduli berapa pun nilai denominasinya di lembaran itu, hanyalah
3 sen dollar per lembar, praktis the Fed memiliki kekuasaan atas keuangan dunia
hampir-hampir tanpa biaya. Meski ada beberapa kekeliruan pandangan tentang IMF
dan Bank Dunia, tetapi tidak dapat disangkal bahwa keduanya, baik IMF maupun
Bank Dunia, merupakan dua instrumen kekuasaan yang digunakan oleh Barat (baca:
kelompok Zionis) untuk menghancurkan negara-negara yang berdaulat agar menjadi
tidak lebih daripada sekedar teritori (ekonomi-keuangan) mereka, yang pada
gilirannya akan kehilangan kedaulatan politik mereka.
Tatkala suatu missi IMF memasuki suatu negara, mereka sebenarnya
tidak lain menjalankan rancangan untuk penghancuran lembaga-lembaga
sosial-ekonomi di balik dalih persyaratan untuk meminjamkan uang. Menurut
Joseph Stiglitz, mantan Kepala Tim Ekonom Bank Dunia, IMF biasanya mengembangkan
program empat langkah.
Langkah pertama adalah program 'Privatisasi' , yang menurut
Stiglitz lebih tepat disebut dengan nama program ‘Penyuapan’. Pada program ini
perusahaan-perusahaan milik negara penerima bantuan IMF harus dijual kepada
swasta dengan alasan untuk mendapatkan dana tunai segar. Pada tahapan ini
menurut Stiglitz, “Kita bisa melihat bagaimana mata para pejabat keuangan di
negara penerima bantuan itu terbelalak, tatkala mengetahui prospek ‘pemberian’
10% komisi beberapa milyar dolar yang akan dibayarkan langsung ke rekening
pribadi yang bersangkutan di suatu bank Swiss, yang diambilkan dari harga
penjualan aset nasional mereka tadi”.
Sebagai contoh, dimana pemerintah Amerika Serikat (harap dicatat
departemen luar negeri, departemen pertahanan, dan departemen keuangan,
sepenuhnya dikuasai oleh orang-orang Yahudi), terlibat dalam kasus “penyuapan”
terbesar yang pernah ada, pada program “privatisasi” di Rusia pada tahun 1995,
ketika pemerintah Amerika Serikat (Yahudi) menghendaki Yeltsin terpilih lagi.
“Kami tidak peduli kalau pemilihan itu adalah pemilihan yang korup. Kami ingin
uang itu sampai ke tangan Yeltsin melalui ‘bawah-meja’ untuk keperluan
kampanyenya”. Yang paling menyakitkan hati bagi Stiglitz bahwa oligarchie Rusia
yang didukung oleh Amerika Serikat itu menyapu habis aset industri BUMN Rusia
dengan akibat, korupsi tersebut memotong pendapatan nasional Rusia tinggal
hampir separuhnya saja yang menyebabkan depresi ekonomi dan kelaparan.
Sesudah program “penyuapan” itu langkah kedua IMF/Bank Dunia adalah
rencana “satu-ukuran-(yang) pas – untuk menyelamatkan ekonomi anda” (‘all size
– economic solution ‘), yaitu “Liberalisasi Pasar Modal”. Dalam teorinya
deregulasi pasar modal memungkinkan modal investasi mengalir keluar-masuk. Namun,
dengan ditingkatkannya pemasukan modal investasi dari luar, pada gilirannya
akan menyebabkan pengurasan cadangan devisa negara yang bersangkutan untuk
mendatangkan aset melalui impor dari negara-negara yang ditunjuk oleh IMF.
Malangnya lagi, dalam kasus Indonesia dan Brazil, lagi-lagi menurut Stiglitz,
modal itu hanya keluar dan keluar, tidak pernah balik. Tatkala suatu missi IMF
memasuki suatu negara, mereka sebenarnya tidak lain menjalankan rancangan untuk
penghancuran lembaga-lembaga sosial-ekonomi di balik dalih persyaratan untuk
meminjamkan uang.
Stiglitz menyebut program “privatisasi” ini sebagai daur “uang
panas”. Dana tunai dari luar masuk untuk spekulasi di bidang real-estate dan
valuta, kemudian hengkang bila ada tanda-tanda akan ada kerusuhan. Akibat dari
yang pertama di atas dan kedua ini, cadangan devisa negara bisa habis menguap
dalam ukuran hari, bahkan jam. Dan bilamana hal itu sampai terjadi, maka untuk
merayu kaum spekulan untuk mau mengembalikan dana modal nasional, IMF menuntut
negara-negara debetor ini menaikkan suku-bunga banknya menjadi 30%, 50%, bahkan
80%. Ketetapan itu diikuti dengan persyaratan kebijakan deregulasi peraturan
perbankan, diberlakukannya kebijakan uang ketat (‘austerity policies’),
dihentikannya subsidi pada bidang-bidang yang berkaitan dengan kebutuhan
sosial-ekonomi masyarakat. Pada negara-negara yang sedang berkembang, dimana
program pembangunan bagian terbesar masih menjadi tanggung-jawab negara,
pemberlakuan politik uang ketat berdampak buruk terhadap kehidupan sektor riel.
Penghentian subsidi terhadap sektor strategis seperti pangan, bahan bakar,
transportasi, pendidikan, dan sebagainya selalu berakhir dengan krisis politik
di negara-negara yang bersangkutan.
“Hasilnya bisa diprediksi”, kata Stiglitz mengomentari tentang
gelombang pasang uang panas di Asia dan Amerika Latin. “Suku bunga yang tinggi
menghancurkan nilai properti, memangsa produksi industri, dan mengeringkan dana
nasional”.
Pemasukan modal investasi dari luar, meskipun tampaknya membantu
untuk memperluas kesempatan kerja, dalam kenyataannya persyaratan itu telah
membunuh usaha bumiputera setempat, yang pada gilirannya jatuh bergelimpangan,
karena belum mampu bersaing khususnya untuk pemasaran. Acapkali kebijakan
seperti itu berakibat dengan penutupan pabrik-pabrik, karena pemerintah
tuan-rumah dan sektor swasta domestik tidak cukup memiliki modal. Contoh paling
mutakhir adalah bangkrutnya ekonomi Argentina pada bulan Januari 2002 yang
menimbulkan situasi kekacauan politik dan sosial.
Pada tahapan ini IMF menarik negara debetor yang tengah megap-megap
itu ke langkah ketiga, yaitu “Pricing – Penentuan Harga Sesuai Pasar”, sebuah
istilah yang muluk untuk program menaikkan harga komoditas strategis seperti
pangan, air bersih, dan BBM. Tahapan ini sudah dapat diprediksi akan menuju ke
langkah tiga-setengah, yaitu apa yang dinamakan oleh Stiglitz, “Kerusuhan IMF”.
“Kerusuhan hasil ciptaan IMF” itu sudah bisa diprediksikan dan
sangat menyakitkan hati. Tatkala suatu negara sudah jatuh pingsan (IMF) akan
mengambil keuntungan dan memeras sampai tetes darah terakhir yang masih ada
pada negara debetor. Suhu akan terus meningkat, dan pada saatnya ketel itu
meledak”, seperti halnya ketika IMF, menurut Stiglitz, mengharuskan menghapus
subsidi untuk beras dan BBM bagi kaum miskin di Indonesia pada tahun 1998.
Indonesia meledak dengan kerusuhan. Dan masih ada contoh kasus lain – kerusuhan
di Bolivia, sehubungan dengan kenaikan tarif air bersih pada tahun 2001, dan
pada bulan Februari 2002 kerusuhan di Ekuador karena kenaikan harga gas dapur
yang diperintahkan oleh Bank Dunia. Kesan yang ada ialah kerusuhan itu memang
direncanakan.
Dan memang begitu. Apa yang tidak diketahui Stiglitz, bahwa BBC dan
koran the Observer, London, berhasil memperoleh beberapa dokumen dari kalangan
dalam Bank Dunia, yang diberi cap ‘Confidential’, ‘Restricted’, dan ‘Not to be
Disclosed’. Salah satu di antara dokumen-dokumen itu adalah apa yang disebut
‘Interim Country Assistance Strategy’ (‘Strategi Bantuan Sementara’) untuk
Ekuador. Di dalam dokumen itu Bank Dunia beberapa kali menjelaskan – dengan
ketepatan yang mendirikan bulu roma – bahwa mereka mengharapkan rencana mereka
akan menyalakan “kerusuhan sosial”, begitu istilah birokrasi terhadap negara
yang terbakar.
Hal itu tidak perlu membuat kaget. Laporan rahasia itu mencatat,
rencana itu dimaksudkan agar nilai mata-uang Ekuador dengan dolar Amerika akan
mendorong 51 % dari penduduk Ekuador agar berada di bawah garis kemiskinan.
Rencana “Bantuan” Bank Dunia di dalam laporan itu semata-mata menyeru untuk
“meredakan tuntutan dan penderitaan rakyat” dengan “penyelesaian politik”
-tanpa menyinggung aspek ekonomi dan harga-harga yang kian melambung.
“Kerusuhan IMF” (yang dimaksudkan dengan ‘kerusuhan’ disini ialah
demonstrasi damai yang dibubarkan dengan gas air-mata, peluru, dan tank),
menyebabkan panik baru yang berakibat dengan pelarian modal (‘capital flight’)
dan kebangkrutan pemerintah setempat. Kebakaran ekonomi ini mempunyai sisi
terangnya – untuk perusahaan perusahaan asing, yang yang mendapatkan kesempatan
menyabet sisa aset negara yang sedang kacau-balau itu, seperti konsesi
pertambangan, perbankan, perkebunan, dan lain sebagainya dengan harga
obral-besar-besaran. Contoh ini terlihat pada kepanikan pemerintah Indonesia
yang melakukan “divestasi” dengan harga obral-obralan pada BCA (‘Bank Central
Asia’), bank paling berhasil di Indonesia, pabrik semen, perkebunan kelapa
sawlt, bisnis telekomunikasi, dan sebagainya, yang kesemuanya sebenamya
merupakan “tambang emas” (‘money-machines’) bagi Indonesia.
Stiglitz mencatat bahwa IMF dan Bank Dunia bukanlah penganut yang
tidak punya perasaan terhadap ekonomi pasar. Pada waktu yang sama IMF
menghentikan Indonesia untuk memberi subsidi pangan. Menurut IMF, “ketika
bank-bank membutuhkan bail-out, intervensi (terhadap pasar) dapat diterima”.
IMF menumpahkan berpuluh milyar dolar untuk menyelamatkan para finansier
Indonesia dengan tambahan pinjaman dana dari bank-bank Amerika dan Eropa.
Suatu pola muncul. Dalam sistem ini banyak yang rugi, tetapi ada
satu pemenang : yaitu, bank-bank Barat dan departemen keuangan Amerika Serikat,
yang menghasilkan keuntungan besar dari celengan modal internasional ini.
Stiglitz menceriterakan pengalaman pertemuan pertamanya, ketika baru menjabat
di Bank Dunia, dengan presiden baru Etiopia dalam rangka pemilihan umum
demokratis yang pertama di negeri itu.
Bank Dunia dan IMF menginstruksikan Etiopia untuk mengalihkan uang
bantuan ke rekening cadangannya di departemen keuangan Amerika Serikat, yang
akan memberikan bunga 4%, sementara Etiopia meminjam kepada Amerika Serikat
dengan bunga 12% untuk memberi makan rakyatnya. Presiden Etiopia yang baru
memohon kepada Stiglitz agar uang bantuan itu dapat digunakan sendiri untuk
membangun negerinya. Tetapi tidak, uang hasil rampokan itu langsung masuk ke
kas departemen keuangan Amerika Serikat di Washington.
Kini kita sampai ke tahap keempat yang oleh IMF dan Bank Dunia
diberi nama “Strategi Pengentasan Kemiskinan”: yaitu, Pasar Bebas. Yang
dimaksud ialah ‘pasar bebas’ berdasarkan aturan dari WTO (‘World Trade
Organization’ – Organisasi Perdagangan Dunia’) dan Bank Dunia. Stiglitz, orang
dalam Bank Dunia itu menyamakan ‘pasar bebas’ dengan ‘perang candu’. “Konsep
itu bertujuan membuka pasar”, katanya. “Persis seperti halnya pada abad ke-19,
negara-negara Barat dan Amerika Serikat menghancurkan rintangan yang ada bagi
perdagangan di Cina. Sekarang hal yang sama dilakukan untuk membuka pasar agar
mereka dapat berdagang di Asia, Amerika Latin dan Afrika, sementara
negara-negara Barat itu memasang tembok yang tinggi terhadap impor hasil
pertanian dan produk manufaktur dari Dunia Ketiga”.
Sebagai akibat program’ pasar-bebas’. Para pengusaha kapitalis
lokal terpaksa meminjam pada suku-bunga sampai 60 % dari bank lokal dan mereka
harus bersaing dengan barang-barang impor dari Amerika Serikat atau Eropa,
dimana suku-bunga berkisar tidak lebih dari antara 6 – 7 %. Program semacam ini
berakibat mematikan kaum kapitalis lokal.
Dalam ‘Perang Candu’, negara-negara Barat mengerahkan blokade
militer untuk memaksa Cina membuka pasarnya bagi perdagangan mereka yang tidak
seimbang. Sekarang Bank Dunia dapat memerintahkan blokade keuangan, yang sama
efektifnya seperti pada ‘Perang Candu’ – dan sarna mematikannya.
Stiglitz khususnya sangat emosional ketika membahas tentang
perjanjian hak-hak intelektual (dalam bahasa Inggeris disingkat dcngan TRIPS).
Menurut mantan Ketua Tim Ekonom Bank Dunia itu, ‘Tata Dunia Baru’ (‘Novus Ordo
Seclorum’) itu pada kenyataannya telah “menjatuhkan vonis hukuman mati kepada rakyat
sedunia”, dengan cara memberlakukan tarif dan “upeti” yang tidak masuk akal
yang harus dibayarkan kepada perusahaan obat-obatan yang punya merk. “Mereka
tidak peduli”, kata profesor yang bekerja-sama di bidang urusan kredit bank
dengan perusahaan-perusahaan obat-obatan itu, “apakah orang akan hidup atau
mati”.
Sebagian besar publik, terutama pemerintahan negara-negara di Dunia
Ketiga masih memandang IMF dan Bank Dunia sebagai lembaga dengan wajah yang
manusiawi, seperti yang dinyatakan dalam charter-nya, “turut-serta dalam upaya menghapuskan
kemiskinan”. Dalam kenyataannya, IMF lebih sukses berperan dalam menciptakan
kemiskinan negara-negara yang sedang berkembang, ketimbang mengatasi kemiskinan
yang mereka derita. Kalau ada yang menyangka ada konflik antara keduanya,
antara IMF dan Bank Dunia, maka perkiraan itu keliru sekali.
Harap di sini jangan sampai dibuat bingung ketika terjadi
campur-aduk dalam pembicaraan mengenai IMF, Bank Dunia, dan WTO. Lembaga-Iembaga
itu sebenamya tidak lain hanyalah topeng yang dapat dipertukarkan yang berasal
dari suatu sistem kekuasaan yang tunggal, kaum Zionis, sesuai keperluannya.
Mereka terhubung satu dengan lainnya melalui suatu sistem yang mereka sebut
“pemicu”.
Ketika suatu negara memohon kredit kepada Bank Dunia untuk
keperluan pendidikan, misalnya, maka permohonan tadi akan “memicu” suatu
kebutuhan untuk menerima ‘persyaratan’ apa pun – yang mereka tetapkan rata-rata
sebanyak 111 poin untuk setiap negara – yang ditetapkan secara sepihak oleh
Bank Dunia dan IMF. Menurut Stiglitz, “IMF mengharuskan negara debitur menerima
kebijakan perdagangan yang lebih bersifat punitif ketimbang aturan-aturan dari
WTO”.
IMF dan Bank Dunia memang mempunyai misi yang sama di Dunia
Ketiga. Kenyataannya sederhana: Wall Street berdiri di belakang kedua lembaga
ini. Mereka dijalankan oleh para bankir, umumnya bankir Yahudi. Harus diingat,
mereka adalah pebisnis uang dan profiteur, bukan sosiolog anthropolog, apalagi
kaum philanthropis.
Selain itu yang tidak banyak disadari orang ialah ‘pasar bebas’
pada hakekatnya adalah saudara kandung dari perang. Yang lebih penting lagi,
masyarakat Dunia Ketiga pada umumnya gagal melihat hubungan erat antara gagasan
pasar-bebas dengan kepentingan negara-negara Barat. Misalnya, sedikit sekali
organisasi yang mengkritik lembaga-lembaga produk Bretton Woods itu,
dibandingkan dengan suara yang menentang serangan Amerika Serikat terhadap
Afghanistan, misalnya mereka tidak menyuarakannya di Seattle (ketika konperensi
APEC), dan juga tidak melakukannya di Washington, DC.
Mereka berkampanye menentang ‘pasar bebas’, menentang IMF, dan
memihak kepada kampanye Jubilee untuk menghapus hutang Dunia Ketiga, tetapi
tidak terhadap peperangan. ‘Pasar bebas’ dan perang berjalan bergandengan
tangan. Sama seperti halnya negara-negara Barat, seperti dikatakan Stiglitz di
atas tadi, pada abad ke-19 memaksa Cina melakukan “perdagangan bebas opium”,
dan hal itu masih berlaku sekarang. Kalau dalam abad ke-19 negara-negara Barat
mengeluarkan dalih “memberantas perompakan di laut” untuk menutup-nutupi agenda
kolonialisme dan imperialisme mereka, dewasa ini Amerika Serikat berdalih
“memerangi terorisme internasional” untuk mendapatkan konsesi pemasangan pipa
minyaknya melalui wilayah Afghanistan.
Koordinasi antara negara-negara Barat dengan ‘pasar-bebas’ sangat
jelas. Bisa dilihat contoh di Kosovo. IMF dan Bank Dunia telah merancang
rencana ekonomi pasca-perang, termasuk ‘pasar-bebas’, bahkan jauh hari sebelum
jatuhnya born pertama. Keduanya bergandengan tangan. Jika suatu negara menolak
intervensi IMF, maka negara-negara Barat, dengan intervensi politik atau
mengerahkan berbagai badan-badan rahasia dan kegiatan subversif, akan masuk.
Tugas mereka menciptakan iklim yang kondusif bagi program-program IMF dan
negara-negara Barat (baca: Zionis) untuk akhirnya dapat dilaksanakan di
negara-negara tersebut. Negara seperti lndonesia menjadi contoh betapa program
pinjaman hutang IMF makin menambah krisis yang memang sudah parah.
Negara-negara yang menerima apa yang disebut dengan nama “bantuan
pinjaman” IMF, seperti Bulgaria dan Romania, termasuk Indonesia, mungkin tidak
mendapatkan ‘carpet bombing’, tetapi mereka dihancurkan hanya dengan satu
goresan pena. Bahasa badan tidak dapat menutup-nutupi pikiran yang ada di benak
seseorang. Tentang hal itu, menarik memperhatikan keangkuhan gaya Camdessus,
direktur eksekutif IMF untuk Asia-Pasifik, ketika ia menyaksikan presiden
Republik Indonesia, Soeharto, terpaksa menanda-tangani Memorandum of
Understanding dalam rangka memohon bantuan pinjaman IMF untuk Indonesia pada
tahun 1998. Memorandum itu ternyata merupakan awal dari agenda penghancuran
ekonomi Indonesia yang memang sudah terpuruk. Di Bulgaria IMF melakukan
reformasi yang sangat drastis. IMF menghancurkan kondisi sosial: pensiun
dipotong, pabrik-pabrik terpaksa ditutup, ada barang-barang produk pabrik yang
di-dumping, penghapusan subsidi perawatan kesehatan dan subsidi transportasi
secara cuma-cuma bagi rakyat, dan sebagainya.
Keprihatinan Stiglitz tentang rencana-rencana dari IMF dan Bank
Dunia yang dirumuskan secara rahasia dan didorong oleh suatu ideologi dari kaum
absolutis, dan yang tidak membuka peluang untuk diskusi atau penolakan. Meski
negara-negara Barat mendorong pemilihan umum di seluruh negara-negara yang
sedang berkembang, apa yang mereka sebut “Program Pengentasan Kemiskinan”
sebenamya “merongrong demokrasi”.
Dan program itu temyata tidak jalan. Produktivitas negara-negara
Afrika Hitam di bawah bimbingan tangan “bantuan” struktural IMF gagal total
dan programnya hancur berantakan. Apakah ada negara-negara debitur yang mampu
menghindari malapetaka ini? “Ada”, kata Stiglitz seraya menunjuk Botswana. Apa
yang mereka lakukan? “Mereka menghardik IMF untuk berkemas-kemas meninggalkan
negeri itu”.
Lalu bagaimana cara membantu negara-negara yang sedang berkembang
itu. Stiglitz mengusulkan adanya rencana land-reform yang radikal, serangan
langsung ke jantung “pertuan-tanahan”, pada harga sewa yang keterlaluan, yang
dikenakan oleh oligarki pemilik tanah di seluruh dunia, lazimnya tidak kurang
dari 50% dari hasil panen dari si penyewa tanah (sistem “paron”).
Sebagai salah seorang mantan pejabat tinggi di Bank Dunia, apakah
gagasan ini pemah diusulkan oleh Stiglitz? Kalau Anda menantang (kepemilikan
tanah), hal itu niscaya akan menimbulkan perubahan pada elit yang berkuasa.
Karenanya, soal itu tidak masuk prioritas utama mereka”. Setiap kali solusi
dengan konsep ‘pasar bebas’ menemui kegagalan, menurut Stiglitz, IMF tidak lain
hanya menuntut kebijakan “pasar yang lebih bebas”. “Hal yang sama dengan di masa Abad Pertengahan”, kata Stiglitz.
“Tatkala sang pasien meninggal, mereka berkata, ‘Ia terlalu banyak kehilangan
darah, sebenarnya darahnya masih ada sedikit di tubuhnya’
Bantuan Ekonomi dan Kolonialisasi
Gaya-Baru
Di Asia Tengah, Balkan, dan Kaukasus, reformasi dan program
privatisasi dari IMF dan Bank Dunia berjalan bergandengan tangan bukan hanya
dengan agenda negara-negara Barat, tetapi juga dengan operasi intelijen CIA,
yang dilakukan secara tertutup. Pengelolaan lembaga perang dan ekonomi
dilakukan dengan interface satu dengan yang lain pada peringkat global. Jadi pada saat ini berbagai negara dilemahkan dengan
konflik-konflik regional dan domestik yang dibiayai oleh dana keuangan Barat,
baik secara terbuka maupun seeara tertutup. Kosovo Liberation Army, Aliansi
Utara di Afghanistan, (GAM di Aceh?), hanyalah sekian contoh dari beberapa
kasus, bagaimana gerakan insurgensi di suatu negara dibiayai oleh Barat.
Konflik-konflik yang dimanipulasi di Kosovo, Afghanistan, Aceh, dan lain-lain,
terjadi karena terdapat sumber daya alam dalam jumlah yang strategis, minyak
dan gas bumi, ladang ganja dan obat bius, yang oleh CIA dikelola secara
tertutup.
Pada gilirannya kepentingan ekonomi ini bermuara ke politik luar
negeri resmi Ameriksa Serikat. Akhirnya ujung-ujungnya ke IMF, Bank Dunia, dan
bank-bank regional dan investor swasta. Perang Afghanistan adalah contoh nyata
adanya mata-rantai yang kuat antara agenda untuk untuk menguasai minyak yang
ada di perut bumi Cekung Kaspia (Caspian Basin) dengan rancangan membangun
hegemoni politik di Asia Tengah dalam rangka mengamankan kepentingan minyak dan
gas bumi bumi tersebut.
Peristiwa serangan 11 September 2001 terhadap gedung-kembar WTC New
York yang menewaskan lebih-kurang 6.000 jiwa adalah suatu rekayasa politik yang
luar biasa kejamnya yang dilakukan oleh kelompok ‘rajawali’ Yahudi di bawah
pimpinan Paul Wolfowitz di departemen pertahanan Amerika Serikat, yang
bekerja-sama erat dengan dinas rahasia Israel Mossad, untuk mendapatkan dalih
“menghukum” Irak dan Afghanistan sebagai “kambing hitam”-nya. Semuanya berkaitan sebagai suatu mata rantai. Kecurigaan bahwa
serangan terhadap gedung-kembar itu merupakan sebuah rekayasa sangat rahasia
oleh pihak Amerika Serikat sendiri yang dibantu oleh badan intelijen Israel
Mossad, bukan hanya dikeluarkan oleh Alexander Gordon, seorang analis keamanan
Amerika Serikat, tetapi juga dari ulasan koran the Guardian dan BBC London,
kantor berita teve Amerika ‘Fox News’, Vision TV Kanada, koran the Washington
Post, bahkan datang dari pemerintah Jerman, sekutu Amerika Serikat sendiri.
Mari dicermati institusi global ini: ada sistem PBB dengan missi
konon untuk “memelihara perdamaian” yang pembentukannya diprakarsai oleh
tokoh-tokoh Zionis; mereka memainkan perannya melalui negara-negara Barat,
khususnya Amerika Serikat. Dari situ ada IMF, Bank Dunia, dan bank-bank
pembangunan regional seperti ADB, Asian Development Bank, dan sebagainya. Di
Eropa ada the European Bank for Reconstruction and Development, serta WTO.
Lembaga-lembaga ini merupakan kekuatan utama mereka. Kadangkala perang diperlukan untuk menciptakan suatu kondisi yang
kondusif, dan kemudian lembaga-lembaga ekonomi produk kaum Zionis itu akan
masuk untuk memberesi keadaan yang berantakan. Sebagai misal, sesudah
pemerintahan Taliban di Afghanistan jatuh, kelompok bankir Yahudi ini
mengusulkan dibentuknya semacam ‘Marshall Plan’ untuk “membangun kembali”
infra-struktur negeri itu yang sudah hancur berantakan.
Atau.sebaliknya, IMF sendiri yang melakukan destabilisasi ekonomi
seperti yang mereka lakukan di Indonesia. Mereka bersikeras menghapus subsidi
pada berbagai kebutuhan publik di negara itu. Kini kebijakan itu berhasil
melumpuhkan sebuah negara sebesar Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000
pulau, dan berakhir dengan keterpurukan ekonomi yang kacau-balau. Keadaan
geografinya dan persebaran sumber daya-alamnya yang tidak merata membuat
ekonomi nasionalnya bukan menjadi sumber kesejahteraan, tetapi berubah menjadi
suatu malapetaka. IMF meninggalkan kondisi ekonomi-keuangan negara kepulauan
ini dalam keadaan berantakan dengan cara yang belum pernah dihadapi oleh orang
Indonesia.
Apa yang telah diperbuat oleh IMF di Indonesia? Mereka bersikeras
memotong uang yang seharusnya ditujukan untuk mensubsidi pemerintahan di
daerah, misalnya di bidang pendidikan, dan sebagainya. Kebetulan mereka
melakukan hal yang serupa di Brazil. Mereka mendestabilisasikan suatu negara,
karena untuk menguasai suatu negara harus ada kesamaan fiskal, suatu sistem
untuk transfer fiskal. Jadi di suatu tempat seperti di Indonesia, mereka
mendorong setiap daerah melalui kebijakan otonomi daerah yang
infra-strukturnya tidak disiapkan lebih dahulu, masing-masing akhirnya
berperilaku menjadi semacam negara bagian. Dan tentu saja gagasan untuk masing-masing berdiri-sendiri menjadi
sangat menarik bagi berbagai kelompok etnik di daerah yang berbeda-beda. Tentu
saja mereka (yakni perancangnya di IMF) sadar sekali tentang hal ini – mereka
melakukannya berulang-kali. Mereka hanya mendorong saja gagasan yang sudah ada.
Hal itu terjadi di Yugoslavia, terjadi di Brazil; hal itu bahkan terjadi di
bekas Uni Sovyet, di mana daerah-daerah dilepaskan begitu saja, karena Moskow
tidak mampu memberi mereka uang. Kalau hal itu terjadi di mana rakyat
dimelaratkan, mereka mulai saling membunuh. Terjadi pada setiap kelompok, pada
kelompok-kelompok etnik, agama, dan kedaerahan, seperti di Indonesia.
Namun hal yang sama bisa saja terjadi, seperti di Somalia, dimana
tidak ada kelompok-kelompok etnik, tetapi skema IMF tetap berjalan. Tidaklah
diperlukan adanya masyarakat multi-etnik untuk agenda memecah belah suatu
bangsa, untuk melakukan Balkanisasi. Skema ini didasarkan pada agenda
‘rekolonialisasi’.
Negara dan ‘Teritori
Negara-negara diubah menjadi teritori-teritori, persisnya koloni
gaya baru. Apa beda negara dengan teritori? Negara memiliki suatu
pemerintahan, memiliki lembaga-lembaganya, ada anggaran, negara memiliki
perbatasan ekonomi, dan memiliki lembaga seperti beacukai . Sebuah teritori, hanya memiliki pemerintahan secara nominal yang
dikendalikan oleh IMF. Tidak ada lembaga-lembaga yang otonom dan berdaulat, baik
dari pemerintahan maupun swasta, karena telah diperintahkan tutup oleh IMF dan
Bank Dunia. Tidak ada perbatasan, karena WTO telah memerintahkan pasar-bebas.
Tidak ada industri atau pertanian, karena sektor-sektor ini telah
didestabilisasikan sebagai akibat meningkatnya suku-bunga sampai 60 % per
annum, dan hal itu akibat dari program IMF juga. Angka 60% itu bukan
mengada-ada; di Brazil angka itu lebih tinggi. Pada tahun 1998 Indonesia
mengalami hal serupa, Botswana menghadapi hal yang sama. Sukubunga seperti itu
luar biasa tingginya.
Untuk mencapai hal itu IMF memasang batas ceiling kredit. Sehingga
orang tidak mungkin mendapatkan pinjaman bank; bank-bank tidak mampu
menjalankan peran intermediasi mereka dan keadaan suku-bunga meningkat, dan tentu
saja hal itu secara pasti membunuh ekonomi setempat. Di Indonesia, IMF menuntut
pelaksanaan kebijakan uang-ketat (‘austerity program’) dengan menaikkan
suku-bunga obligasi bank sentral menjadi 17%, sehingga mendorong bank-bank
komersial menaikkan suku-bunga kredit mereka. Untuk menambah keadaan menjadi
lebih parah bank sentral Indonesia menuntut tiap bank yang ingin tetap hidup
harus memiliki CAR (capital adequacy ratio) minimal 8%. Akibatnya bank-bank
Indonesia berlomba-lomba mencari dana masyarakat, ketimbang menjalankan peran
intermediasi mereka untuk mendorong kembali hidupnya ekonomi di sektor riel.
Untuk melawannya tidak mungkin dengan suatu gerakan topik tunggal.
Tidaklah mungkin memfokuskan semata-mata pada lembaga-lembaga Bretton Woods,
atau WTO, atau terhadap isu lingkungan, atau perekayasaan genetik. Perjuangan
melawan “kolonialisme gayabaru” itu harus dalam hubungan totalitas. Tatkala
menggunakan totalitas orang akan mampu melihat hubungan penggunaan kekuatan. Di bawah sistem ekonomi seperti yang ada sekarang ini terhampar
sendi-sendi orde kapitalis yang tertutup: industrial-military complex (catat;
embargo Amerika Serikat terhadap peralatan militer Indonesia), kegiatan
apparatus intelijen, dan kerja-sama dengan dan pengerahan kejahatan
terorganisasikan (organized crimes), termasuk perdagangan narkotika untuk
mendanai konflik-konflik internal di suatu negara dalam rangka membukakan pintu
negara-negara Dunia Ketiga tersebut ke bawah kontrol komplotan Barat-Zionis.
Kini zamannya telah beralih dari gunboat diplomacy ke missile
diplomacy. Sebenarnya istilah missile diplomacy tidaklah tepat. Yang ada adalah
pemboman secara kasar dan primitif, seperti halnya ancaman dari utusan presiden
Bush kepada pemerintahan Emirat Islam Afghanistan pada tahun 1999, tatkala Bush
menghendaki tampilnya kembali bekas raja Mohammad Zahir Shah di Afghanistan
sebagai tokoh pimpinan pemerintahan boneka, dan konsesi eksploitasi atas minyak
dan gas bumi Afghanistan, serta pemasangan lintas pipa-minyak dari Turkmenistan
ke Pakistan melalui wilayah Afghanistan dengan ancaman kasar, “Kalau Anda
setuju kami akan hamparkan ‘carpet of gold’, tetapi bilamana tidak, kami akan
berikan Anda ‘carpet-bombing’ “. Taliban menolak, dan mereka mendapatkan
ganjaran, ‘carpet-bombing’ yang dijanjikan itu.
Money-Politics dan Penguasaan
Elit Politik
Sebagian dari birokrasi sipil dan aparat intelijen militer di Dunia
Ketiga terdiri dari para gangster dan kriminal. Namun keadaan yang sebenarnya
bila didalami jauh lebih rumit. Karena pada dasarnya para gangster itu tidak
lebih dari instrumen dalam jaringan-kerja dari para pemodal besar internasional
(baca: Yahudi). Mereka tidak menghalang-halangi sistem yang ada. Para gangster
itu adalah orang yang dengan mudah dapat dipergunakan, karena mereka tidak
bertanggung-jawab kepada konstituensi mereka, atau kepada siapa pun. Karena itu
penggunaan mereka sangat bermanfaat. Ambil misalnya ketika negara-negara Barat mendudukkan Hacim Thaci
(pernimpin ‘Tentara Pembebasan Kosovo’) dalam pemerintahan di Kosovo, atau
Abdul Hamid Karzai di Afghanistan. Jauh lebih mudah menempatkan gangster
semacam mereka untuk memerintah negeri Kosovo atau Afghanistan, daripada
mendudukkan seorang perdana menteri terpilih dengan integritas pribadi yang
tinggi, yang bertanggung-jawab kepada konstituensinya. Yang terbaik adalah
menempatkan seorang gangster-terpilih, seperti Boris Yeltsin (bagaimana dengan
di Indonesia?), karena cara itu yang terbaik. Cari dan tempatkan seorang
gangster-terpilih. Di pemerintahan Amerika Serikat sudah beberapa kali
menempatkan gangster terpilih. Mengapa? Karena gangster-terpilih lebih mudah
dikendalikan daripada seorang bukan-gangster yang diangkat.
Tetapi harus dimaklumi, para gangster ini merupakan kaki-tangan
yang sangat menyolok – hal itu disebut sebagai kriminalisasi suatu negara.
Sudah dapat dipastikan akan ada inter-penetrasi perdagangan yang legal maupun
illegal. Dan perdagangan ilegal selalu berada dalam bisnis dan keuangan
berskala besar. Pemimpin yang mendapatkan dukungan luas dari rakyat oleh
negara-negara Barat tidak dikehendaki. Sebagai contoh bekerjanya anasir Zionis
melalui jaringan klandestin, baik melalui partai-partai politik yang korup,
serta kaum anarkis, telah berhasil menyingkirkan tokoh yang
memiliki integritas dan kompetensi. Pemimpin yang memiliki integritas dari segi
kepentingan Zionisme secara politik tidak-dikehendaki. Itulah yang terjadi
dengan nasib presiden B.J.Habibie dari Indonesia, yang ditendang keluar, bahkan
oleh partainya sendiri.
Aspek penting dari kegiatan klandestin IMF adalah menciptakan
kondisi untuk membiakkan perdagangan ilegal dan untuk mencuci uang di seluruh
dunia. Hal itu sangat jelas, karena ketika ekonomi legal jatuh terpuruk akibat
reformasi IMF, lalu apa yang tersisa. Yang tersisa adalah ekonorni-kelabu,
ekonomi kriminal. Hal itu mendorong perkembangan kekuatan ekonomi ilegal yang
akan digunakan untuk menggantikan kekuatan ekonomi legal yang secara potensial
lebih bertanggung-jawab. Keruntuhan sistem ekonomi yang legal di suatu negara menciptakan
juga kondisi untuk perkembangan insurjensi, destabilisasi pemerintah terpilih,
penutupan lembaga-lembaga, dan perubahan negara menjadi sekedar sebuah
teritori, yang kemudian dikendalikan layaknya sebuah koloni. Indonesia dilihat
dari berbagai indikasi obyektif, layak untuk dimasukkan ke dalam kartegori
‘koloni gaya-baru’ dari negara-negara Barat.
Kasus – “Suatu Model Membuka
Kosovo untuk Modal Asing”
Di daerah pendudukan Kosovo yang berada di bawah mandat pasukan
penjaga-keamanan PBB, “terorisme oleh negara” dan kaum pembela “pasar-bebas”,
berjalan bergandengan tangan. Kriminalisasi oleh lembaga-lembaga negara yang
terus berlangsung bukannya tidak sesuai dengan sasaran-sasaran ekonomi dan
strategi Barat di Balkan. Tanpa memperhitungkan kejahatan pembantaian rakyat sipil,
pemerintahan KLA yang memproklamasikan diri-sendiri telah memberikan
komitmennya untuk membentuk suatu “pemerintahan yang aman dan stabil” bagi para
investor asing dan lembaga-lembaga keuangan internasional Yahudi, yang didukung
oleh negara-negara Barat, dan lembaga-lembaga keuangan yang berbasis di New
York dan London. Mereka telah melakukan analisis tentang konsekwensi bila suatu
intervensi militer terjadi dengan akibat perlunya pendudukan Kosovo, hampir
setahun sebelum terjadinya perang. Konsep ini diulang kembali di Afghanistan
pada tahun 2001. IMF dan Bank Dunia telah melakukan suatu ‘simulasi’ yang
‘mengantisipasi kemungkinan skenario darurat berlaku sebagai akibat
ketegangan-ketegangan yang ada di Kosovo’.
Tatkala pemboman masih berlangsung, Bank Dunia dan Komisi Eropa
memperoleh sebuah mandat khusus guna ‘mengkoordinasikan para donor’ untuk
bantuan ekonomi di Balkan. Muatan ‘terms of reference’ tidak mengeluarkan
Yugoslavia dari daftar penerima bantuan donor tersebut. Hal itu dengan jelas
menegaskan bahwa Belgrado berhak untuk mendapatkan pinjaman pembangunan “begitu
keadaan politik di sana berubah”. Sehubungan dengan Kosovo, alih-alih memberikan
pinjaman untuk membangun kembali infra-struktur propinsi Kosovo, IMF dan Bank
Dunia malah lebih memusatkan intervensinya dengan pemberian ‘bantuan dalam
merancang rekonstruksi dan program recovery’ serta apa yang dinamakan ‘nasehat
kebijakan dalam manajemen ekonomi’ dan ‘pembangunan kelembagaan’ khususnya
‘pemerintahan’. Dengan kata lain, sepasukan ahli hukum dan konsultan dikirimkan
untuk menjamin transisi Kosovo ‘membangun suatu ekonomi pasar yang hidup,
terbuka, dan transparan’. Bantuan yang diberikan kepada pemerintahan sementara
Kosovo akan diarahkan menuju ‘terbentuknya lembaga-lembaga yang transparan,
efektif, dan berkelanjutan’. ‘Pemberdayaan lingkungan’ bagi investasi modal
asing akan dibentuk sejajar dengan pembentukan ‘jaringan keselamatan sosial’
dan ‘program pengentasan kemiskinan’.
Sementara itu bank-bank milik negara Yugoslavia yang beroperasi di
Pristina ditutup. Mata-uang Deutschmark ditetapkan sebagai alat tukar yang sah,
dan sistem perbankan dialihkan kepada Commerzbank AG Jerman, yang menjadi
pemegang saham tunggal swasta di dalam Micro Enterprise Bank (MEB milik Kosovo)
yang dibentuk pada awal tahun 2000 dengan pemrakarsa International Finance
Corporation (milik Bank Dunia), the European Bank for Reconstruction and
Development (EBRD), bersama dengan Nederlandse Financierings Maatschappij voor
Ontwikkelingslanden (FMO). Internationale Micro Investitionen (IMI milik
Jerman), dan Kredit Anstalt fuer Wiederaufbau (KW juga milik Jerman). Jadi
pihak Jerman (Commerzbank AG, milik Yahudi) akan menjalankan kontrol atas
fungsi-fungsi perbankan untuk propinsi Kosovo termasuk transfer keuangan dan
transaksi luar negeri.
Dalam karakter yang sarna para komprador IMF di Indonesia tengah
gencar-gencarnya menjual aset-aset publik yang selama ini berperan sebagai
money-machine bagi Indonesia dengan harga obral-obralan, seperti BCA, Telkom,
Semen Gresik, perkebunan kelapa sawit eksmilik Salim Grup, dan lain-lain kepada
pihak asing. Para bidder domestik dalam proses tender itu tidak digubris. Tidak
salah bila Prof. Chossudovsky memasukkan Indonesia ke dalam kategori “teritori”
dari kekuatan keuangan Zionisme.
7 komentar:
Halo Semua, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan kompensasi Asia yang bersatu, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua orang Indonesia yang mencari pinjaman Internet agar berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan penipu dan fraudstars banyak kreditur kredit palsu ada di sini di internet dan ada juga yang asli dan nyata,
Saya ingin membagikan testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar pendaftaran. biaya. . , Biaya garansi, dan setelah pembayaran saya masih belum mendapat pinjaman saya.
Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang mendapatkan pinjaman onlinenya sendiri, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang pria bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.
Jadi saya mengajukan pinjaman sebesar (Rp800.000.000) dengan tingkat bunga 2% rendah, tidak peduli berapa usiaku, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan adalah membangun bisnis saya dan pinjaman saya mudah disetujui. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta dikembalikan, maka uang pinjaman saya disimpan ke rekening bank saya dan mimpiku menjadi kenyataan. Jadi saya ingin saran semua orang segera melamar kepada Mr. Dangote Loan Company Via email (dangotegrouploandepartment@gmail.com) dan Anda juga bisa bertanya kepada Rhoda (ladyrhodaeny@gmail.com) dan Mr. jude (judeelnino@gmail.com) dan Juga Pak Nikky (nicksonchristian342@gmail.com) untuk pertanyaan lebih lanjut
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email di ladyjanealice@gmail.com
kesaksian nyata dan kabar baik !!!
Nama saya mohammad, saya baru saja menerima pinjaman saya dan telah dipindahkan ke rekening bank saya, beberapa hari yang lalu saya melamar ke Perusahaan Pinjaman Dangote melalui Lady Jane (Ladyjanealice@gmail.com), saya bertanya kepada Lady jane tentang persyaratan Dangote Loan Perusahaan dan wanita jane mengatakan kepada saya bahwa jika saya memiliki semua persyaratan bahwa pinjaman saya akan ditransfer kepada saya tanpa penundaan
Dan percayalah sekarang karena pinjaman rp11milyar saya dengan tingkat bunga 2% untuk bisnis Tambang Batubara saya baru saja disetujui dan dipindahkan ke akun saya, ini adalah mimpi yang akan datang, saya berjanji kepada Lady jane bahwa saya akan mengatakan kepada dunia apakah ini benar? dan saya akan memberitahu dunia sekarang karena ini benar
Anda tidak perlu membayar biaya pendaftaran, biaya lisensi, mematuhi Perusahaan Pinjaman Dangote dan Anda akan mendapatkan pinjaman Anda
untuk lebih jelasnya hubungi saya via email: mahammadismali234@gmail.com
dan hubungi Dangote Loan Company untuk pinjaman Anda sekarang melalui email Dangotegrouploandepartment@gmail.com
KABAR BAIK!!!
Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Jangan gunakan semua Pemberi Pinjaman Uang Pribadi ini. Mereka berada di, Ghana Turki, Prancis dan Israel. Nama saya adalah Mrs.Amisha, saya berasal dari Filipina. Apakah Anda mencari pinjaman? Apakah Anda memerlukan pinjaman pribadi atau bisnis yang mendesak? Hubungi Persetujuan Pinjaman Cepat yang Sahir dia membantu saya dengan pinjaman sebesar $75000 beberapa hari yang lalu setelah mendapat scammed $12000 dari seorang wanita yang mengaku sebagai pemberi pinjaman dari france tapi saya bersyukur kepada Tuhan hari ini bahwa saya mendapatkan pinjaman saya senilai $75000.Feel bebas untuk menghubungi perusahaan tersebut untuk mendapatkan uang asli. Email: (Suzaninvestment@gmail.com
KABAR BAIK!!!
Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)
KABAR BAIK!!!
Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.
Posting Komentar