Pasukan
khusus dari Negeri Farisa dan Negeri Lubnan itu akhirnya sampai di Kota Damas,
sejumlah pasukan yang memiliki ragam keahlian dan keterampilan bertempur yang
ternyata dipimpin Ilias, yang kini telah menjadi seorang jenderal tampan dan
gagah dengan pangkat tertinggi. Jenderal Roshtam sendiri yang memberikan
pangkat tertinggi tersebut atas restu langsung Raja Nazad dari Negeri Farisa.
Kedatangan Jenderal Ilias dan pasukan
khususnya itu disambut langsung oleh Raja Rashab dan panglima perang tertinggi
Negeri Suryan, yaitu Jenderal Runi Kalimi yang terkenal cerdik dan berkepala
dingin, hingga seringkali hitungan dan strategi perangnya berhasil membuat
kalang-kabut lawan-lawannya.
Sementara itu, ribuan pasukan Siis
yang terus bergerak atas instruksi Rakab itu telah mencapai separuh jarak
perjalanan mereka menuju Kota Ramad, di saat Ghasim sang prajurit Negeri Suryan
didikan Jenderal Saada yang telah gugur itu telah berhasil menghimpun dan
menyiagakan para pemuda di Kota Ramad untuk menjadi prajurit dadakan dan telah
berhasil menungungsikan anak-anak, para lansia, kaum ibu serta kaum perempuan
untuk hijrah ke Kota Daraa, sebuah kota yang cukup jauh dari kota mereka, kota
Ramad yang tengah menanti ajang pertarungan melawan pasukan Siis yang terkenal
bengis, keji, dan brutal itu.
Setelah mengadakan pembicaraan
singkat di Kota Damas itu, Jenderal Ilias, Raja Rashab, dan Jenderal Runi
Kalimi sepakat bahwa Ilias yang kini telah menjadi jenderal itu akan memberi
kesempatan kepada para pemuda di kota Ramad untuk berjuang mempertahankan kota
mereka dari gempuran pasukan Siis yang dipimpin Rakab tersebut, sebelum ia dan
pasukan khususnya akan turun tangan langsung demi menumpas garnisun pertama
pasukan Siis yang menuju kota Ramad itu, sebelum garnisun lainnya datang, dan
karena itu ia harus menghemat tenaga dan strategi tempurnya agar tidak habis
dalam waktu singkat.
Dalam kesepakatan itu juga ditetapkan
bahwa Jenderal Runi Kalimi dipercayakan untuk menyiagakan seluruh komandan,
para jenderal, dan tentara Negeri Suryan untuk menghadapi garnisun atau pasukan
Siis lainnya yang diperkirakan akan datang ke Negeri Suryan dengan jumlah yang
lebih besar dan persenjataan perang yang lebih canggih.
Sebelum berangkat ke Kota Damas
bersama pasukan khususnya itu, Ilias telah meminta kedua adiknya, yaitu Hagar
dan Sophia, untuk memberitahu Misyaila tentang apa yang sedang terjadi dengan
menggunakan kemampuan ilmu magis mereka.
Kala itu, Hagar dan Sophia memutuskan
untuk mengirim seekor burung Rukh menuju negeri Nun yang misterius, negerinya
Misyaila.
Burung Rukh yang dikirim Hagar dan
Sophia ke negeri Nun itu pun membutuhkan waktu perjalanan selama sehari
semalam, sebelum akhirnya sampai di hadapan Misyaila, dan segera menyampaikan
apa yang dikatakan Hagar dan Sophia untuknya kepada Misyaila dengan menggunakan
gerak-gerak isyarat sayap dan kepalanya, dan Misyaila pun langsung mengerti apa
yang ingin disampaikan si Burung Rukh itu kepadanya.
Kini pasukan Siis yang bengis dan
brutal itu telah sampai di Kota Ramad, dan saat itu mereka terkejut kala mereka
hendak memasuki gerbang kota tersebut, seketika itu benteng api yang telah
disiapkan Ghasim dan para pemuda di Kota Ramad menyemburkan api yang cukup
tinggi setelah sejumlah pemuda kota itu menyulutkan nyala api di ujung obor
mereka pada tumpukan kayu yang telah dicampur minyak yang dijadikan sebagai
benteng perlindungan tersebut.
Tepat pada saat itulah, dengan
perintah dan kepemimpinan Ghasim, para pemuda kota Ramad menghujani pasukan
Siis yang terkenal keji, brutal, dan bengis itu dengan batu-batu panas dan
mortir-mortir api yang menyala.
Serangan yang dilancarkan para pemuda
di Kota Ramad terhadap pasukan Siis itu langsung membuat barisan depan pasukan
Siis kalang-kabut dan sebagian dari mereka tewas terinjak gajah-gajah mereka yang
panik karena hawa panas dan nyala api di sekeliling mereka, di saat sebagian
yang lainnya hangus terbakar.
Pertempuran antara para pemuda Kota
Ramad yang dikomandani oleh Ghasim dengan pasukan Siis yang terkenal bengis dan
brutal itu terus berlangsung dengan gigih dan seru, bagai tak kenal lelah satu
sama lainnya hingga tak menyempatkan diri mereka untuk melakukan jeda barang
sejenak saja.
Di saat para pemuda Kota Ramad yang
dipimpin Ghasim itu terus menghujani pasukan Siis dengan batu, panah, dan apa
saja yang dapat mereka lemparkan ke arah lawan-lawan mereka, pasukan Siis yang
sebagian menunggangi gajah-gajah raksasa itu terus merangsek dan berusaha
memadamkan benteng api yang menghalangi mereka untuk memasuki Kota Ramad yang
dipertahankan oleh para penduduknya dengan gigih tersebut.
Sungguh pertempuran itu adalah
pertempuran yang dapat dibilang sebagai perang kesumat antara dua kubu, di mana
kubu yang satu berusaha menyerang, sementara kubu yang lainnya berusaha sekuat
tenaga untuk mempertahankan diri mereka dengan tak kalah berani dan
bersemangat.
Pada saat itu, sebagian pasukan
pemanah di kubu pasukan Siis mulai menghujani para pemuda Kota Ramad yang
dipimpin Ghasim itu dengan anak-anak panah mereka, dan kala itu pulalah
sejumlah pemuda Ramad mulai tersungkur, dan nyala api benteng api pertahanan
mereka tak lagi menyala dengan besar.
Benteng api yang menghalangi pasukan
Siis itu tampak akan segera padam, dan memang tak berapa lama setelah pasukan
Siis itu meluncurkan anak-anak panah mereka, benteng api yang dibuat para
pemuda Ramad itu pun mulai padam, dan sejumlah pasukan Siis mulai berhasil
menembus benteng api tersebut.
Namun, persis pada saat itulah,
sejumlah pasukan burung-burung besar dari Negeri Rumantium tiba-tiba telah
berada di atas pasukan Siis sehingga seakan-akan tempat alias medan pertempuran
tersebut menjadi gelap, dan burung-burung besar tersebut menghujani batu-batu
yang dipegang cakar mereka ke arah pasukan Siis, sementara para penunggangnya
menghujani pasukaan Siis dengan panah-panah mereka.
Bukan kepalang gembiranya Ghasim dan
para pemuda di kota Ramad yang masih tersisa dengan datangnya bantuan yang tak
mereka duga itu. Dengan kedatangan pasukan khusus dari negeri Farisa dan Lubnan
yang disokong Bangsa Rumantium, yang dipimpin dan dikomandoi oleh Ilias itu,
pasukan Siis pun kalang-kabut, berguguran, gajah-gajah mereka yang besar itu
tersungkur hingga membuat para penunggangnya tewas, dan yang masih tersisa dari
mereka pun melarikan diri agar dapat menyelamatkan nyawa dan tubuh mereka.
Setelah berhasil membuat kalang-kabut
garnisun alias rombongan pertama pasukan Siis itu, burung-burung besar itu
mendaratkan dirinya di bumi, dan pada saat itu pula para penunggangnya
menginjakkan kakinya di tanah, di mana pada saat itu, mereka turut membantu
para korban, memperbaiki yang rusak, mengobati yang terluka, dan melakukan apa
saja yang dapat mereka lakukan saat itu.
Mereka tak berusaha mengejar pasukan
Siis yang melarikan diri, karena mereka mematuhi perintah Jenderal Ilias, agar
pasukan Siis yang kabur dan melarikan diri itu dapat mengabarkan nasib
kawan-kawannya kepada pasukan Siis lainnya di Negeri Najdor dan Negeri Turik,
bahwa upaya untuk menaklukkan dan menguasai Negeri Suryan tak semudah yang
mereka bayangkan dan tak segampang yang mereka harapkan.
Dengan strategi membiarkan mereka
yang melarikan diri itu pula Ilias sebenarnya berusaha menanamkan rasa takut
dan gentar kepada para musuh yang berusaha melakukan kejahatan dan mereka yang
berusaha menjajah negeri lain tanpa hak.
Tentu saja, Jenderal Ilias juga sadar
bahwa garnisun lainnya dari pasukan Siis yang jauh lebih kuat dan dengan
persenjataan yang lebih canggih akan kembali menyerang Negeri Suryan, mengingat
ia juga tahu bahwa pasukan Siis itu hanyalah pion sejumlah negeri yang
membiayai dan mempersenjatai mereka, yaitu Negeri Amarik, Negeri Asrail, Negeri
Angland, Negeri Najdan dan sejumlah negeri dan pemimpin yang menjadi koalisi
mereka. Dan karena itulah Jenderal Ilias berusaha meyakinkan para pemuda Ramad
agar mempersiapkan diri bagi kemungkinan datangnya serangan yang lebih hebat
dibanding yang terjadi pada hari itu.
Kepada para pemuda di Kota Ramad itu
Ilias juga mengatakan bahwa mulai saat itu ia dan sejumlah pasukannya akan
melatih mereka sejumlah kecakapan, keterampilan, dan kemampuan militer, yang
nantinya akan dipilihlah yang terbaik diantara mereka sebagai pemimpin dan
komandan mereka, sehingga di masa depan mereka dapat mempertahankan diri mereka
tanpa bantuan orang lain, dengan kekuatan mereka sendiri, meski tentu saja
Ilias dan pasukannya tetap akan membantu mereka jika memang pada kenyataannya
masih dibutuhkan dan diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar