Jauh
sebelum ditemukan Bangsa Amarik, Negeri Telaga Kahana adalah negeri yang tak
mengenal rasa cemas dan tak mengalami rasa khawatir akan datangnya ancaman yang
mengusik hidup mereka sehari-hari. Tak mengenal kebuasan, pengkhianatan,
kedengkian, atau belum terjerumus dalam sumber-sumber dan rahim-rahim amarah
dan kebencian kepada sesama.
Dapat
dikatakan, dan ini mendekati kebenaran meski tak akurat, kerakusan dan
keserakahan yang datang dari luar negeri mereka-lah yang telah membuat para
penduduk Negeri Telaga Kahana mengenal perang dan senjata, mengenal kekejaman
dan kebrutalan. Dan pada batas-batas tertentu, mengenal kemarahan dan kebencian
dalam hati dan jiwa mereka yang sebelumnya bersih dan murni bagai salju yang
turun dari langit jernih negeri mereka. Juga dari rasa dendam yang sebelumnya
tidak mereka kenal dan tak mereka rasakan.
Hal itu tak lain karena perang-lah yang telah
memperkenalkan kepada mereka sekian pembunuhan dan kejahatan oleh manusia
dengan teramat jelas di depan mata mereka.
Sebelum
mengenal perang, para penduduk negeri itu hanya mengenal kematian sebagai
sejumlah peristiwa kodrati yang alamiah, yaitu ketika mereka yang dijemput maut
menjelma sebentuk asap sebelum kemudian menghilang ke udara. Akan tetapi,
setelah mengenal perang dan pembunuhan, kebuasan dan kebrutalan, mereka yang
mati tak lagi menjelma sebentuk asap dan menghilang ke keheningan dan kesejukan
udara di negeri mereka yang menakjubkan itu, dan sejak itulah mereka mulai
menguburkan jasad-jasad mereka yang tak lagi menjelma asap dan menghilang ke
keheningan langit dan udara.
Begitulah,
sejumlah keajaiban yang sebelumnya ada dan terjadi pada mereka pun menghilang
setelah mereka mengenal perang dan kejahatan. Singkatnya, setelah mereka
mengenal senjata dan kebrutalan serta kebuasaan dan kerakusan yang diperkenalkan
ambisi dan keserakahan yang dibawa orang-orang dan bangsa yang berusaha
menguasai dan menaklukkan mereka.
Konon, berdasarkan sejumlah dongeng dan hikayat
yang dipercaya para penduduk negeri itu, nenek moyang Negeri Telaga Kahana
berasal dari Negeri Sunda yang legendaris dan masyhur ke seantero jagat dunia,
yang juga dipercaya sebagai asal muasal para penduduk atau Bangsa Farisa alias
orang-orang Farsana.
Namun,
benar atau tidaknya sejumlah dongeng dan hikayat tersebut, pada kenyataannya
para penduduk Negeri Telaga Kahana berwujud seperti para peri dan sekaligus
seperti manusia. Sedangkan orang-orang Farsana adalah orang-orang atau
manusia-manusia yang mempercayai bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan yang Esa,
yang di masa lalu mereka menyebutnya dengan nama Ahuramazda yang Maha Agung.
Hal itu tentu saja berbeda dengan para penduduk
negeri Telaga Kahana yang menyebut Tuhan mereka dengan nama Sang Hyang, nama
yang mereka warisi dari leluhur mereka di Negeri Sunda yang masyhur seperti
yang telah disebutkan.
Sebagai
penduduk negeri Telaga Kahana, Zipora adalah keturunan Pangeran Ramada (yang
merupakan pemimpin kaumnya) dan Putri Artamis yang legendaris, sebelum akhirnya
Pangeran Ramada menjelma sebentuk asap dan menghilang ke udara, yang disusul
kemudian oleh kematian Putri Artamis karena dilanda kesedihan dan kesepian
setelah ditinggalkan suaminya itu.
Setelah kematian Pangeran Ramada dan Putri Artamis
itulah, para penduduk negeri Telaga Kahana mempercayakan tampuk kepemimpinan
negeri mereka kepada suami Zipora, sebelum akhirnya juga gugur dalam perang
pertama mereka dalam rangka mempertahakan diri dari serangan pasukan dan para
prajurit Amarik yang brutal dan tak mengenal belas-kasihan.
Demikianlah,
selanjutnya, kepemimpinan itu dipercayakan kepada Zipora sendiri sebagai yang
paling berhak sebagai keturunan langsung Pangeran Ramada dan Putri Artamis yang
jelita, karena mereka ragu menyerahkan kepemimpinan tersebut kepada anak
laki-laki Zipora, Ilias, yang kala itu masih kanak-kanak.
Barangkali
mereka tak ingin membebankan kepemimpinan tersebut kepada bocah tulus yang
harus terlebih dahulu matang dan berkembang sebagai lelaki, yang kala itu masih
sebagai penggembala binatang-binatang ternak mirip domba, tapi yang ukurannya
hanya sebesar kelinci ketika dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar