Kisah pun
berlanjut, sebelum memang akhirnya harus dihentikan, seperti ketika kau membaca
lembar-lembar buku fiksi dan dongeng kesukaanmu. Dan meskipun kisah dan cerita
ini hanya dongeng rekaan semata alias hanya hasil angan-angan pikiran dan
imajinasi benak jiwa, tidak menutup kemungkinan bagian-bagian tertentu dari
riwayat yang diceritakannya memiliki kemiripan
dengan kehidupan nyata, atau kau pernah membacanya dari dongeng yang lain
dengan versi yang berbeda, tapi punya kepedihan dan kegembiraan yang tak jauh
berbeda.
Pagi baru
saja terbangun. Saat itu Ratu Washti tampak asik memandang dan mengamati cahaya
matahari yang pelan-pelan mulai menyeruak dari balik lembah, pegunungan, dan
dedaunan, sembari menyimak nyanyian dan cericit burung-burung yang telah
membantunya memecah keheningan yang merasuk di dalam hatinya.
Tidak seperti sebelum-sebelumnya, di mana hari-harinya ia jalani bersama Hagar dan
Sophia demi melatih mereka, saat ini ia ingin menyempatkan diri untuk merenungi
dirinya sendiri, sesekali ia memikirkan Ilias yang ia kenal saat Ilias dan
Jenderal Roshtam mengunjungi rumahnya, ketika Ilias ingin bertemu dengan dua
adik kesayangannya, Hagar dan Sophia.
Saat pertemuan itulah, Ratu Washti sadar Ilias
memiliki pesona yang sangat kuat, meski Ilias terlahir dan besar sebagai
setengah peri dan setengah manusia. Meski tubuh Ilias lebih pendek dibanding
tubuh dirinya, Ratu Washti tak menganggap hal itu sebagai sebuah persoalan yang
mengurangi pesona yang dimiliki Ilias yang kini telah menjadi seorang Jenderal
yang tangguh dan cerdas berkat didikan Jenderal Roshtam.
Entah kenapa, di pagi yang hening itu, ingatan
tentang Ilias jadi hadir begitu saja di benak Ratu Washti. Meski demikian, ia
bertekad bahwa ia harus berusaha sekuat mungkin agar hal itu tidak diketahui
oleh Hagar dan Sophia.
Demi menghilangkan lamunannya itu, ia pun
memutuskan untuk melangkahkan kakinya menyusuri setapak yang bermula dari
halaman rumahnya yang indah dan penuh bunga-bunga itu. Ia mencoba menyimak dan
merenungi nyanyian dan cericit burung-burung yang terdengar saling bersahutan
dan bergantian dari arah pohon-pohon yang tumbuh di jalan setapak dan di
sekitar rumahnya tersebut.
Namun entah kenapa, saat itu ia memutuskan untuk
menggunakan kesaktiannya dan melesat begitu saja, dan tahu-tahu ia sudah berada
di sebuah telaga yang berada di ceruk lereng yang memisahkan dua gunung.
Sekarang kita tinggalkan Ratu Washti dan apa yang
tengah merundung benak, hati, perasaannya yang tiba-tiab sunyi, dan apa yang
kemudian ia lakukan itu, dan menuju ke tempat Jenderal Roshtam yang saat itu
tengah berbicara, tepatnya memberi instruksi, kepada sepuluh prajurit tangguh
yang telah dipilihnya untuk dikirim ke negeri Suryan dan membantu Ilias di
negeri itu.
Mereka adalah para prajurit berkuda yang
mengendarai kuda-kuda ajaib, yang juga dipilih langsung oleh Jenderal Roshtam,
dan setelah mereka menyimak nasehat dan arahan Jenderal Roshtam itu, mereka pun
melesat bersamaan dengan mengendarai kuda mereka masing-masing yang memiliki
ketangguhan dan kecepatan yang sama, memiliki keajaiban yang sama.
Sesampainya mereka di Gerbang Farsana di Negeri
Farisa yang dilindungi benteng raksasa itu, para prajurit penjaga gerbang
tersebut segera membuka pintu yang harus didorong oleh dua puluh orang
tersebut, persis ketika para prajurit penjaga gerbang tersebut melihat
kuda-kuda ajaib yang dikendarai para prajurit pilihan Jenderal Roshtam itu
melesat cepat ke arah mereka. Mereka pun memberi hormat ketika sepuluh prajurit
berkuda pilihan itu melintasi mereka, sementara para prajurit pilihan itu
tampak melesat begitu saja tanpa harus disibukkan dengan membalas penghormatan
para prajurit penjaga Gerbang Farsana itu.
Setelah keluar dari kawasan ibukota negeri Farsana,
para prajurit berkuda pilihan itu memilih jalur jalan yang akan melewati Gunung
Damawand yang dihuni oleh segala makhluk aneh, semisal sejumlah raksasa dan
makhluk-makhluk mengerikan lainnya. Keberadaan makhluk-makhluk aneh di kawasan
pengunungan tersebut tak membuat mereka khawatir, sebab Jenderal Roshtam telah
memberikan masing-masing satu jubah khusus kepada mereka yang akan membuat
mereka tidak terlihat oleh makhluk-makhluk mengerikan di gunung tersebut jika
sewaktu-waktu mereka menyerang.
Jalur Gunung Damawand dipilih oleh
prajurit-prajurit berkuda pilihan tersebut tak lain karena jalur yang melintasi
gunung itu merupakan jalur yang paling cepat yang dapat ditempuh oleh mereka
menuju Negeri Suryan, sebelum mereka juga harus menempuh sejumlah tempat dan
kawasan di Negeri Kira yang beberapa kawasan hutan dan lembah-lembah serta
sejumlah sungainya masih dihuni para raksasa yang acapkali menjadikan manusia
sebagai makanan mereka. Para raksasa itu mirip beruang dan monyet pada saat
bersamaan dengan ukuran tubuh yang lima puluh kali lebih besar ukuran tubuh
manusia.
Anehnya, para raksasa itu seringkali memanggang
jasad-jasad manusia yang mereka bunuh dengan menggunakan batang-batang pohon di
sekitar kawasan hutan. Sesekali mereka juga harus membunuh manusia dengan
mendatangi langsung beberapa perkampungan, sehingga sejumlah perkampungan di
Negeri Kira memiliki benteng-benteng raksasa yang kokoh yang mengelilingi
perkampungan mereka demi melindungi diri mereka dari kedatangan para raksasa
tersebut yang setahun sekali suka menculik para remaja dan pemuda serta para
pemudi.
Setiap yang terjadi di Negeri Kira itu pun telah
diketahui para prajurit berkuda pilihan yang mengendarai kuda-kuda ajaib
tersebut dari mulut dan cerita Jenderal Roshtam langsung, tak lain karena
Jenderal Roshtam sendiri pernah membantu orang-orang kampung Tigar di negeri
Rika itu untuk berperang dengan salah-satu raksasa, dan berhasil mengalahkan
salah-satu raksasa tersebut, meski sejumlah pemuda harus terbunuh dalam
perjuangan yang heroik, mengerikan, dan mendebarkan hati itu.
Sementara itu, di Negeri
Suryan, terutama di Kota Damas, bahaya mulai mendekat…..
Di kota
Damas itu, sementara pasukan Siis tengah dalam perjalanan mereka menuju Negeri
Suryan, Ilias dan Jenderal Reham mendapatkan informasi yang sangat berharga
dari salah-seorang intelijen Negeri Suryan bahwa pasukan Siis pimpinan Rakab
itu juga disokong oleh Dagoner dari Negeri Turik.
Berdasarkan laporan intelijen yang
memberikan informasi kepada Ilias dan Jenderal Reham itu, Dagoner dari Negeri
Turik mendukung pasukan Siis karena ‘disuap’ oleh Negeri Amarik dengan bayaran
yang cukup besar dan menggiurkan, juga mendapatkan kompensasi dari Negeri
Najdan dan Negeri Asrail, sehingga markas pelatihan pasukan Siis cadangan telah
disiapkan di Negeri Turik.
Selain itu, Dagoner juga memiliki kepentingan untuk
memerangi Bangsa Rudik ketika ia mendukung pasukan Siis pimpinan Rakab yang
bengis dan keji itu. Sebab, Bangsa Rudik memang dikenal ‘bermusuhan’ secara
politik dengan Bangsa Turik untuk waktu yang terbilang lama hingga saat ini.
Ketika mengetahui hal tersebut, Ilias pun
mengirimkan utusan khusus untuk menyampaikan informasi penting itu ke Negeri
Farisa, ke Jenderal Roshtam agar dikirim pasukan khusus tambahan sebagai
tindakan preventif alias jaga-jaga demi kemungkinan yang bisa saja terjadi
tanpa terduga, setelah Ilias mendapatkan persetujuan dari semua yang hadir
dalam rapat rahasia di kota Damas di Negeri Suryan itu.
Rapat rahasia dan terbatas di kota Damas itu pun
berhasil memutuskan untuk mencegat dan memberi kejutan demi menyambut
kedatangan pasukan Siis pimpinan Rakab, yang setiap pasukannya langsung
dipimpin Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri. Sementara divisi-divisi
yang lain, yang bukan merupakan dua pasukan utama yang mereka bentuk
berdasarkan strategi yang mereka godok dalam rapat rahasia itu, dipimpin
masing-masing oleh empat orang kepercayaan Jenderal Reham dan dua orang
kepercayaan Jenderal Ilias.
Tanpa sepengetahuan Ilias, informasi yang ia kirim
melalui seorang utusan ke Negeri Farisa itu disampaikan juga kepada dua
adiknya, Hagar dan Sophia, ketika informasi itu telah sampai kepada Jenderal
Roshtam. Tentu saja, setelah mengetahui informasi dari Jenderal Roshtam
tersebut, mereka memutuskan untuk memberitahu Misyaila dengan kembali mengirim
Burung Hudan kesayangan mereka agar menyampaikan pesan dari mereka.
Di kota Damas di Negeri Suryan itu, Jenderal Ilias
dan Jenderal Reham menyepakati bahwa mereka terlebih dahulu mengirim empat
battalion pasukan untuk mencegat secara tak terduga alias memberi kejutan yang
akan menyakitkan pasukan Siis pimpinan Rakab.
Empat battalion itu masing-masing dikirim di
perbatasan kota Alepp dan Kota Hama, satu battalion yang lebih besar di kirim
ke kota Ramad, satu battalion menengah di kirim ke kota Palma, dan satu
battalion lagi di kirim ke kota Daraa, sebelum pada akhirnya serangan yang jauh
lebih keras dan mematikan akan dilakukan oleh Ilias dan Jenderal Reham sendiri.
Salah-satu strategi pengiriman battalion itu dengan
cara diam-diam, dan mereka telah dibekali untuk membuat sekian jebakan dan
perangkap untuk menyambuat kedatangan pasukan Siis pimpinan Rakab yang kini
mendapat dukungan juga dari Dagoner, seorang penguasa Negeri Turik yang
terkenal bermusuhan dengan Bangsa Rudik, Bangsa Asyur, dan Bangsa Armania itu.
Sementara itu, Jenderal Ilias dan Jenderal Reham
sendiri masing-masing mengirim pasukan khusus rahasia untuk membuat kekacauan
di kota Nakara di Negeri Turik dan di kota Rajna di Negeri Najdan. Mereka juga
telah menyiapkan diri dengan pasukan khusus masing-masing dalam rangka
menggempur pasukan Siis dari udara bila pasukan Siis itu telah sampai di
beberapa kota di Negeri Suryan.
Seementara itu, di tempat lain, di Negeri Farisa di
kota Naheret, Hagar dan Sophia telah mengirim si Burung Hudan untuk kembali
memberikan atau menyampaikan kabar kepada Misyaila tentang situasi dunia yang
akan terjadi.
Dengan patuh dan tanpa ragu, si Burung Hudan itu
segera melesat cepat menuju ke sebuah negeri di mana Misyaila tinggal dan
berada, ke negeri yang jalur dan arahnya kini telah ia hapal dengan sangat baik
melalui perjalanan intuitif dan telepatik sebelumnya.
Di sisi lain, pasukan Siis yang kini jumlahnya
lebih besar dan lebih banyak telah berhasil mendarat di Negeri Suryan tanpa
perlawanan yang berarti sama-sekali, yang tentu saja hal itu di luar dugaan
mereka yang sebelumnya menduga akan mendapatkan perlawanan dalam pendaratan mereka,
yang memang hal itu ‘disengaja’ oleh Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri
untuk melawan dan menghajar mereka di darat, karena mereka jauh lebih paham dan
lebih mengenal negeri mereka sendiri ketimbang pasukan Siis, dan karena itu,
melancarkan serangan di darat jauh lebih baik bagi mereka dan pasukan-pasukan
mereka ketimbang melakukannya di laut, di mana peperangan di laut akan
membutuhkan banyak kendaraan amfibi dan atau kapal-kapal laut, sementara Negeri
Suryan sendiri dapat dibilang tidak memiliki peralatan lengkap yang dibutuhkan
untuk melancarkan serangan di laut –terlebih para anggota senat Negeri
Rumantium yang diminta bantuannya oleh Raja Rashab belum meberikan dukungan
kepada Kaisar Nitup Rimaldiv.
Dengan semangat yang gegap-gempita, menggebu, dan
persenjataan lengkap, pasukan Siis itu turun dari kapal raksasa yang mengangkut
mereka. Barisan pasukan Siis pimpinan Rakab itu tampak besar dan begitu banyak
dengan pakaian khas mereka dan rambut mereka yang seperti mirip rambut gimbal,
sebuah pasukan yang tak ragu lagi, akan dapat menguasai Negeri Suryan dengan
mudah dengan jumlah dan kekuatan mereka serta lengkapnya persenjataan mereka,
bila tak ada perlawanan yang gigih dan sebanding dari pihak lawan-lawan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar