Sulit
dibayangkan akankah dunia tanpa perang dan senjata adalah dunia yang tidak akan
melahirkan cinta dan ketulusan? Melahirkan pengorbanan dan pembuktian
solidaritas. Ataukah cinta dan ketulusan memang lahir dan diuji dari kekejaman
dan kejahatan? Seperti orang-orang yang dibersihkan di Neraka Purgatorio-nya
Dante Alighieri itu, kasih-sayang justru menjadi nyata dalam situasi yang mencekam, dan ketulusan manusia
acapkali justru terbukti dan dibuktikan dalam situasi-situasi yang sulit.
Kita tinggalkan sebentar kehidupan di
Negeri Telaga Kahana demi mengetahui apa yang dilakukan para pemimpin Bangsa
Amarik di negeri mereka.....
Di Negeri Amarik yang megah dan
canggih itu, pemimpinnya, yaitu Jarjus Bushan yang tolol tapi ditaati para
menteri, para korporat, dan para senat negeri tersebut, tampak sedang
mengadakan rapat tertutup dengan sejumlah anggota ordo rahasia. Tampak dalam
rapat itu hadir pimpinan ordo tersebut, yaitu Mayar Rother, yang terkenal
cerdik dan kaya-raya hingga rumahnya lebih menyerupai istana megah, dan
memiliki banyak pembantu lelaki dan perempuan.
Rapat tersebut rupanya rapat sepihak
yang tidak boleh bocor di kalangan menteri dan para anggota senat negeri itu.
Hanya pimpinan dinas rahasia yang dilibatkan, selain para anggota ordo rahasia
yang merupakan inisiator rapat tersebut. Dan Jarjus Bushan sendiri, tanpa
sepengetahuan rakyat Negeri Amarik, adalah juga anggota ordo rahasia tersebut.
Salah-satu yang dibahas dalam rapat
tersebut adalah bagaimana agar mereka dapat mengendalikan sejumlah
negeri-negeri lain dengan jalan mengendalikan para pemimpin negeri-negeri yang
ingin mereka kuasai, dan kalau cara ini tak berjalan alias tidak berhasil
sebagaimana yang mereka inginkan, maka langkah yang akan mereka tempuh adalah
dengan kekuatan senjata dan militer, alias dengan membuat kerusuhan di negeri
orang lain alias bangsa lain atau menciptakan perang di negeri-negeri yang
ingin mereka taklukkan, sehingga bangsa-bangsa itu menjadi lemah dari dalam
terlebih dahulu sebelum mereka sendiri yang akan melancarkan serangan.
Salah-satu kekuatan utama ordo
tersebut terletak pada kekuasaan finansial mereka yang mengendalikan ekonomi
dan kehidupan Negeri Amarik dan sejumlah negeri yang berada dalam kuasa dan
kendali mereka, melalui korporasi-korporasi yang mereka jalankan dan mereka
operasikan di banyak negeri lain. Sementara itu, untuk menghidupkan
korporasi-korporasi dan pabrik-pabrik persenjataan mereka di Negeri Amarik
tersebut, mereka membutuhkan banyak bahan mentah dan sumber daya alam yang
tidak tercukupi dari negeri mereka sendiri, dan karena itulah mereka harus
mendapatkannya dari negeri-negeri yang berada dalam kekuasaan mereka, atau dari
negeri-negeri yang mereka jarah dengan kekuatan senjata dan perang.
Cara lain untuk melebarkan kekuasaan
mereka adalah dengan jalur doktrin dan pendidikan, contohnya dengan banyak
menyekolahkan orang-orang dari luar negeri mereka di sekolah-sekolah mereka
agar mereka dapat mendoktrin orang-orang tersebut dengan doktrin mereka, dan
pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang dikendalikan tanpa mereka sadar
bahwa mereka telah menjadi agen-agen kekuasaan mereka ketika mereka berhasil
mendoktrin orang-orang dari luar negeri mereka yang dididik di Negeri Amarik.
Tentu saja, para anggota ordo rahasia
tersebut juga dikenal sebagai para otak intelektual sejumlah perang, agar
senjata-senjata mereka terjual dan dapat digunakan jika ada perang, yang dengan
sendirinya akan mendatangkan keuntungan dan kekayaan bagi mereka di Negeri
Amarik tersebut. Bagi mereka, selain dapat menguntungkan secara ekonomi dan
finansial untuk berjalannya korporasi mereka, perang juga merupakan ajang
uji-coba dan eksperimentasi bagi senjata-senjata yang mereka ciptakan.
Mereka adalah otak di balik setiap
perang yang terjadi di dunia, selain mereka juga tak segan-segan memerangi
negeri-negeri yang tidak mau dikontrol oleh keuangan dan perdagangan mereka.
Banyak negeri yang telah menjadi korban siasat kotor dan kejahatan mereka,
seperti Negeri Lubyan, Negeri Suryan, Negeri Yumnan, dan banyak negeri lainnya.
Ada dua negeri yang menjadi sekutu setia Negeri Amarik dalam segala hal, yaitu
Negeri Asrail yang dipimpin Ziva si cantik jelita dan Negeri Najdan yang
dikendalikan seorang kaya raya bernama Pangeran Wilad Nibtalal.
Rakyat yang hidup di Negeri Amarik
terbilang makmur, meski acapkali terjadi kejahatan dan ketidak-adilan, semisal
perkosaan dan perkelahian antar penduduknya, atau juga kejahatan bersenjata di
sekolah-sekolah.
Begitulah, hanya ada satu negeri yang
tidak sanggup mereka kuasai secara penuh, yaitu Negeri Farisa, selain Bangsa
dan Negeri Rumantium yang merupakan lawan terberat mereka, meski negeri Farisa
pun sempat mereka kuasai ketika Negeri Farisa dipimpin oleh seorang raja
bernama Shah Raza. Namun kemudian rakyat Negeri Farisa tersebut memberontak
karena kala itu rakyat Negeri Farisa tahu bahwa banyak kekayaan Negeri Farisa
yang dibawa ke Negeri Amarik, sementara hidup mereka menderita dalam kekuasaan
Shah Raza yang merupakan boneka-nya Bangsa Amarik dan Bangsa Asrail. Tapi
sekarang Negeri Farisa dipimpin oleh seorang yang bersahaja yang bernama Duhmam
Nejad Ahmadi.
Selepas Negeri Farisa merdeka dari
cengkeraman Negeri Amarik, negeri tersebut memiliki pasukan yang kuat dan
persenjataan yang juga tak kalah canggihnya dengan persenjataan Negeri Amarik
dan Bangsa Rumantium. Dan dahulu kala, Negeri Farisa dijuluki sebagai Negeri
Bulan Sabit Subur karena sebagian wilayah negeri itu mirip Negeri Sunda yang
masyhur yang kini telah lenyap akibat gempa maha-besar yang menghancurkan
kemegahan Negeri Tersebut.
Negeri Farisa inilah yang tengah
dituju oleh Misyaila, Siswi Karina, Hagar, Ilias, dan Sophia dengan sebuah
kereta yang membawa mereka tanpa merasakan kelelahan karena keajaiban kuda-kuda
putih bertanduk indah yang mirip Unicorn yang menarik kereta tersebut dengan
kecepatan super jet. Adakalanya kereta tersebut seperti terbang, dan yang lebih
aneh lagi adalah bahwa kuda-kuda dan kereta tersebut dapat melintasi laut tak
ubahnya berlari di daratan. Dan tenaga yang membuat kuda-kuda melakukan hal
itu adalah kekuatan cinta.
Seperti kita
ketahui, cinta membuat seseorang memiliki keteguhan, tekad dan kesabaran ketika
menghadapi dan mengalami kesulitan dan rintangan, demikian kata para pujangga,
filsuf, dan ahli hikmah. Cinta membuat seseorang menjadi ikhlas dalam menjalani
hidup –apa pun yang mereka jalani dan yang miliki di dunia. Tetapi kisah ini
tak hendak bercerita tentang hal itu, melainkan tentang ambisi,
keserakahan dan hasrat berkuasa dalam diri manusia yang tak pernah hilang atau
padam. Mungkin kita akan bicara tentang cinta di waktu dan kesempatan
selanjutnya, tetapi marilah kita baca kisah selanjutnya, yang kali ini tengan
tokoh kita yang lain dalam kisah dan dongeng kita ini, yaitu tentang Jenderal
Roshtam.
Sementara pasukan khusus berkuda yang
dilatihnya tengah menempuh perjalanan panjang mereka menuju negeri Suryan
dengan harus melewati Gunung Damawand, negeri Kira dan kawasan-kawasan lainnya,
Jenderal Roshtam mempersipkan diri untuk berangkat ke negeri Suryan, dan ia
sengaja tidak mengatakan rencananya tersebut kepada para prajurit pilihannya demi
pendidikan dan ujian loyalitas, kesetiaan dan pelatihan secara langsung kepada
para prajuritnya.
Sebagai seorang Jenderal dan ahli
strategi perang yang jenius dan berdedikasi, Jenderal Roshtam adalah tipikal
seorang Jenderal yang senantiasa turun di medan peperangan, entah secara
rahasia atau diketahui para prajurit dan kolega-koleganya.
Selain memiliki wibawa yang besar dan
kharismatik, Jenderal Roshtam juga dikenal sebagai lelaki yang berani sekaligus
sabar, rendah-hati, dan sederhana. Kualitas-kualitas dirinya itulah yang
membuat Raja Duhmam Nejad Ahmadi di negeri Farisa mempercayai masalah-masalah
ketahanan negeri dan hubungan negeri Farisa dengan negeri-negeri lain
kepadanya.
Sejak datangnya utusan khusus Ilias
kepadanya itu, Jenderal Roshtam maphum bahwa anak didik kesayangannya itu
tengah menghadapi bahaya yang cukup besar, di saat Ilias baru pertama-kali
terjun dalam medan pertempuran yang sesungguhnya, dan karena itu ia memutuskan
untuk memantau langsung medan pertempuran di negeri Suryan tersebut, meski tak
mesti menyatakan niatnya tersebut kepada Ilias yang telah didapuknya menjadi
seorang Jenderal.
Saat itu, setelah mengenakan pakaian
khusus terbaiknya, ia pun menuju ke tempat rahasia yang hanya ia ketahui
sendiri, ke tempat burung besar Dagaru kesayangannya berada, yaitu di lembah
Wantan yang cukup jauh dari ibukota Negeri Farisa, dengan mengendarai kuda. Ia
lesatkan kuda kesayangannya demi mendatangi Lembah Wantan di mana burung
tunggangannya itu berada, dan tak butuh waktu lama, ia pun telah sampai di Lembah
Wantan, dan segera ia menuju sebuah gua rahasia tempat burung Dagaru, yang
kebetulan tengah beristirahat di saat kedatangannya itu.
Menyadari kedatangan sahabatnya itu,
si Burung Dagaru pun segera bangun dan menggerak-gerakkan sepasang sayapnya
yang sangat lebar dan besar, hingga menghempaskan gerakan angin yang terasa
menghantam ke tubuh Jenderal Roshtam. Ia telah paham bahwa kedatangan Jenderal
Roshtam itu menandakan sebuah situasi khusus yang membutuhkan bantuan dan
keterlibatan dirinya sebagai seorang sahabat.
Tanpa harus menunggu perintah
Jenderal Roshtam, ia pun segera merebahkan dan merendahkan diri agar Jenderal
Roshtam dapat segera naik dan duduk di lehernya, dan setelah Jenderal Roshtam
naik serta duduk di lehernya sembari berpegangan erat itu, ia pun segera
mengepakkan sepasang sayapnya dan melesat cepat menuju arah langit yang tampak
tidak terlalu panas saat itu.
Mirip sebuah pesawat tempur modern
saat ini, si burung besar Dagaru itu pun tampak lebih mirip meluncur ketimbang
terbang, karena kecepatan gerakan sepasang sayapnya. Bahkan sesekali ia tetap
melesat, meski ia tak mengepakkan sepasang sayapnya yang perkasa dan seakan tak
kenal letih itu.
Mereka terbang melintasi hutan-hutan,
samudra, gunung-gunung, dan lembah-lembah di bawah mereka yang tampak seperti
lukisan di mata mereka yang berada di atas, di antara gugusan awan dan mega
itu. Dan tentu saja, perjalanan mereka itu lebih cepat daripada perjalanan
sepuluh pasukan khusus berkuda yang diutus Jenderal Roshtam.
Dengan mengendarai si burung Dagaru
itu, Jenderal Roshtam tentu juga dapat menghemat 100 kali lipat rute yang harus
ditempuh sepuluh pasukan khusus berkuda yang dikirimnya ke negeri Suryan itu.
Namun entah kenapa, mereka memutuskan untuk singgah ke negeri Rimela dalam
perjalanan mereka tersebut, sebuah negeri di mana ibunda Jenderal Roshtam berasal
meski ayahnya adalah orang Farisa.
Ternyata memang maksud singgahnya
mereka ke negeri Rimela, tepatnya di desa Mazan itu, Jenderal Roshtam memang
berniat mengunjungi ibundanya yang masih hidup meski usianya telah mencapai 90
tahun lebih, dan usia dirinya 50 tahun lebih, sementara ayahnya telah tiada
beberapa tahun lalu.
Di sebuah tepi sungai Lina itu, si Burung
Dagaru pun mendarat, dan tak jauh dari tepi sungai Lina itu terdapat sebuah
rumah yang tampak bersahaja meski tak buruk, yang agak sedikit menjauh dari
sejumlah rumah dan hunian yang berkerumun dan berbaris di desa itu. Tanpa
ditemani si Burung Dagaru yang dimintanya untuk menunggu di dekat sebuah pohon
besar di tepi Sungai Lina itu, Jenderal Roshtam pun berjalan menuju rumah
ibundanya tersebut.
Itulah sebuah rumah di mana dulu
Jenderal Roshtam dilahirkan dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya,
sebelum keluarganya pindah ke negeri Farisa atas keinginan ayahnya setelah
seorang penguasa negeri Farisa kala itu, yaitu Radim Khan Ahmet, meminta
ayahnya menjadi seorang Perdana Menteri di negeri Farisa. Hanya saja, setelah
ayahnya meninggal, ibunda Jenderal Roshtam memutuskan untuk kembali ke negeri
Rimela karena terluka dengan kewafatan suaminya yang baginya terlalu cepat,
meninggal dalam sebuah pertempuran kolosal melawan bangsa Loghom yang bengis
dan kejam, yang kala itu menyerang negeri Farisa tanpa diduga sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar