Oleh
Seyyed Hossein Nasr
Karya
Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr ini haruslah disambut hangat oleh mereka yang
berminat kepada pemikiran Islam kontemporer, dan juga mereka yang peduli
terhadap situasi kontemporer Dunia Muslim. Tulisan-tulisan beliau mengandung
makna teologis dan filosofis, sebab beliau adalah intelektual penting dalam
kehidupan Islam kontemporer, satu figur yang karya-karyanya melampaui sekadar
semata polemik dan retorik.
Dewasa ini perhatian para sarjana Barat terlalu sering dalam soal-soal yang berkenaan dengan apa yang lazim disebut “fundamentalis” atau “revivalis” Islam, terfokus kepada figur-figur dan gerakan-gerakan yang didasarkan pada reaksi-reaksi emosional dan sentimental dalam melawan keburukan-keburukan dan kezaliman-kezaliman yang melanda seluruh dunia, termasuk Dar Al-Islam. Amat jarang perhatian diberikan kepada respon intelektual yang muncul dari tempat-tempat tertentu terhadap tantangan-tantangan modernisme, dan yang berusaha memberikan jawaban Islami bukan dengan semata-mata memekikkan slogan-slogan tetapi dengan menggali kekayaan tradisi intelektual Islam dan menggunakan logika dan nalar seperti diperintahkan Al-Quran. Buku ini tennasuk dalam kategori terakhir ini.
Muslim Syi’ah Dua belas Imam telah melestarikan hingga kini bukan saja yurisprudensi, teologi dan ilmu-ilmu agama lainnya, tetapi juga tradisi filsafat Islam yang dipuncaki oleh Sadruddin Syirazi pada abad ke-11 (Hijri) atau 17 (Masehi), dan yang melahirkan banyak figur terpandang hingga kini. Mazhab filosofis ini berakar dalam sumber-sumber kewahyuan Islam dan dalam diktum-diktum intelek sekaligus. Ia memandang logika sebagai anugerah sangat berharga dari Allah kepada manusia, tanpa tergelincir ke dalam rasionalisme dan logisme yang akan mengingkari yang transenden dan alam Ruh.
Filsafat semacam ini, yang terus diajarkan dalam madrasah-madrasah Syi’ah, memberikan latar belakang intelektual untuk karya ini dan karya-karya lain tertentu Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr.
Pada abad ini juga telah muncul salah seorang tokohnya, Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i, yang dalam Ushul-i Falsafah-yi Ri’alizm-nya, telah memberikan kritik tajam terhadap materialisme-dialektikal yang didasarkan pada prinsip-prinsip “filsafat realisme” yang tak lain adalah pertumbuhan dan kesinambungan filsafat transenden (al-hikmah al-muta’aliyyah) Mulla Sadra. Buku pertama, dalam bidang ini, diulas oleh salah seorang murid cemerlang Allamah Thabathaba’i, Murtadha Muthahhari, yang juga mengkritik berbagai mazhab filsafat Eropa modern dalam karya-karyanya. Filosof-filosof Islam tradisional dari Iran juga telah menggarap karya-karya berkenaan dengan masalah-masalah yang dimaujudkan oleh ilmu dan filsafat Eropa dari sudut-pandang filsafat Islam, seperti Knowledge by Presence oleh filosof kontemporer termasyhur, Mahdi Ha’iri Yazdi.
Falsafatuna termasuk dalam jenis tulisan ini. Buku ini membahas masalah pengetahuan (epistemologi) dan watak alam semesta. Dengan mendasarkan diri pada nilai positif dan peran logika, dan menggali secara ekstensif dari tradisi filosofis Islam, penulis mengkritik empirisisme, materialisme-dialektikal dan mazhab-mazhab pemikiran lainnya yang meruyak di dunia modern saat ini. Beliau berupaya menjelaskan landasan semua pola pemikiran itu dan ideologi-ideologi yang telah melanda Dunia Islam semenjak abad ke-19 dan yang telah menggelapi pandangan Islam tentang realitas yang didasarkan pada supremasi Allah dan pengetahuan yang membawa kepada-Nya.
Penting dicatat bahwa, tak seperti banyak pembaru Islam dewasa ini, Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr menekankan pentingnya logika, perlunya kausalitas dan peran pemikiran filosofis dan teologis yang tangguh sedemikian sehingga mampu memerangi kekuatan-kekuatan sekularisme dan agnostisisme. Buku ini didasarkan pada pemaparan intelektual yang kuat, bukan pada sekadar makna eksternal wahyu yang ditopang pelecehan terhadap logika dan pemahaman intelektual.
Beliau sering merujuk ke berbagai mazhab pemikiran Barat, sebagian berkenaan dengan filsafat, sebagian psikologi, dan sebagian ilmu-ilmu alam. Jika didapati kelemahan tertentu dalam menginterpretasikan sumber-sumber Barat, hal ini tak lain karena kurangnya akses langsung ke sumber-sumber tersebut dan tak sempurnanya terjemahan-terjemahan yang ada dalam bahasa Arab dan Persia. Perlu diterbitkan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa-bahasa Barat terhadap karya-karya Islam sebelum diharapkan adanya pemahaman yang benar terhadap pemikiran Islami di Barat. Begitu pula, perlu adanya terjemahan-terjemahan akurat dan andal terhadap karya-karya Barat sebelum sarjana Islam dapat menguasai sepenuhnya pemikiran Barat supaya dapat menanggapi secara sepenuhnya. Betapapun, otentisitas pengetahuan teologis dan filosofis penulis lebih daripada sekadar dapat menutupi kekurangan di atas.
Falsafatuna adalah buku berpengaruh dan banyak sekali dibaca di Dunia Arab. Dalam perjuangan-perjuangan masa kini di berbagai negeri Islam, dan antara dunia Islam dan Barat, tak ada kebajikan yang lebih tepat, dan sekaligus sangat dibutuhkan, selain pemikiran yang jelas dan terang, kesadaran, objektivitas dan ketakberpihakan di dalam dunia yang diciptakan oleh wahyu dan kebajikan-kebajikan Qur’ani yang senantiasa mewataki pemikiran Islami yang otentik.
Buku
ini termasuk karya kontemporer yang langka yang berupaya melestarikan banyak
dari karakteristik-karakteristik tersebut. Karena itu buku ini patut dikaji
sebagai dokumen penting yang mengungkapkan aspek-aspek penting tertentu
kehidupan intelektual Islam kontemporer dan suatu tipe respon dari satu mazhab
pemikiran penting dalam Islam – suatu dunia yang, meskipun telah dirundung kejadian-kejadian
selama dua abad silam, tetap hidup, baik secara spiritual maupun intelektual –
terhadap serangan dahsyat Barat dewasa ini.
George Washington University, Washington, D.C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar