Tempat
pesta itu dipenuhi dengan berbagai macam komentar dan berbagai macam canda
tawa. Kami kira bahwa setiap wanita yang hadir di tempat itu sengaja menahan
lidahnya agar jangan sampai menyentuh kisah Yusuf. Sebenarnya mereka semua
mengetahui peristiwa yang terjadi antara Yusuf dan wanita perdana menteri itu
(Zulaikha), tetapi mereka sengaja menyembunyikannya seakan-akan mereka tidak
mengetahuinya.
Demikianlah
aturan main yang biasa dipegang oleh kalangan elit dari masyarakat saat itu.
Namun, istri al-Aziz, sebagai tuan rumah, justru mengguggah mereka dan ia
justru membuka persoalan tersebut: "Aku mendengar ada wanita-wanita yang
mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada seorang pemuda yang bernama Yusuf."
Tiba-tiba
keheningan yang menyelimuti meja makan itu runtuh dan tangan-tangan para
undangan nyaris lumpuh. Istri al-Aziz benar-benar mencuri kesempatan itu. Ia
bercerita sambil memerintahkan para pembantunya untnk menghadirkan apel. "Aku
mengakui bahwa memang Yusuf seorang pemuda yang mengagumkan. Aku tidak
mengingkari bahwa aku benar-benar mencintainya, dan aku telah mencintainya
sejak dahulu," kata istri al-Aziz dengan nada serius. Kemudian
wanita-wanita itu mulai mengupas apel. Saat itu peradaban di Mesir telah
mencapai puncak yang jauh di mana gaya hidup mewah menghiasi istana-istana.
Pengakuan
istri al-Aziz menciptakan suatu kedamaian umum di ruangan itu. Jika istri
al-Aziz saja mengakui bahwa ia memang jatuh cinta kepada Yusuf, maka pada
gilirannya mereka pun berhak untuk mencintainya. Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan
bahwa seharusnya istri al-Aziz tidak cenderung pada Yusuf, justru sebaliknya,
ia harus menjadi tempat cinta. Seharusnya, ia yang dikejar oleh pria, bukan
sebaliknya. Istri al-Aziz mengangkat tangannya dan mengisyaratkan agar Yusuf
masuk dalam ruangan itu. Kemudian Yusuf masuk di ruang makan itu. Ia dipanggil
oleh majikannya kemudian ia pun datang.
Kaum
wanita masih mengupas buah, dan belum lama Yusuf memasuki ruangan itu sehingga
terjadilah apa yang dibayangkan oleh istri al-Aziz. Tamu-tamu wanita itu
tiba-tiba membisu. Sungguh mereka tercengang ketika menyaksikan wajah yang
bercahaya yang menampakkan ketampanan yang luar biasa, ketampanan malaikat.
Wanita-wanita itu pun terdiam dan mereka bertakbir, dan pada saat yang sama
mereka terus memotong buah yang ada di tangan mereka dengan pisau.
Semua
pandangan tertuju hanya kepada Yusuf dan tak seorang pun di antara wanita itu
melihat buah yang ada di tangannya. Akhirnya, wanita-wanita itu justru memotong
tangannya sendiri namun mereka tidak lagi merasakannya. Sungguh kehadiran Yusuf
di tempat itu sangat mengagumkan mereka sampai pada batas mereka tidak
merasakan rasa sakit dan keluarnya darah dari tangan mereka.
Salah
seorang wanita berkata dengan suara yang pelan: "Subhanallah (Maha Suci
Allah)." Wanita yang lain berkata dengan suara lembut yang menampakkan
keheranan: "Ini bukan manusia biasa." Sedangkan wanita yang ketiga
berkata: "Ini tiada lain adalah seorang malaikat yang mulia."
Tiba-tiba istri al-Aziz berdiri dan berkata: "Inilah dia orang yang kalian cela
aku karena daya tariknya. Memang tidak aku pungkiri bahwa aku pernah merayunya
dan menggodanya untuk diriku. Di hadapan kalian ada handuk-handuk putih untuk
membalut luka. Sungguh kalian telah dikuasai oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang
terjadi pada tangan-tangan kalian."
Akhirnya,
pandangan mereka sekarang berpindah dari Yusuf ke jari-jari mereka yang
terpotong oleh pisau yang tajam di mana mereka tidak lagi merasakannya. Kami
kira Yusuf melihat atau memandang ke arah bawah (tanah), atau mengarahkan
pandangannya ke depannya tanpa ada maksud tertentu, tetapi ketika disebut ada
darah yang keluar di sekitar tempat jamuan itu, maka ia pun melihat ke arah
tempat jamuan itu. Yusuf dikagetkan dengan adanya darah yang mengalir di
sekitar buah apel yang keluar dari jari-jari wanita itu. Yusuf segera
mendatangkan perban dan air seperti biasa yang dilakukan pemuda yang bekerja di
istana.
Kami
kira bahwa istri al-Aziz berkata saat Yusuf memerban luka yang diderita oleh
para wanita: "Sungguh aku telah menggodanya namun ia mampu menahan dirinya. Jika dia
tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan
dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
Kami
kira Yusuf tidak menghiraukan ucapannya dan tidak mengomentarinya. Beliau
adalah seorang Nabi, tetapi tragedi wanita tersebut adalah bahwa ia mencintai
seorang nabi. Kami kira juga bahwa wanita-wanita itu menggodanya pada saat
meraka hadir di tempat jamuan.
Salah
seorang yang sangat cantik berkata kepada Yusuf saat beliau membalut lukanya:
"Sungguh sekadar engkau memandang tanganku hai Yusuf, itu sudah cukup
bagiku untuk mengobati jariku yang terpotong." Atau ada wanita
lagi yang mengatakan padanya: "Yusuf, tidakkah engkau menginginkan seorang
perempuan yang akan membersihkan sepatumu dan akan mencuci pakaianmu dan yang
akan mengabdi kepadamu."
Barangkali
wanita-wanita yang hadir di pesta jamuan itu memiliki berbagai macam cara untuk
menggoda. Mungkin sebagian mereka menggunakan senjata mata atau senjata bulu
mata atau senjata fisik untuk mendapatkan Yusuf. Kita tidak mengetahui secara
pasti apa yang terjadi di tempat jamuan itu. Biarkanlah daya khayal kita
menggembara dan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Tampak bahwa
berbagai godaan ditujukan pada Yusuf dari wanita-wanita yang hadir dan diundang
di acara itu. Yusuf berdiri di tengah-tengah ujian yang berat ini dengan penuh
keheranan: "Yusuf berkata, Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka kepadaku" (QS. Yusuf: 33).
Semua
wanita-wanita yang ikut serta dalam undangan tersebut mencoba untuk menundukkan
Yusuf dengan menggunakan lirikan, gerakan-gerakan tertentu, atau isyarat atau
dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon pertolongan Allah SWT agar ia
diselamatkan dari tipu daya mereka. Ia berdoa kepada Allah SWT sebagai seorang
manusia yang mengenal kemanusiaannya dan tidak terpedaya dengan kemaksumannya
dan kenabiannya. Ia berdoa kepada Allah SWT agar memalingkan tipu daya mereka
darinya sehingga ia tidak cenderung kepada mereka dan kemudian menjadi orang
yang bodoh.
Allah
SWT mengabulkan doanya. Kemudian tangan-tangan yang terputus mulai merasakan
kesakitan, dan Yusuf meninggalkan ruang makan itu. Setiap wanita sibuk memerban
lukanya dan masing-masing mereka berpikir tentang alasan apa yang akan mereka
sampaikan ketika suami mereka bertanya tentang tangan mereka yang terpotong
itu?
Dan,
di mana peristiwa itu terjadi? Allah SWT menceritakan jamuan yang besar itu
dalam firman-Nya: "Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundanglah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan
diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan)
kemudian dia berkata (kepada Yusuf), 'Keluarlah (nampakanlah dirimu) kepada
mereka.' Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum akan keelokan
rupanya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata, 'Maha sempurna Allah,
ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.
Wanita itu berkata, 'Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik)
kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati
apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan termasuk golongan orang-orang
yang hina. Yusuf berkata, 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku
tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mere ka)
dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Tuhannya memperkenankan
doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Yusuf: 31-34).
Allah
SWT berhasil memalingkan dan menyelamatkan Yusuf dari tipu daya wanita itu.
Akhirnya, wanita-wanita itu merasa putus asa untuk mendapatkan Yusuf dan
mendapatkan cinta darinya, sehingga mereka merasa bahwa rasa cinta mereka
kepada Yusuf adalah sesuatu keinginan yang mustahil untuk diwujudkan.
Keinginan-keinginan yang mustahil ini justru membangkitkan ingatan mereka
kepada Yusuf lebih daripada sebelumnya. Wanita-wanita mulai membicarakan Yusuf:
tentang pengaruhnya, kewibawaannya, dan kemuliaannya. Mereka mulai menceritakan
bagaimana mereka memotong tangan mereka dengan pisau ketika melihat Yusuf.
Akhirnya,
berita itu tersebar dari kelompok elit ke masyarakat bawah. Manusia mulai
membicarakan tentang sosok pemuda yang menolak keinginan istri seorang ketua
menteri, dan istri-istri dari para menteri memotong tangan mereka karena merasa
kagum dengannya. Seandainya kasus ini diketahui secara terbatas di kalangan
istana dan kamar-kamarnya yang tertutup niscaya tidak ada seorang pun yang
memperhatikannya. Tetapi masalah ini kemudian menyebar kemana-mana sampai ke lapisan
masyarakat yang paling bawah.
Di
sinilah kewibawaan pemerintah dipertaruhkan dan menjadi pertimbangan. Lalu,
rezim yang berkuasa menangkap Yusuf. Yusuf dimasukkan dalam penjara untuk membungkam
banyaknya gosip-gosip yang disampaikan berkenaan dengan sikapnya serta sebagai
cara untuk menutup cerita itu. Yusuf telah berkata ketika wanita-wanita
memanggilnya untuk melakukan kesalahan bahwa penjara baginya lebih ringan dan
lebih disukainya daripada memenuhi ajakan mereka.
Demikianlah
Yusuf kemudian masuk ke dalam penjara. Meskipun sebenarnya Yusuf bebas dari
segala tuduhan, ia tetap dimasukkan dalam penjara. Kami tidak yakin bahwa istri
al-Aziz adalah penyebab masuknya Yusuf ke dalam penjara. Kami mengetahui bahwa
penolakan tegasnya kepadanya membangkitkan kesombongannya dan cukup menjatuhkan
kemuliaannya tetapi kami percaya bahwa wanita itu memang benar-benar
mencintainya. Barangkali masuknya Yusuf dalam penjara membuat suatau kondisi
lain yang mengubah hubungannya dengan Yusuf di mana ketika Yusuf jauh darinya,
maka rasa rindunya dan rasa cintanya kepada Yusuf justru meningkat.
Ia
berandai-andai seandainya Yusuf keluar dari penjara meskipun hal itu tidak
dapat diwujudkannya. Dan barangkali bukti klaim kami yang mangisyaratkan
perubahan cintanya padanya dan ketulusannya dengan cinta itu adalah bahwa ia
mengakui benar-benar berusaha untuk berbuat buruk padanya, tapi Yusuf menolak.
Ia melepaskan pengakuannya dengan ucapannya: "Agar dia (al-Aziz) mengetahui
bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya."
Seakan-seakan
keinginannya agar Yusuf tidak melupakannya lebih penting daripada kedamaiannya
bersama suaminya atau kedudukannya sebagai wanita kedua di Mesir. Dan
barangkali cintanya kepada Yusuf—saat ia tidak ada—berbeda dalam kualitasnya
dan kedalamannya daripada cintanya ketika Yusuf masih muda belia yang mengabdi
padanya di istana.
Ketika
mereka berdua dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, dan wanita itu tercegah
dari melihatnya, maka timbullah rasa cinta yang menjadikannya tidak akan mengkhianatinya
meskipun Yusuf telah pergi jauh darinya. Betapa berat penderitaan cinta
manusiawi yang dialami istri al-Aziz (Zulaikha). Masalahnya adalah, bahwa ia
memilih seseorang yang hatinya telah tenggelam dalam lautan cinta Ilahi.
Akhirnya, Yusuf masuk ke dalam penjara. Allah SWT berfirman: "Kemudian
timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa
mereka harus memenjarakannya sampai sewaktu-waktu" (QS. Yusuf: 35).
Mereka
telah menetapkan suatu keputusan meskipun Yusuf sebenarnya terlepas dari
berbagai tuduhan, dan beliau menunjukkan bukti kebenarannya. Meskipun demikian,
mereka tetap memasukkan Yusuf dalam penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan.
Pembicaraan seputar kisah Yusuf pun menjadi padam dan api yang menyala di
tengah-tengah manusia menjadi suram. Ketika para menteri dan para pembesar
tidak mampu menahan kendali wanita-wanita mereka, namun mereka dengan mudah
mampu untuk memenjarakan seseorang yang tidak bersalah. Itu adalah pekerjaan
mereka yang mereka lakukan dengan gampang.
Demikianlah
ayat Al-Qur'an menggambarkan secara singkat suatu suasana istana secara
keseluruhan, yaitu suasana yang penuh dengan kekotoran dan kerusakan internal.
Suasana orang-orang yang bergaya aristokratis, dan suasana hukum yang mutlak.
Penjara menjadi jalan keluar yang dipilih oleh hukum yang mutlak. Seandainya
kita memperhatikan keadaaan masyarakat Mesir saat itu dan apa yang mereka
sembah, maka kita akan memahami mengapa kekuasaan mutlak diberlakukan saat itu.
Orang-orang
Mesir menyembah tuhan-tuhan yang beraneka ragam. Mereka menyembah sesembahan
selain Allah SWT. Kita telah mengetahui sebelumnya bagaimana kebebasan manusia
terpasung ketika mereka lebih memilih sembahan-sembahan selain Allah SWT.
Dalam
kisah Nabi Yusuf kita melihat fenomena seperti itu. Meskipun beliau sebagai
seorang Nabi, beliau ditetapkan untuk ditahan dan dimasukkan penjara, tanpa
melalui penelitian dan tanpa melalui pengadilan. Kita, di hadapan suatu
masyarakat yang menyembah berbagai macam tuhan, dan kemudian mereka dikuasai
dan dipimpin oleh multi tuhan. Oleh karena itu, tidak sulit bagi mereka untuk
menahan orang yang tidak berdosa, bahkan barangkali sulit bagi mereka melakukan
sesuatu selain itu. (Bersambung ke Bag.
4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar