Sekarang
marilah kita berpindah dari penjara ke kamar raja. Si raja tertidur dan
bermimpi. Ia melihat dirinya berdiri di tepi Sungai Nil. Air sungai Nil turun
di depan matanya. Air Sungai Nil tenggelam dan habis sehingga sungai itu
menjadi tumpukan tanah yang kosong dari air. Kemudian ikan-ikan melompat-lompat
sehingga tersembunyi dalam tanah sungai. Lalu keluarlah dari sungai itu tujuh
sapi yang gemuk dan keluar juga tujuh sapi yang kurus. Sapi-sapi yang kurus itu
malah menyerang sapi-sapi yang gemuk. Sapi-sapi yang kurus itu anehnya berubah
menjadi binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang gemuk.
Dalam
mimpinya itu, raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan
menakutkan. la menyaksikan teriakan-teriakan sapi-sapi yang gemuk itu saat
dimakan oleh sapi-sapi yang kurus.
Kemudian
timbullah di atas tepi Sungai Nil tujuh tangkai hijau dan tujuh tangkai hijau
itu tenggelam dalam tanah. Dan muncullah di tanah yang sama tujuh tangkai yang
kering. Tiba-tiba raja bangun dari tidurnya dalam keadaan takut. Raja
menceritakan mimpinya kepada para peramal, para dukun, dan para menterinya. Ia
meminta kepada mereka untuk menafsirkannya. Seorang peramal berkata: "Ini
adalah hal yang cukup aneh, bagaimana sapi-sapi kurus dapat memakan sapi-sapi
yang gemuk? Saya kira ini adalah kembang mimpi yang tidak ada artinya."
Kemudian para ahli mimpi dan para penakwil mimpi dan mereka yang ada di sekitar
raja bersepakat bahwa mimpi si raja tidak memiliki makna yang khusus, atau ia
hanya sekadar kembang tidur yang tidak ada artinya.
Berita
tentang mimpi raja itu sampai di telinga orang yang memberi minum raja.
Pikirannya berguncang ketika mendengar mimpi raja itu. Ia mulai mengingat-ingat
mimpi yang dilihatnya di penjara. Ia mengingat, bagaimana Yusuf (as) menakwilkan
mimpinya. Ia segera menuju ke tempat raja dan menceritakan kepadanya peristiwa
yang dialaminya bersama Yusuf (as). Ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya
hanya Yusuf satu-satunya yang mampu menafsirkan mimpimu. Sebenarnya ia telah
berpesan kepadaku agar aku menyebut keadaaannya di depanmu tetapi terus terang,
aku lupa menyampaikan pesannya."
Kemudian
raja mengutus orang itu ke penjara untuk menemui Yusuf (as) dan bertanya
kepadanya perihal mimpinya. Allah SWT berfirman: "Raja berkata (kepada
orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh sapi betina yang kurus-kurus dan
tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainya yang kering. Hai
orang-orang yang termuka, terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika
kamu dapat menakwilkan mimpiku. Mereka menjawab, 'Itu adalah mimpi-mimpi yang
kosong dan kami sekali-kali tidak tahu takwil mimpi itu.' Dan berkatalah orang
yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah
beberapa waktu lamanya, 'Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang
pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).' (Setelah pelayan
itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru), 'Yusuf, hai orang yang amat dipercaya,
terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang
hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu
agar mereka mengetahuinya'" (QS. Yusuf: 43-46).
Kamar
raja menjadi gelap, sementara itu layar penjara menjadi terang. Yusuf (as) tampak
berada dalam penjaranya. Seorang pemberi minum raja datang padanya. Raja
membutuhkan pendapatnya, dan Allah SWT akan memenangkan urusan-Nya tetapi
kebanyakan manusia tidak menyadari. Utusan raja itu menanyakan tentang tafsir
mimpi si raja. Yusuf (as) tidak mensyaratkan kepadanya bahwa ia harus
dikeluarkan dari penjara sebagai imbalan dari usahanya dalam menafsirkan mimpinya.
Yusuf (as) tidak mengatakan apa-apa selain ia berusaha untuk menafsirkan mimpi
raja.
Demikianlah
sikap seorang nabi ketika manusia datang padanya untuk meminta pertolongan
meskipun mereka berbuat lalim kepadanya. Yusuf (as) berkata kepada pemberi
minum raja itu: "Yusuf berkata, 'Supaya kamu bertanam tujuh tahun
(lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di
bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang
tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun yang sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang akan
kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang manusia diberi hujan
(dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur" (QS. Yusuf: 47-49).
Yusuf
menjelaskan kepada utusan raja bahwa negeri Mesir akan mengalami masa-masa yang
subur selama tujuh tahun di mana saat itu tanaman-tanaman akan tumbuh segar,
dan hendaklah orang-orang Mesir tidak melampaui batas dalam memanfaatkan musim
subur ini karena setelah itu akan disusul dengan tujuh tahun paceklik. Pada
musim itu, apa saja yang disimpan oleh penduduk Mesir akan habis. Oleh karena
itu, cara yang terbaik untuk menyimpan hasil tanaman mereka adalah, hendaklah
mereka membiarkannya di tangkai-tangkainya agar ia tidak rusak atau terkena
hama atau dapat berubah karena cuaca. Demikian takwil mimpi raja tersebut
terkuak. Yusuf (as) justru menambahkan pembicaraan tentang keadaan suatu tahun
yang belum pernah dimimpikan oleh raja. Yaitu tahun yang penuh dengan
kebahagiaan. Tahun di mana manusia mendapatkan karunia dengan banyaknya
tanaman-tanaman yang tumbuh dan melimpahnya air serta tumbuhnya anggur-anggur
yang mereka tanam sehingga mereka memeras darinya khamar. Juga tumbuh pohon
zaitun yang mereka tanam yang mereka memeras darinya minyak zaitun. Tahun ini
tidak terdapat dalam mimpi raja. Ini adalah ilmu khusus yang diperoleh Nabi
Yusuf (as). Yusuf (as) menyampaikannya kepada pemberi minum raja itu dan
memesan kepadanya agar bagian ini pun juga dikemukakan kepada raja dan
masyarakat.
Akhirnya,
pemberi minum itu kembali ke raja dan menceritakan semua yang didengarnya dari
Yusuf (as). Raja menjadi terheran-heran dengan apa yang didengarnya. Ia
kemudian berkata: "Siapa gerangan orang yang dipenjara ini.
Sungguh luar biasa. Ia menceritakan hal-hal yang akan terjadi, bahkan lebih
dari itu ia memberikan cara-cara untuk mengatasi persoalan yang akan terjadi
itu tanpa meminta upah atau balasan atau agar ia dibebaskan dari penjara."
Kemudian
raja mengeluarkan perintah agar Yusuf (as) dibebaskan dari penjara dan
dihadirkan padanya. Lalu utusan raja pergi ke penjara. Utusan ini bukan utusan
yang pertama, yaitu si pemberi minum raja. Ia adalah seseorang yang memiliki
jabatan penting. Kemungkinan besar ia adalah salah seorang menteri. Ia pergi
untuk menemui Yusuf (as) di penjara. Ia meminta kepada Yusuf (as) agar keluar
dari penjara guna menemui raja. Raja menginginkan agar ia segera menjumpainya. Ternyata
Yusuf menolak untuk keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang ditujukan
kepadanya dicabut. Tampak bahwa mereka menuduhnya terlibat dalam kasus
pemotongan tangan para wanita.
Mungkin
mereka berkata: "Yusuf ingin berbuat aniaya terhadap wanita-wanita itu,
lalu kaum wanita ingin mempertahankan diri mereka dengan cara memotong tangan
mereka dengan pisau." Alhasil, boleh jadi mereka menggunakan berbagai
macam kebohongan yang sulit diterima, tetapi sebagaimana kita ketahui segala
hal sah-sah saja dan boleh saja jika dilakukan oleh orang-orang yang hidup di
istana karena hukum yang dipakai di sana adalah hukum yang mutlak. Yusuf (as) tidak
mau keluar dari penjara itu kecuali bila ditetapkan bahwa beliau terlepas dari
segala tuduhan: "Raja berkata, 'Bawalah dia kepadaku.' Maka tatkala utusan
itu datang kepada Yusuf, berkalalah Yusuf, 'Kembalilah kepada tuanmu dan
tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai
tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka'" (QS.
Yusuf: 50).
Utusan
itu kembali kepada raja. Raja berteriak ketika melihatnya sendirian: "Di
mana Yusuf?" Utusan raja berkata: "Ia masih di penjara." Raja
bangkit dari tempat duduknya, lalu berkata: "Bukankah aku memerintahkanmu
untuk menghadirkannya?" Utusan raja berkata: "Ia menolak untuk keluar
dari penjara kecuali semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dicabut. Paduka
yang mulia bertanggung jawab dalam menyelesaikan kasusnya bersama wanita-wanita
di istana yang telah memotong tangan mereka." Raja ber kata: "Kalau
begitu, panggilah semua istri-istri menteri dan hadirkanlah istri al-Aziz. Saya
minta semua hadir."
Raja
merasa bahwa Yusuf menghadapi suatu perosalan di mana ia tidak mengetahui
secara pasti titik terangnya. Barangkali raja mendengar berbagai macam gosip
dan desas-desus yang biasa terjadi di kalangan para menterinya dan kisah yang
melibatkan istri ketua menterinya dan Yusuf (as), tetapi raja itu tidak begitu
peduli dengan apa yang didengarnya. Sebab cerita-cerita semacam ini sudah
menjadi hal yang biasa dan sering terjadi di dunia istana yang glamor.
Akhirnya, istri al-Aziz dan semua wanita yang pernah dijamunya hadir di depan
raja. Raja bertanya: "Bagaimana cerita Yusuf yang sebenarnya? Apa
yang kalian ketahui tentangnya? Apa benar ia terlibat dalam skandal seks?”
Salah
seorang perempuan memotong pembicaraan raja dan berkata: "Demi Allah, kami
tidak mengetahui bahwa ia melakukan suatu keburukan." Wanita yang lain
berkata: "Yusuf adalah seorang yang suci bagaikan seorang malaikat."
Kemudian pandangan tertuju kepada istri al-Aziz yang tampak pucat. Ia
menampakkan kerinduan untuk melihat wajah Yusuf (as). Ia mengaku bahwa ia telah
berbohong dan Yusuf adalah orang-orang yang benar. Ia benar-benar telah
menggoda Yusuf namun Yusuf menolak. Ia menegaskan bahwa ia benar-benar
mengatakan yang sesungguhnya, bukan karena takut kepada raja dan juga
wanita-wanita yang lain.
Pikirannya
masih berputar sekitar Yusuf. Akhirnya, Yusuf (as) dibebaskan dari berbagai
tuduhan. Allah SWT menceritakan proses pengadilan ini dan pengusutan ini dalam
firman-Nya: "Raja berkata: (kepada wanita-wanita itu), 'Bagaimana keadaanmu
ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepada-mu)? Mereka
berkata, Maha sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu heburukan darinya.
Berkata istri al-Aziz, 'Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya
untuk menundukkan dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang benar.' Yusuf berkata, 'Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui
bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan
bahwasannya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat"
(QS. Yusuf: 51-52).
Al-Qur'an
al-Karim menceritakan kepada kita proses pengakuan istri al-Aziz (Zulaikha) dengan
menggunakan lafal-lafal insipiratif yang mengisyaratkan adanya luapan emosi dan
perasaan yang dalam: "Akulah yang menggodanya untuk menundukkan
dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
Itu adalah suatu penyaksian yang utuh dari wanita tersebut tentang dosanya
serta kesucian dan kejujuran Yusuf (as). Suatu kesaksian yang tidak didorong
oleh rasa takut atau rasa khawatir atau apa pun lainnya.
Konteks
Al-Qur'an mengungkapkan faktor yang lebih dalam dari semua ini, yaitu keinginan
wanita itu agar pria yang telah mencela kesombongan feminisnya tetap
menghormatinya. Ia tidak ingin pria itu terus merendahkannya sebagai wanita
yang salah. Ia ingin meluruskan pikiran lelaki tentang dirinya. "Yang
demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak
berkhianat kepadanya di belakangnya." Aku tidak seburuk yang
dibayangkannya. Barangkali ia mulai menangis ketika berkata: "Dan aku
tidak membebashan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf:
53).
Melalui
perenungan ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa istri al-Aziz
mengikuti agama Nabi Yusuf (as). Ia mengikuti agama tauhid. Penahanan Yusuf
(as) telah membuat perubahan drastis dalam hidupnya. Ia beriman kepada Tuhannya
dan memeluk agama Yusuf (as). Ia mencintai Yusuf (as) meskipun beliau jauh dan
tidak bertemu dengannya.
"Dan
raja berkata, 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang
tepat bagiku.' Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, 'Sesungguhnya
kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya
pada sisi kami.' Berkatalah Yusuf, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.' Dan
demikian Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa
penuh) pergi menuju kemana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami
melimpahkan rahmat Kami kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan Kami tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa." (QS.
Yusuf: 54-57).
Setelah
itu, Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan kisah istri al-Aziz secara penuh.
Al-Qur'an malah berpindah ke kisah yang lain sehingga kita tidak mengetahui
urusannya ketika ia mengakui kejahatannya lalu dibarengi dengan pernyataan
keimanannya terhadap agama Nabi Yusuf (as).
Berkenaaan
dengan wanita itu, terdapat banyak dongeng palsu dan bohong. Ada yang
mengatakan bahwa suaminya mati lalu ia menikah dengan Yusuf (as). Kemudian
diketahui bahwa ia masih perawan. Ia mengaku bahwa suaminya adalah seorang tua
yang tidak suka mendekati wanita. Ada yang mengatakan bahwa matanya menjadi
buta karena saking seringnya ia menangis terhadap Yusuf (as), lalu ia keluar
dari istana dan tersesat di jalan-jalan kota.
Ketika
Yusuf menjadi pembesar di istana, wanita itu berteriak dengan penuh kesakitan
dan penyesalan sambil berkata: "Maha Suci Allah yang menjadikan raja
seorang budak karena kemaksiatannya dan menjadikan budak seorang raja karena
ketaatannya."
Kemudian
Yusuf bertanya: "Suara siapa itu? Dikatakan padanya: "Itu adalah
istri al-Aziz yang keadaanya telah berubah. Sebelumnya ia menjadi mulia dan
kini menjadi hina." Kemudian Yusuf memanggilnya dan bertanya kepadanya:
"Apakah masih tersisa dalam dirimu rasa cinta pada diriku?" Wanita
itu menjawab: "Sungguh, memandang wajahmu lebih aku cintai daripada dunia.
Hai Yusuf, berikanlah padaku ujung cemetimu."
Lalu
Yusuf memberikan kepadanya. Ia meletakkan di dadanya. Yusuf (as) melihat cemeti
itu bergetar di tangannya dengan guncangan yang sangat keras karena detak
jantungnya yang kuat. Masih banyak kebohongan-kebohongan lain dan
dongeng-dongeng lain yang berkenaan dengannya. Kisah-kisah yang disampaikan itu
semua laksana drama romantis yang berakhir pada kehancuran cinta. (Bersambung ke Bag. 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar