Yusuf (as) masuk dalam penjara dalam keadaan memiliki hati yang kokoh, dalam keadaan tenang beliau berada dalam penjara. Beliau tidak menampakkan kesedihan, namun sebaliknya. Beliau berhasil melalui ujian dari istri al-Aziz (Zulaikha), dari pertanyaan-pertanyaan para menteri, dari keusilan para dukun, dan dari pembicaraan para pembantu. Bagi Yusuf, penjara adalah suatu tempat yang damai di mana di dalamnya ia mampu menenangkan dirinya dan berpikir tentang Tuhannya.
Nabi
Yusuf (as) memanfaatkan kesempatannya di penjara untuk berdakwah di jalan Allah
SWT. Di dalam penjara, beliau mendapati orang-orang yang tidak berdosa yang
juga dimasukkan di dalamnya. Ketika manusia mendapatkan perlakuan lalim dari
sebagian manusia yang lain, maka hati mereka akan lebih mudah untuk mendengarkan
kebenaran dan menerima hidayah. Memang hati orang-orang yang menderita dan
teraniaya lebih terbuka untuk memenuhi panggilan Allah SWT.
Yusuf
bercerita kepada manusia tentang rahmat Sang Pencipta, kebesaran-Nya, dan kasih
sayang-Nya terhadap makhluk-makhluk-Nya. Yusuf bertanya kepada mereka: "Mana
yang lebih baik, apakah akal harus dikalahkan dan manusia menyembah tuhan yang
bermacam-macam atau, akal dimenangkan dan manusia menyembah Tuhan Pengatur alam
Yang Maha Besar."
Yusuf
(as) menyampaikan argumentasi-argumentasi yang kuat melalui
pertanyaan-pertanyaannya yang disampaikan dengan ketenangan dan kedamaian.
Beliau berdialog dengan mereka secara sehat dan dengan pikiran yang jernih
serta dengan niat yang tulus. Kemudian masuklah bersama beliau dua orang pemuda
ke dalam penjara. Salah seorang diantara mereka adalah pimpinan petugas pembuat
roti yang biasa bekerja di tempat raja, sedangkan yang lain pimpinan petugas
pemberi minuman keras (khamar) yang biasa diminum oleh raja.
Tukang
roti itu menyaksikan dalam mimpinya bahwa ia berdiri di satu tempat dengan
membawa roti di atas kepalanya yang kemudian dimakan oleh burung yang terbang,
sementara orang yang memberikan minum para raja juga bermimpi, dan melihat
dalam mimpinya bahwa ia memberikan minum khamar kepada raja.
Kedua
orang itu pergi kepada Yusuf (as) dan masing-masing mereka menceritakan
mimpinya kepadanya serta meminta kepada beliau untuk menakwilkan atau
menafsirkan apa yang mereka lihat. Yusuf (as) menggunakan kesempatan itu
baik-baik dan kemudian ia berdoa kepada Allah SWT. Kemudian beliau memberitahu
tukang roti itu, bahwa ia akan disalib dan akan mati, adapun pemberi minum
raja, maka dia akan keluar dari penjara dan akan kembali bekerja di tempat
raja.
Yusuf
(as) berkata kepada pemberi minum itu: "Jika engkau pergi ke raja, maka
jangan lupa menceritakan keadaanku padanya. Katakan kepadanya bahwa di sana
terdapat seorang yang ditahan dalam keadaan teraniaya yang bernama Yusuf”.
Akhirnya
apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf benar-benar terjadi. Tukang roti itu pun
terbunuh sedangkan orang yang biasa memberi minum raja itu dimaafkan dan
kembali ke istana tetapi ia lupa untuk menceritakan pesan Yusuf kepada raja.
Setan telah melupakannya sehingga ia lupa untuk menyebut nama Yusuf di depan raja.
Yusuf pun tinggal di dalam penjara selama beberapa tahun. Allah SWT berfirman:
"Dan
bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah
seorang di antara keduanya, 'Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku akan memeras
anggur. Dan yang lainnya berkata, 'Sesungguhnya aku bermimpi bahwa, aku membawa
roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.' Berikanlah kepada kami
ta'birnya: Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai
(menakwilkan mimpi). Yusuf berkata, 'Tidak disampaikan kepada kamu berdua
makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan
jenis makanan itu sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah
sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu
Ibrahim, Ishak, dan Yakub. Tidaklah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan
sesuatu pun dengan Allah Yang demikian itu ada lah dari karunia Allah kepada
kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak
mensyukuri(Nya). Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan
yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kamu
tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu
dan nenek-nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" (QS. Yusuf: 36-40).
Setelah
dakwah yang sangat dalam ini dan setelah Yusuf mengemukakan argumentasinya
kepada orang-orang yang bertanya, beliau mulai menafsirkan mimpi yang mereka
lihat: "Hai kedua penghuni penjara, adapun salah searang diantara kamu
berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamer; adapun yang seorang lagi,
maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku). Dan Yusuf berkata
kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua:
'Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.' Maka setan menjadikan dia lupa mene-rangkan
(keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara
beberapa tahun lamanya." (QS. Yusuf: 41-42).
Coba
Anda perhatikan bagaimana Al-Qur'an menceritakan hal ini. Yusuf (as) tidak
menentukan kapan hal tersebut akan terjadi pada kedua orang itu, baik mereka
yang bernasib baik atau pun mereka yang bernasib buruk. Ini adalah salah satu
bentuk kasih sayang dan kelembutan beliau kepada mereka. Namun mereka memahami
tujuan beliau ketika memutuskan suatu perkara kepada mereka dan mengatakan
kepada yang lain bahwa ia akan bebas.
Al-Qur'an
al-Karim tidak menceritakan bahwa takwil itu telah terwujud dan bahwa perkara
itu telah terlaksana sebagaimana telah ditakwilkan oleh Yusuf (as). Di sini
terdapat celah yang dapat digunakan oleh daya imajinasi kita bahwa semua ini
telah terjadi. Kemudian orang yang selamat itu keluar dari penjara dan menuju
ke istana. Ia pun kembali menuangkan minuman kepada raja. Seharusnya ia
menceritakan pesan Yusuf (as) yang telah memberitahukan kepadanya bahwa ia akan
selamat namun pesan Nabi Yusuf (as) tersebut benar-benar dilupakannya atau
benar-benar hilang dari ingatannya. Ia lupa bagaimana Nabi Yusuf (as) menakwilkan
mimpinya dan bagaimana Nabi Yusuf (as) berdakwah di jalan Allah SWT. Kemewahan
istana raja dan kesibukannya dalam melayani raja atau tuannya membuatnya lupa
untuk menyampaikan pesan Nabi Yusuf (as). Setan pun turut serta dalam
melupakannya. Akhirnya, Nabi Yusuf (as) tetap tinggal di penjara untuk beberapa
tahun. Nabi Yusuf (as) menghadapi ujian itu dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan serta tidak berputus asa dan ridha akan keputusan Allah SWT. (Bersambung ke Bag. 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar