Wawancara dengan Lawrence M.
Krauss (Sumber: Scientific American, Agustus
2004, hal. 82-85)
Kepala departemen fisika
di Case Western Reserve University, Lawrence M. Krauss merupakan sosok terkenal
di komunitas riset atas ramalannya bahwa entitas misterius bernama dark energy bisa menjadi kunci
untuk memahami awal-mula alam semesta. Dia juga kritikus sosial yang
blak-blakan dan bulan Februari lalu menjadi salah satu dari 60 ilmuwan yang
menandatangani surat berjudul “Mengembalikan Integritas Sains dalam Pembuatan
Kebijakan”, mengeluhkan penyalahgunaan sains oleh pemerintahan Bush. Tapi
masyarakat mungkin lebih mengenalnya sebagai penulis opini editorial dan
pengarang buku-buku menarik. Karyanya di tahun 1995, The Physics of Star Trek, menjadi
buku laris, diterjemahkan ke dalam 15 bahasa. Kini dia sedang menyelesaikan
judul populer ketujuh, Hiding in the Mirror: The
Mysterious Allure of Extra Dimensions, yang dia lukiskan sebagai
“penjelajahan hubungan asmara ilmiah, sastra, dan seni kita yang panjang dengan
gagasan adanya alam-alam semesta tersembunyi di luar sana.” Baru-baru ini
Krauss mendiskusikan banyak hasrat sains dan sosialnya dengan penulis Claudia
Dreifus.
SCIENTIFIC AMERICAN: Apa saja pertanyaan utama yang menyusahkan fisikawan
hari ini?
LAWRENCE KRAUSS: Ada tiga yang saya rasa menarik: Bagaimana sifat dark energy? Bagaimana kita bisa
merukunkan penguapan black hole
dengan mekanika quantum? Dan terakhir, apakah dimensi-dimensi tambahan eksis?
Semua pertanyaan ini saling terkait. Dan semuanya butuh suatu wawasan baru
mengenai gravitasi quantum. Tapi kita harus menghasilkan ide yang sama sekali
baru dan luar biasa. Dan sulit diprediksi kapan itu akan terwujud. Pada 1904,
Anda tak memprediksi bahwa Albert Einstein akan menghasilkan ide luar biasa di
tahun 1905.
Saya rasa resolusi
terhadap persoalan ini kemungkinan besar bersifat teoritis dan bukan
eksperimental. Sebab tanda eksperimen langsung yang menunjukkan arah teoritis
yang benar di bidang ini kemungkinan berada di luar domain eksperimen terkini.
Saya juga bertaruh, solusi terhadap persoalan ini takkan menyerupai apa
yang sedang dikerjakan sekarang, termasuk teori string.
SA: Apa teori string merupakan padanan fisika dari
[gagasan] Tuhan yang gagal, sebagaimana biasa dikatakan orang-orang tentang
ideologi komunis?
LK: Tidak juga. Tapi saya pikir masanya sudah berlalu.
Teori string dan teori fisika mutakhir lain, loop quantum gravity,
keduanya berakar dari satu ide dasar: bahwa terdapat masalah matematis dalam
relativitas umum.
Idenya adalah, ketika Anda
berusaha memeriksa fenomena fisikal pada skala yang semakin kecil, aksi
gravitasi semakin buruk. Ujung-ujungnya Anda mendapat ketakterhinggaan. Dan
nyaris semua riset teori gravitasi quantum berusaha memahami semua
ketakterhinggaan ini. Yang dilakukan teori string dan loop quantum gravity adalah
menghindari ini dengan tidak memeriksa skala lebih kecil dari [batas] jarak
tertentu, sebab jika Anda melakukannya, segalanya akan berperilaku berbeda.
Kedua teori ini didasarkan pada ide bahwa Anda tidak bisa turun sampai ke nol
pada sebuah partikel titik, dan itulah cara menyingkirkan ketakterhinggaan
matematis. Perbedaan utama di antara keduanya, saya pikir, adalah bahwa string
jauh lebih kaya secara intelektual dan matematis.
Teori string belum
berprestasi banyak dalam hal pemecahan masalah fisika, tapi telah menghasilkan
banyak temuan matematika yang menarik. Itu sebabnya ia mempesona. Loop quantum gravity bahkan belum berbuat
sejauh itu, setidaknya dalam ingatan saya.
SA: Apa Anda mau bilang teori string sebetulnya belum
membawa kita ke mana-mana?
LK: Baik teori string ataupun loop
quantum gravity belum banyak memberitahu kita tentang persoalan
fisika yang tak terpecahkan—yang paling penting, kenapa alam semesta memiliki dark energy? Itu pertanyaan
terbesar saat ini. Satu hal yang sudah muncul dari teori string adalah ide alam
semesta jamak atau dimensi tambahan, dan itu karena teori string didasarkan
pada dimensi tambahan. Satu-satunya teori string yang konsisten awalnya
memiliki 26 dimensi, kemudian diturunkan menjadi 10. Tapi alam semesta yang
kita tinggali adalah empat-dimensi (tiga ruang plus satu waktu). Sudah banyak
pembicaraan yang menjelaskan kenapa semua dimensi tambahan ini tidak terlihat.
Belakangan ini sebagian orang mencoba mengubah cacat tersebut menjadi manfaat
dengan menyatakan dimensi-dimensi tambahan sebetulnya bisa dideteksi.
SA: Anda baru menyelesaikan sebuah buku mengenai
alam-alam semesta paralel. Apa menurut Anda mereka riil?
LK: Saya akan jawab begini: ini bidang yang
menggairahkan, dan mengagumkan bagi mahasiswa sarjana. Salah satu bekas
mahasiswa Ph.D. saya bertanggungjawab atas gelombang ketertarikan baru pada ide
ini. Tapi saya mencium dimensi-dimensi tambahan ini keliru. Yang kita pelajari
dari fisika partikel unsur mengenai penyatuan semua gaya alam cenderung
menunjuk ke arah yang berbeda dari model-model alam semesta paralel besar ini.
Betapapun menawan dan seksi, jika harus bertaruh, saya bertaruh ide-ide dimensi
tambahan besar ini barangkali tidak benar. Lihat saja nanti.
SA: Bagaimana ceritanya sampai Anda menulis The Physics of Star Trek?
LK: Sebetulnya, awalnya lelucon, kira-kira tahun 1993.
Saya baru menyelesaikan Fear of Physics
untuk Basic Books. Saya sedang mengobrol dengan editor tentang apa yang bisa
saya lakukan untuk mereka selanjutnya. Dalam perbincangan, dia menyebut-nyebut
puterinya yang menjadi Trekker. “Bagaimana kalau The
Physics of Star Trek?” katanya sambil tertawa.
Malam itu saya mulai
memikirkan transporter, piranti Star Trek yang
mengurai atom-atom Anda, memindahkannya secara seketika ke tempat lain dan
menyusunnya kembali di sana. Apa yang diperlukan untuk membuatnya? Ini
menggiring saya untuk membuat daftar semua fenomena apik Star Trek yang bisa dimanfaatkan
untuk memancing orang-orang agar memikirkan fisika. Jika masyarakat suka barang
khayalan ini, saya pikir, kenapa mereka tidak suka sains sungguhan, yang seribu
kali lebih menakjubkan?
Saya berterus-terang
tentang barang-barang Trek yang tak
mungkin bekerja. Tapi saya juga mengarahkan pembaca kepada
kemungkinan-kemungkinan yang lebih mempesona di alam semesta riil. Sains riil
menghasilkan ide-ide yang tak berani dikemukakan penulis fiksi manapun.
Pikirkan antigravitasi kosmik, yang saya dalami di siang hari: tak ada yang
mengerti kenapa ruang hampa memiliki energi. Ini ide teraneh di dunia!
SA: Kenapa?
LK: Jika Anda tanya anak kecil berapa banyak energi yang
terdapat di ruang hampa, dia akan jawab “nol”, itu jawaban yang masuk akal.
Tapi kita sudah tahu itu tidak benar: jika Anda mengambil semuanya, tetap ada
[sejumlah tertentu] di sana.
Yang lebih buruk: jika
Anda menempatkan sejumlah kecil energi ke ruang hampa, maka hukum fisika
menyebut Anda semestinya bisa menempatkan energi dalam jumlah dahsyat ke sana.
Sekali Anda membuka bendungan dan memperkenankan ruang hampa memiliki energi,
Anda bertanya berapa banyak yang wajar dimilikinya. Pemahaman mutakhir kita
akan gravitasi dan mekanika quantum menyatakan bahwa ruang hampa mestinya
memiliki energi sekitar 120 orde magnitudo lebih banyak daripada jumlah yang
kita ukur. Dengan kata lain angka satu diikuti 120 angka nol! Bagaimana
menurunkan jumlah tersebut dengan magnitudo sebesar itu, tanpa membuatnya
menjadi nol, merupakan sebuah misteri sempurna. Di kalangan fisikawan, ini
dianggap sebagai persoalan penyetelan-halus terparah dalam fisika.
Begitu kita memecahkan
persoalan ini, kita harus menjelaskan kenapa bilangan yang kita ukur 120 orde
magnitudo lebih kecil dari yang seharusnya.Tak
ada yang tahu caranya. Dan itulah kenapa ini menjadi hal paling menggairahkan
dalam fisika. Sebab keanehan membangkitkan kegairahan.
SA: Anda salah satu dari
segelintir fisikawan terkemuka yang juga dikenal sebagai intelektual publik. Di
pertengahan abad silam, kegiatan seperti itu di kalangan ilmuwan adalah hal
lumrah. Bahkan Albert Einstein merupakan selebriti internasional, yang
pandangan pribadinya tentang segala sesuatu, mulai dari perlucutan nuklir
sampai Zionisme, dicari-cari oleh pers. Mengapa Anda berpikir diri Anda
termasuk burung langka itu sekarang?
LK: Saya tak bisa
berbicara untuk orang lain. Selain riset saya sendiri, sebagian misi saya
adalah mencoba mengakhiri keterputusan antara sains dan komponen kebudayaan
lainnya. Kita hidup dalam masyarakat di mana ada anggapan sah-sah saja orang
intelek tidak melek sains. Sekarang tidak selalu begitu. Di awal abad 20, Anda
tak bisa dianggap intelek tanpa mendiskusikan isu-isu sains yang penting. Hari
ini Anda bisa memungut sebuah majalah intelektual penting dan menemukan ulasan
buku sains di mana pengulasnya tanpa malu berkata, “Ini mempesona. Saya tak
memahaminya.” Andai mereka mengulas karya John Kenneth Galbraith, mereka takkan
memamerkan ketidaktahuan mereka soal ekonomi.
SA: Bagaimana ketidakmelekan
sains menjadi lumrah?
LK: Kita semua tahu betapa
jeleknya pengajaran sains di banyak sekolah. Begitu banyak guru SMP dan bahkan
SMA tak memiliki latar belakang sains. Ketika puteri saya duduk di kelas dua
dan saya datang ke sekolahnya, saya tertegun oleh pemandangan bagaimana gurunya
terlihat tak nyaman mengajarkan konsep-konsep sains paling sederhana. Saya
pikir ini lumrah. Dan terdapat kenyataan di mana sains menjadi semakin
esoterik, mempersulit orang awam untuk mencernanya.
Faktanya—dan saya bukan
orang pertama yang bilang begini—setelah Perang Dunia II, para ilmuwan Amerika
menjadi elit terasing. Rahasia-rahasia yang memungkinkan mereka untuk mengubah
dunia justru ikut memungkinkan mereka untuk melalaikan tanggungjawab terhadap
masyarakat. Ilmuwan menjadi kelas di atas masyarakat, ketimbang bagian darinya.
Jadi untuk waktu lama,
sampai tahun 1970-an, banyak ilmuwan Amerika tidak percaya pentingnya mendekati
publik. Itu masa-masa indah, banyak uang mengalir masuk. Panggilan bangun
muncul di tahun 1993, ketika Kongres menolak Superconducting Super Collider.
Itu sinyal nyata bahwa fisikawan mengerjakan sesuatu yang keliru.
Kami belum meyakinkan
masyarakat—atau bahkan semua kolega kami—bahwa membangun alat ini sangat
bernilai. Dan sejak saat itu, kondisi menjadi jelas: untuk mendapatkan uang
demi pekerjaan kami, kami harus menjelaskannya kepada publik. Kegemaran saya
adalah mencoba menyambungkan ide-ide menarik dalam sains dengan kehidupan
masyarakat.
SA: Isu besar publik yang sudah Anda identifikasi adalah
memerangi ajaran kreasionisme di sekolah-sekolah. Selama beberapa tahun
terakhir, Anda menghabiskan waktu dengan bepergian, berdebat dengan para
kreasionis tentang usulan perubahan kurikulum untuk SMA-SMA di Ohio. Apa itu
menyenangkan?
LK: Kurang menyenangkan dibanding apapun yang pernah saya
kerjakan. Meyakinkan orang-orang akan asyiknya sains sangatlah menyenangkan;
berusaha menghindarkan serangan terhadap sains terasa membuang-buang waktu,
meskipun perlu.
Saya dipanggil setelah
beberapa kreasionis diangkat menjadi anggota Standards Committee of the Ohio
State Board of Education. Mereka mengusulkan standar baru untuk menciptakan
kontroversi palsu seputar evolusi dengan memasukkan ide ad hoc yang disebut “rancangan
cerdas” ke dalam pelajaran-pelajaran sains SMA.
Selama nyaris setahun,
saya merasa berada di tengah-tengah kampanye politik. Setelah berakhir, kami
menang dan kalah. Menang karena berhasil mencegah “rancangan cerdas” masuk
pelajaran sains. Kalah karena dalam semangat “keadilan”, dewan menambahkan
kalimat yang isinya, “Siswa mesti tahu bagaimana para ilmuwan terus memeriksa
teori evolusi secara kritis.” Saya menantang ini dengan keras. Saya ingin
isinya “para ilmuwan terus memeriksa segala sesuatu secara kritis.”
Sebagaimana yang saya
cemaskan, kalimat ini membuka pintu bagi klaim kreasionis bahwa terdapat
kontroversi seputar akurasi teori evolusi. Dan ini kembali menghantui kita.
Minggu lalu, saya harus meminggirkan jerih-payah saya karena kaum kreasionis
kembali memainkan permainan lama mereka di Ohio. Salah satu contoh pelajaran
yang muncul adalah kecaman ala rancangan cerdas. Pada dasarnya, mereka
menyelundupkan semuanya lagi, tapi lewat pintu belakang. Ini menjemukan,
sampai-sampai saya ingin berkata, “Baiklah, teruskan saja.” Tapi kemudian saya
sadar inilah yang dianjurkan Phillip Johnson, pengacara yang pertama kali
mengusulkan taktik rancangan cerdas, saat mengatakan, “Kami akan terus dan
terus sampai kami bertahan lebih lama daripada kaum evolusionis.”
SA: Apa para ilmuwan menjebak diri mereka sendiri ketika
berusaha “adil” dan “memberi waktu seimbang” dalam perdebatan dengan kelompok
anti-Darwin?
LK: Ya. Sebab sains bukanlah keadilan. Melainkan
keterujian. Dalam sains, kita membuktikan sesuatu melalui metode empiris, dan
kita membuang sesuatu yang telah terbukti salah. Titik. Begitulah kita maju.
Saya tidak menentang
pengajaran ide-ide berlandaskan keimanan dalam pelajaran-pelajaran agama; saya
hanya menentang pengajarannya seakan itu sains. Saya terusik ketika orang
seperti Bill Gates, yang kedermawanannya saya kagumi, membantu mendanai salah
seorang penganjur utama “rancangan cerdas” dengan menyumbang uang kepada
lembaga think tank konservatif bernama
Discovery Institute. Ya, baru-baru ini mereka mendapat hibah dari Gates
Fundation. Memang betul hibah hampir $10 juta itu, kedua kalinya dari Gates,
tidak mendukung “rancangan cerdas”, tapi itu menambah kredibilitas pada
kelompok yang tujuan dan aktivitasnya, berdasarkan pengalaman saya dengan mereka,
patut dicurigai secara intelektual. Selama perdebatan standarisasi sains di
Ohio, para mata-mata institut terus-menerus berusaha memberi kesan bahwa ada
kontroversi seputar evolusi padahal tidak, dan membingkai perdebatan dalam isu
keadilan padahal tidak. [Catatan editor: Amy Low,
petugas hubungan media yang mewakili Bill and Melinda Gates Foundation,
menyatakan yayasannya “memutuskan tidak menanggapi komentar Dr. Krauss.”]
SA: Mengapa Anda menganggap hibah ini sangat meresahkan
sampai harus mengemukakannya secara khusus di sini?
LK: Sebab kita hidup di masa ketika begitu banyak
pertanyaan sains ditranformasikan ke dalam kampanye hubungan masyarakat—di mana
kebenaran yang muncul menguntungkan siaran berita dan menimbulkan kontroversi.
Ini membahayakan sains dan masyarakat, sebab apa yang kita peroleh dari
obesrvasi dan pengujian tidak boleh tunduk pada negosiasi atau retorika,
seperti dalam politik.
Kelompok kreasionis
mengiris kredibilitas sains ketika mereka meragukan metode kami. Saat berbuat
demikian, mereka mempermudah distorsi temuan sains di bidang-bidang kebijakan
kontroversial.
Kita bisa lihat ini sedang
terjadi pada isu-isu semisal sel punca (stem cell),
aborsi, pemanasan global, dan pertahanan misil. Ketika ujicoba sistem
pertahanan misil tidak berhasil, jawaban Pentagon kurang-lebih berbunyi, “Tak
ada lagi ujicoba sebelum kita membangunnya.”
SA: Antara menulis buku populer dan kegiatan politik
Anda, kapan mengerjakan sains?
LK: Di keheningan malam, di tengah dua pekerjaan
tersebut. Saya mengerjakannya di saat seperti itu—atau saat ada kesempatan
untuk duduk bersama mahasiswa biasa dan pascadoktoral. Rasanya mengagumkan
ketika kami melakukan itu, betapa banyak yang bisa kami capai. Belakangan ini
saya banyak mengandalkannya.
Terkadang berbulan-bulan
saya mengerjakan hal lain, dan saya bisa sangat depresi. Membicarakan sains
memang penting, dan mungkin hal terpenting yang saya lakukan. Tapi jika saya
tidak mengerjakan sains sungguhan, saya merasa seperti penipu. Di sisi lain,
jika saya tidak mengerjakan kegiatan publik, saya juga merasa seperti penipu.
SA: Kenapa penipu?
LK: Sebab sains tidak dikerjakan dalam ruang vakum. Ia
dikerjakan dalam konteks sosial, dan hasil sains berimplikasi penting bagi
masyarakat, meskipun hanya menyediakan pemahaman umum tentang bagaimana
[posisi] kita manusia pas dalam kosmos.
Jadi, menghasilkan
pengetahuan baru saja, tanpa berupaya menyebarkan dan menjelaskannya, tidaklah
cukup. Saya rasa tidak mungkin kita mengharapkan setiap ilmuwan menghabiskan
waktu untuk menjelaskan sains. Tapi di sebuah masyarakat di mana sains sangat
penting dan banyak kekuatan mencoba mendistorsi hasil sains, angkat bicara
sangat krusial bagi sebagian kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar