Oleh
Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari
Persoalan qadha dan qadar bila dibahas, merupakan sesuatu yang bersifat
filsafat dan memang dianggap demikian. Persoalan ilmiah dan kefilsafatan
keduanya termasuk kategori khusus yang ditentukan oleh pokok persoalan dan
kemajuan-kemajuan kajian yang dicapai masing-masing.
Filsafat, Matematika dan persoalan-persoalan alamiah dikelompokkan secara
terpisah karena adanya berbagai sub judul dan sub kelompok yang dikaitkan
dengan pokok persoalan ini. Dari keduanya pengajaran dan sudut pandang pokok
masalah, persoalan-persoalan qadha dan qadar berasal dari kelompok yang sama
dengan filsafat; namun di sini keduanya tidak akan dibahas secara filosofis.
Persoalan takdir ini akan dibahas dalam suatu rangkaian pembahasan di bawah
topik, “Sebab-sebab Kejatuhan Kaum Muslimin”. Persoalan-persoalan ini dapat
dibahas secara historis, kejiwaan, etika, keagamaan dan filsafat. Yang
menghubungkan persoalan-persoalan ini satu sama lain adalah kajian atas dampak
positif dan negatif pada kemunculan dan kejatuhan kaum Muslimin. Meskipun
demikian, tujuan pengajuan pertanyaan ini adalah : Pertama, untuk mengetahui
apakah kepercayaan kepada nasib mempengaruhi orang-orang beriman menjadi lamban
dan malas, tanpa menghiraukan alasan kejatuhan dan kegagalan mereka? Apakah
kepercayaan-kepercayaan itu merupakan jenis keyakinan yang tidak akan memiliki
dampak yang tidak diinginkan, jika dipikirkan secara tepat. Kedua, bagaimana
Islam telah mengajarkan keyakinan-keyakinan ini dan apakah akibat-akibat dari
ajaran-ajaran Islam serta pengaruhnya pada perangai kaum Muslimin?
Saya tidak ingat persis kapan saya mulai mengenal sebab-sebab kejatuhan kaum
Muslimin, dan kapan saya secara pribadi tertarik pada riset tentang ini, saya
menyatakan secara pasti bahwa persoalan ini telah menarik perhatian saya lebih
dari 20 tahun, dan saya telah mengkaji karya-karya lain tentang topik ini
sepanjang waktu itu.
Kemudian, tatkala saya mendapati suatu penulisan atau masalah pembicaraan
mengenai pokok masalah itu, saya menyimak dengan penuh hasrat dan sangat berkeinginan
untuk mengetahui gagasan dan pandangan dari faktor yang lain. Pemah dalam suatu
diskusi setelah ceramah tentang hadits Nabi "Islam merupakan agama yang
paling unggul, dan tidak ada yang bisa melampauinya", kuliah itu diperluas
sampai ke masalah ini. Walaupun apa yang telah saya dengar dan saya baca
tentang pokok ini barangkali berguna, hal itu belum memuaskan saya; sejak saya
menemukan diri saya sangat tertarik untuk memahami persoalan ini. Saya
memutuskan untuk mempelajarinya sedalam mungkin, karena menemukan salah satu
cara untuk reformasi di dunia Islam sekarang sangat tergantung pada pemahaman
kita atas kejatuhannya pada masa lampau dan saat ini. Untuk mencapai hal itu,
adalah sangat penting untuk meninjau kembali pandangan kaum Muslimin dan non-Muslimin
yang ada dan kemudian untuk menghadirkan persoalan-persoalan ini, meski belum
pemah diajukan dari sudut pandang ini hingga sekarang.
Saya telah mencatat keluasan topik dan menyadari bahwa jika ada beberapa studi
yang memadai dan riset filosofis yang dilakukan, berlimpah persoalan yang bisa
dikaji dan diselidiki. Penyelidikan atas semua ini adalah di luar kemampuan
satu orang, atau memerlukan waktu paling sedikit beberapa tahun. Meskipun
demikian, saya memutuskan untuk mengklasifikasikan dan meringkas materi-materi
yang berhubungan dan membahas beberapa darinya sebagai contoh serta memberi
yang lain dengan petunjuk-petunjuk itu. Beberapa macam simpati dan kerjasama
telah dimunculkan untuk membahas suatu persoalan sosial Islam yang penting yang
mengarah kepada suatu rangkaian yang sistematis dan pembahasan-pembahasan yang
bermanfaat.
Tak disangkal lagi bahwa kaum Muslimin memiliki masa-masa kejayaan dan
keagungan yang hebat sekali pada masa lampau. Bukan karena mereka telah
mengatur dunia selama periode itu, menurut almarhum Adib Al-Mamalik Farahani,
dan "telah meletakkan raja-raja di bawah penghormatan dan penguasaan
lautan". Karena dunia telah melihat banyak penguasa dan penakluk yang
memaksakan diri mereka sendiri atas yang lain untuk masa yang singkat, tetapi
tidak bertahan lama. Mereka dilenyapkan dan dihancurkan secara gemilang. Mereka
menyebabkan perubahan di dunia, dan membangun sebuah peradaban yang besar dan
jaya yang berlangsung selama berabad-abad dan merupakan pembawa obor bagi umat
manusia. Bahkan sekarang hal itu dianggap sebagai titik cerah dalam sejarah
peradaban yang dibanggakan. Selama berabad-abad kaum muslimin telah menguasai
seluruh dunia dalam sains, industri, filsafat, seni moralitas, serta
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang maju, yang dari itu orang lain
mengambil banyak keuntungannya. Menurut penulis-penulis Barat yang jujur,
peradaban Eropa baru yang hebat dan gemilang yang mengagumkan mata dan
menakjubkan pikiran dengan keagungan di seluruh dunia itu, diilhami oleh kejayaan
peradaban Islam.
Gustave Le Bon mengatakan "Beberapa orang Eropa malu untuk mengakui bahwa
sebuah kelompok orang-orang kafir dan atheis- yang dimaksud adalah kaum
Muslimin—telah menyebabkan Eropa Kristen meninggalkan kekejaman dan kebodohan,
dan kemudian mereka menyembunyikannya. Pendapat ini sangat tidak berdasar dan
memalukan sehingga ia dapat ditolak dengan mudah. Moral yang mempengaruhi
orang-orang Arab yang diawali dengan Islam ini, telah mendahului bangsa-bangsa
Eropa yang tidak beradab, yang menggulingkan kerajaan Romawi ke arah
kemanusiaan. Juga pengaruh mental kaum Musliminlah yang memperkenalkan sains,
keahlian dan filsafat, yang kita benar-benar tidak mengetahuinya. Jadi kaum
Muslimin adalah pelopor kita selama enam ratus tahun".[1]
Will Durant dalam History of Civilization mengatakan "Kebangkitan dan
kejatuhan peradaban Islam merupakan suatu peristiwa sejarah yang besar. Selama
lima abad dari tahun 81 H sampai 597 H. Islam merupakan suatu kekuatan pelopor
dalam disiplin, perluasan wilayah, moralitas, pengembangan standar kehidupan,
hukum-hukum kemanusiaan yang adil, toleransi agama (menghormati pikiran-pikiran
dan gagasan orang lain), kepustakaan, riset keilmiahan kedokteran dan filsafat
di dunia".[2]
la juga menambahkan "Dunia Islam memiliki berbagai pengaruh pada dunia
Kristen. Bangsa Eropa telah mempelajari makanan, obat-obatan, baju perang,
jaminan keluarga, rasa seni, peralatan-peralatan industri, perdagangan,
navigasi, dan mereka mengambil istilah-istilah itu dari kaum Muslimin. Sarjana-sarjana
Muslim Arab telah memelihara dan memperbaiki Matematika Yunani, Ilmu
Pengetahuan Alam, Kimia, Astronomi, dan Kedokteran Yunani dan mengalihkan
warisan Yunani yang telah diperkaya untuk Eropa. Para Fisikawan Arab telah
mempelajari dan mengubah karya-karya Aristoteles untuk Eropa. Ibnu Sina dan
Ibnu Rusyd menerangi filosof skolastik di Eropa. Pengaruh Islam dicapai melalui
jalan-jalan perdagangan, Perang Salib dan terjemahan ribuan jilid buku-buku
dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin dan perjalanan para Sarjana Guerbret,
Edward Bani, Michel Scott dan lainnya ke Andalus".[3]
Will Durant mengatakan, "Hanya di zaman emas sejarah, satu bangsa telah
dapat memiliki sebanyak mungkin tokoh-tokoh yang terkenal dalam politik,
pendidikan, kesusasteraan, astronomi, geografi sejarah, matematika, semantik,
kimia, filsafat, kedokteran dan sebagainya, sebagaimana yang telah ada pada
abad keempat Hijriah, dari Harun Al-Rashid sampai Ibnu Rusyd, pada masa yang
singkat itu. Bagian dari kegiatan-kegiatan yang terkenal ini mengambil prinsip
karya-karya Yunani, tetapi bagian utama khususnya dalam politik, sastra dan
seni adalah penemuan mereka sendiri".[4]
Memang, ada fenomena yang menyala-nyala dan cahaya berkilauan, yang disebut
Peradaban Islam di dunia yang musnah dan padam. Sekarang, dalam perbandingan
dengan banyak bangsa di dunia dan mengingat kejayaan kaum Muslimin masa lalu,
mereka sedang mengalami suatu kejatuhan dan kemandegan.
Berbagai pertanyaan muncul, apa yang terjadi sehingga kaum Muslimin mengalami
kemunduran setelah semua kemajuan dan perbaikan dalam sains, pengetahuan,
industri dan sistem-sistem itu? Apa dan siapa yang bertanggung jawab bagi
kejatuhan dan kemunduran itu? Apakah ada orang-orang, bangsa atau keadaan
tertentu yang membuat kaum Muslimin menyimpang dari jalan utama mereka, yang
menuju ke arah kemajuan dan kesempumaan? Atau apakah ada faktor tertentu yang
menyimpangkan kaum Muslimin dari jalan mereka secara tidak diharapkan? Namun
adalah tabiat sejarah bahwa setiap bangsa mengalami suatu batas zaman kemajuan
dan perubahan dan kemudian mundur ke arah kebinasaan, kejatuhan dan kehancuran.
Untuk penyimpangan dan kejatuhan kaum Muslimin, kita anggap Islam sendiri yang
bertanggung jawab, sebagaimana anggapan beberapa Kristen barat fanatik atau
kelompok minoritas? Atau apakah tidak ada kaitannya terhadap kaum Muslimin atau
Islam? Apakah karena bangsa-bangsa non-Muslim yang telah menyebabkan kemunduran
Islam selama 14 abad sejarahnya? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini
bukanlah hal yang gampang. Suatu rangkaian panjang pembahasan dan riset yang
cukup mesti dilakukan.
Apa yang diperlukan, sebagai suatu pengantar, untuk disampaikan dalam rangkaian
pembahasan ini adalah grafik-grafik mengenai kejayaan dan kejatuhan kaum
Muslimin yang terdiri dari pokok-pokok sebagai berikut;
1. Fondasi kemuliaan dan martabat peradaban Islam.
2. Sebab-sebab, motivasi-motivasi dan syarat-syarat peradaban Islam.
3. Pengaruh Islam pada kemuliaan kaum Muslimin.
4. Pengambilan peradaban Eropa modern dari Islam.
5. Keadaan dunia Islam sekarang ini dari pandangan kemunduran dan perlambatan.
6. Saat peradaban Islam telah dimusnahkan, Islam tetap sebagai sesuatu yang
hidup aktif dan kekuatan yang luas, dan bersaing dengan seluruh kekuatan
masyarakat baru dan revolusioner.
7. Bangsa-bangsa Muslimin sedang berada di ambang kebangkitan dan kesadaran
baru.
Setelah pengantar pembahasan ini, buku kecil yang terpisah, adalah perlu untuk
memiliki sebuah pembahasan filosofis dan mendalam tentang "hakikat
zaman", yang dikaitkan dengan filsafat sejarah. Untuk mengetahui,
sebagaimana tanggapan beberapa sejarawan, sebab-sebab kemajuan dan perbaikan
suatu bangsa akan juga menyebabkan kemundurannya. Dengan kata lain, sesuatu
faktor dapat mengubah sebuah masyarakat hanya pada kondisi-kondisi khusus dan
selama masa tertentu, dan terikat dengan periode tertentu dari perubahan
sejarah manusia. Faktor ini bukan hanya tidak sanggup membimbing manusia ke
depan jika keadaan, waktu dan tempat berubah dengan munculnya fajar sejarah
baru, tetapi akan juga menyebabkan kemandegan, perlambatan dan kemunduran
dengan sendirinya.
Kalau pendapat ini benar, maka setiap peradaban dimusnahkan oleh faktor-faktor
yang sama yang telah menampakannya, kemudian tidak inembutuhkan
perantara-perantara luar. Faktor-faktor kuno selalu mundur dan karena itu
disebut reaksioner, sedangkan yang baru adalah progresif. Faktor-faktor
kemasyarakatan baru menciptakan peradaban baru yang bertentangan dengan
peradaban sebelumnya.
Jika prinsip ini benar, peradaban Islam tentu tidak terkecuali. Karena itu
adalah sia-sia untuk membicarakan mengenai alasan-alasan kemunduran kaum
Muslimin secara bebas dan sebagai bagian persoalan yang terpisah dari
sebab-sebab dan faktor-faktor penciptaan peradaban Islam.
Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip ini, adalah tidak perlu menganggap
seseorang, bangsa atau peristiwa tertentu yang bertanggung jawab bagi
kemunduran kaum Muslimin. Penghancuran peradaban Islam akan terjadi lebih cepat
atau lebih lambat sebagaimana dengan peradaban manapun. Hal ini benar andaikan
beberapa kehidupan lain dihadapi dengan kematian wajar atau yang tidak terduga.
Peradaban Islam muncul, menyebar, melewati masa mudanya, dewasa dan kemudian
mati. Keinginan pemulihannya adalah sebagaimana keinginan kebangkitan kembali
dari kematiannya, yang tidak dapat dibenarkan sesuai dengan hukum-hukum alam
dan hanya dapat dibenarkan melalui suatu mukjizat dan perbuatan gaib, yang
betapapun melampaui kesanggupan manusia biasa.
Karena itu, setelah pembahasan pengantar yang menggambarkan kebesaran dan
kejatuhan kaum Muslimin adalah saat untuk pembahasan filosofis dan kesejarahan
kejatuhan yang tak dapat diabaikan, karena banyak ungkapan-ungkapan dangkal
yang dipertahankan dalam hal ini, sementara banyak yang mempercayainya.
Penyempumaan pembahasan filosofis ini, dikaitkan dengan rangkaian-rangkaian
pembahasan yang tergantung pada pemahaman pembicaraan mengenai cocok dan
tidaknya Islam dengan keadaan-keadaan zaman. Pembahasan ini terdiri dari dua
bagian: Pertama, semata-mata filosofis, sedang yang kedua keislaman. Kedua
bagian ini dapat ditelusuri dan diselidiki sebagai "Islam dan urgensinya
di dunia".
Bila kita terlepas dari pembahasan ini, kita tidak bisa menerima prinsip
filsafat sejarah yang telah disebutkan di atas dan tidak perlu memandang
sebab-sebab kejatuhan kaum Muslimin dan prestasi-prestasi mereka. Maka, bukan
saatnya untuk mempelajari sebab-sebab dan alasan-alasan stagnasi,
ketergantungan, kemunduran kaum Muslimin, serta apapun yang dibicarakan orang
lain.
Mengenai pandangan-pandangan orang lain, kaum Muslimin atau bukan, adalah sama,
dan semua pokok persoalan, urusan dan peristiwa-peristiwa lazim dikaitkan
dengan probabilitas dan kemungkinan ini, bagian ini harus ditelusuri pada tiga
bab utama: Islam, kaum Muslimin dan perantara-perantara luar.
Masing-masing dari bagian-bagian ini terdiri dari sejumlah pokok dan persoalan.
Misalnya, dalam bab tentang Islam, seseorang mungkin mengemukakan
pemikiran-pemikiran dan kepercayaan-kepercayaan Islam yang efektif dalam
kemunduran kaum Muslimin. Yang lain melihat etika-etika Islam, kelemahan dan
sebab-sebab kemunduran, sementara yang lain bisa saja menyebut hukum-hukum
kemasyarakatan Islam sebagai penyebab kejatuhan mereka.
Dalam bab kejatuhan kaum Muslimin dan perantara-perantara luar, ada juga bagian
terbesar yang harus didiskusikan semuanya.
Di antara pemikiran-pemikiran dan kepercayaan-kepercayaan Islam,
persoalan-persoalan berikut dikemukakan sebagai sekian di antara yang
dipersalahkan.
1. Percaya kepada qadha dan qadar
2. Percaya kepada hari kiamat dan peremehan perkara-perkara dunia
3. Syafa'at
4. Taqiyah
5. Penantian Al-Mahdi
Dari lima perkara yang disebutkan di atas, tiga bersifat umum bagi kaum Syiah
dan Sunni, sedangkan dua yang terakhir merupakan karakteristik kaum Syiah.
Kadang-kadang dikatakan bahwa alasan bagi semua kaum Muslimin itu adalah
kepercayaan yang besar kepada qadha dan qadar, dan kadang-kadang dikatakan
bahwa perhatian besar Islam tentang hari kiamat, hari akhirat, dan peremehan
kehidupan duniawi, menyesatkan perhatian kaum Muslimin dari pemikiran yang
sungguh-sungguh mengenai persoalan-persoalan kehidupan ini. Kadang-kadang
dikatakan bahwa kepercayaan kepada syafa'at yang muncul sepanjang sejarah Islam
(kecuali bagi beberapa orang dan dewasa ini kelompok khusus), telah membuat
kaum Muslimin tidak menghiraukan dosa-dosa yang berakibat negatif bagi
kebahagiaan manusia. Penyandaran diri kepada syafa'at, memberanikan kaum
Muslimin untuk melakukan perbuatan jahat dan kerusakan.
Apa yang dituduhkan terhadap Muslim Syiah, khususnya dalam pemikirannya, adalah
taqiyyah dan penantian Al-Mahdi. Dikatakan bahwa taqiyyah mengajarkan
kemunafikan dan, membuat kaum Syiah lemah. Juga dikatakan bahwa persoalan
penantian Al-Mahdi telah menyita perhatian kaum Syiah terhadap pembangunan.
Sementara rakyat dan bangsa-bangsa lain sedang memikirkan bagaimana cara untuk
memperbaiki nasibnya, kaum Syiah menunggu tangan-tangan gaib untuk menjamahnya
dan berbuat sesuatu.
Dalam etika-etika Islam, kebahagiaan, kedamaian, kesabaran, ketaatan dan
kepercayaan dianggap menjadi sebab kemunduran kaum Muslimin. Di antara
ajaran-ajaran Islam, persoalan pemerintahan dan perwakilan-perwakilannya,
haruslah dipelajari karena, menurut beberapa orang, Islam tidak mengkhususkan
sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kaum Muslimin mengenai persoalan penting
ini.
Hukum pidana Islam telah dicampakkan selama bertahun-tahun dan karena itu,
banyak negeri Islam yang mengambil hukum di lain tempat, dan akan merasakan
akibatnya. Bagaimanapun juga hukum pidana Islam merupakan salah satu topik yang
harus dibahas.
Hukum-hukum perdata Islam memasukkan hal-hal yang berlawanan dengan yang
dibangkitkan gelombang oposisi, seperti hak-hak wanita dan yang lain ialah
hukum-hukum ekonomi Islam mengenai kepemilikan, warisan dan sebagainya.
Kendala-kendala yang Islam telah menentukan hubungan Muslim dengan bukan
Muslim, seperti mengenai perkawinan di antara mereka, atau ketidaksucian
orang-orang bukan Muslim atau hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
keislaman, adalah di antara topik-topik yang dibahas orang. Mereka menganggap
ini sebagai sebab-sebab kemunduran kaum Muslimin.
Inilah semua pokok yang harus dikaji secara cermat dalam bab tentang
"Islam", dalam rangkaian pembahasan ini. Untungnya, ada kesempatan
yang tepat untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan demikian. Melalui
penjernihan persoalan-persoalan ini maka kita dapat menguatkan keimanan para
pemuda dan kaum cendekiawan serta menyingkirkan keragu-raguan dari pikiran
mereka.
Kini giliran membahas "kaum Muslimin". Dalam bagian ini perhatian
kita mengarah pada kaum Muslimin itu sendiri, yakni ajaran Islam tidak
menyebabkan kemunduran umatnya; pengabdian dan penyimpangan mereka dari
ajaran-ajaran Islam membawa mereka kepada kejatuhan dan mereka bertanggung
jawab terhadap keterbelakangan mereka sendiri.
Bab ini terdiri dari beberapa bagian yang berbeda: pertama, persoalan-persoalan
penyimpangan harus dikenali. Apakah itu berasal dari Islam, dan apakah semua
atau sebagian kaum Muslimin ikut bertanggung jawab terhadap kemunduran ini.
Islam muncul di kalangan Bangsa Arab. Bangsa-bangsa lain seperti Iran, Mesir,
India dan sebagainya berada di bawah panji Islam. Tiap-tiap bangsa ini memiliki
identitas, rasa, etika dan karakteristik kesejarahan sendiri-sendiri. Suatu kajian
mesti dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian dari bangsa-bangsa
ini telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni karena kebangsaan, ras atau
pemujaan-pemujaan yang khusus bagi mereka. Akankah kaum Muslimin dan kehidupan
mereka memiliki nasib yang lain jika, misalnya, Islam menyusup ke dalam
bangsa-bangsa lain seperti Eropa? Ataukah kaum Muslimin tidak berperan dalam
proses ini? Apakah semua hal yang terjadi dalam Islam dan kaum Muslimin
disebabkan oleh seluruh kelompok kaum Muslimin ataukah hanya dari dua kelas
berpengaruh, yakni penguasa dan ulama?
Terdapat sangat banyak referensi dalam bab tentang perantara-perantara luar
yang harus kita perhatikan. Sejak awal, Islam telah mendapat tantangan secara
keras dari luar maupun dalam; Yahudi, Kristen, tukang sihir dan kaum bid'ah di
antara kaum Muslimin dan telah begitu aktif menikam Islam dari belakang.
Kebanyakan mereka berpengaruh besar pada perubahan dan pengalihan kebenaran
melalui tempaan dan kemapanan adat, atau melalui penciptaan berbagai sekte atau
memperburuk percekcokan di antara kaum Muslimin. Dalam sejarah Islam banyak
gerakan keagamaan dan politik dihasut oleh kaum kafir dalam usaha untuk
melemahkan atau memusnahkan Islam.
Dunia Islam telah diserang secara keji oleh musuh-musuhnya. Serangan kaum Salib
dan tentara Mongol merupakan contoh yang baik. Kedua invasi ini punya pengaruh
yang besar terhadap kemunduran kaum Muslimin. Yang paling berbahaya dari semua
ini adalah penjajahan barat, yang di abad-abad belakangan ini telah mengarahkan
kaum Muslimin di bawah penindasan mereka.
Karena itu pokok-pokok yang harus dibicarakan dalam rangkaian pembahasan ini
adalah sebagai berikut:
1. Kejayaan dan kejatuhan kaum Muslimin. Ini merupakan pengantar untuk
pembahasan yang lain.
2. Islam dan keadaan-keadaan sejarah. Pembahasan terdiri dari dua bagian:
pertama, berkaitan dengan filsafat sejarah. Yang kedua, kualitas adaptasi
hukum-hukumnya dengan faktor-faktor perubahan zaman.
3. Qadha dan Qadar
4. Kepercayaan pada hari kebangkitan dan dampaknya pada kemunculan dan
kejatuhan umat.
5. Syafa'at
6. Taqiyyah
7. Penantian
8. Etika-etika Islam
9. Pemerintahan menurut pandangan Islam.
10. Ekonomi Islam
11. Hukum-hukum Islam
12. Hak-hak Wanita dalam Islam
13. Hukum-hukum Internasional Islam
14. Hal-hal penyimpangan
15. Penempatan, perubahan dan penciptaan tradisi-tradisi
16. Pertentangan Syiah dan Sunni. Dampaknya pada kejatuhan kaum Muslimin
17. Asy'ariyah dan Mu'tazilah
18. Kebekuan dan penjelasan
19. Filsafat dan tasawuf
20. Para penguasa di dunia Islam
21. Kaum Ulama
22. Kegiatan-kegiatan yang merusak dari golongan minoritas di dunia Islam.
23. Sekte Syu'biah
24. Perang Salib
25. Kejatuhan Andalusia
26. Invasi kaum Mongol
27. Penjajahan
Kira-kira dua puluh tahun lalu, selama studi keagamaan saya di pusat agama di
Qum, ketika untuk pertama kali saya menyadari bahwa orang-orang Barat
menganggap kepercayaan kepada qadha dan qadar merupakan salah satu dari
alasan-alasan atau penyebab utama bagi kemunduran kaum Muslimin, saya telah
membaca jilid kedua dari buku Hayat Muhammad dengan editor Dr. Muhammad Husein
Heikal. Kesimpulan akhir dari buku ini terdiri dari pembahasan:
1. Peradaban Islam seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an.
2. Kaum Orientalis dan peradaban Islam.
Dalam pembahasan kedua, terdapat kutipan dari seorang penulis Amerika terkenal,
Washington Irving, yang menulis buku tentang kehidupan Nabi Muhammad. Kutipan
Dr. Heikal, Washington Irving menjelaskan prinsip-prinsip dan doktrin
(yurisprudensi) Islam pada akhir bukunya. Setelah menyebutkan Iman kepada
Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para nabi dan hari akhirat, ia
mengatakan "Yang terakhir dan yang keenam dalam hukum-hukum Islam ialah
percaya tentang determinisme. Untuk memperbaiki peperangannya, Muhammad telah
menggunakan prinsip ini, karena sesuai dengan prinsip ini, kejadian-kejadian
yang terjadi di dunia ini semuanya telah ditentukan oleh Allah dan telah
ditulis bagi setiap orang catatannya, sebelum lahir ke dunia. Takdir, kelahiran
dan kematian dari setiap orang telah ditentukan, tidak dapat diubah, dan tidak
punya alternatif lain. Pandangan-pandangan semacam ini dianggap benar bagi kaum
Muslimin dan mereka telah mempercayainya. Pada masa perang mereka menyerang
musuh tanpa rasa takut. Bagi mereka mati dalam peperangan dianggap syahid yang
dijamin sorga bagi mereka. Oleh karena itu, mereka yakin bahwa apakah mereka
terbunuh atau dikalahkan oleh musuh, mereka tetap menang.
Sebagian kaum Muslimin percaya, bahwa gagasan determinisme yang mengatakan
bahwa manusia adalah tidak bebas untuk menghindari dosa dan menolak hukuman dan
bahwa mengurangi kehendaknya dalam hal ini adalah bertentangan dengan keadilan
dan rahmat Allah. Sejumlah aliran yang telah muncul itu berupaya dan masih
mencoba untuk mengubah dan menjelaskan gagasan keimanan yang menakjubkan.
Sekte-sekte itu hanya beberapa dan kurang diperhitungkan di kalangan para
pengikut Sunnah Nabi. Tidak ada kepercayaan lain yang dapat menyeret
prajurit-prajurit congkak dan bebal ke medan perang dan menjanjikan mereka
bahwa mereka akan memperoleh ghanimah, jika mereka hidup, dan akan dimasukkan
ke dalam sorga bila mereka syahid. Keyakinan inilah yang membuat mereka sangat
berani dan bersemangat sehingga tidak ada tentara lain yang akan mampu
menghadapi mereka. Betapapun demikian, kepercayaan yang sama mengandung racun
yang menghapuskan pengaruh Islam. Tatkala para pengganti Nabi menghentikan aksi
militer mereka dan menaklukkan dunia serta meletakkan senjata mereka, gagasan
determinisme memperlihatkan watak penghancumya.
Kedamaian dan ketenangan telah melemahkan syaraf kaum Muslimin dan
kebutuhan-kebutuhan kebendaan, yang pemakaiannya diperkenankan oleh Al-Qur'an,
dan yang membedakan Islam dari Kristen sebagai agama atau kesucian dan
penyangkalan diri, juga mempengaruhinya. Kaum Muslimin menganggap penderitaan
dan kesengsaraan yang menimpa mereka, disebababkan takdir mereka dan dianggap
pantas menerimanya, karena menurut pandangan mereka, ilmu dan usaha manusia
tidak akan sanggup mengubahnya. Para pengikut Muhammad tidak mempedulikan
prinsip, "Tolonglah dirimu maka Tuhan akan menolongmu" tetapi
mempercayai sebaliknya. Dengan alasan yang sama "Salib" dipengaruhi
"Bulan Sabit". Jika pengaruh "Bulan Sabit" masih ada di
Eropa sekarang, hal itu dikarenakan pemerintahan-pemerintahan Kristen agung
yang memutuskan demikian. Dengan kata lain, pengaruh yang permanen dari
"Bulan Sabit" adalah akibat dari persaingan di antara para penguasa
Kristen yang besar, atau pengaruh permanennya adalah suatu alasan untuk
peraturan bahwa barangsiapa yang memperoleh segala sesuatu dengan kekuatan
pedang, perolehan itu akan diambil kembali darinya dengan pedang pula.
Dalam menanggapi orang Amerika ini, Dr. Heikal memberikan penjelasan-penjelasan
terperinci sesuai dengan rasa dan pikirannya bahwa, meskipun hal itu menyangkut
beberapa pemikiran yang benar, sama sekali tanpa disiplin kefilsafatan dan
karena itu dapat dikritik dan ditolak.
Dalam buku ini, kami akan menjelaskan betapa tanpa dasamya pemikiran tuan
Irving dan para pemikir Barat lainnya. Juga akan diungkapkan bahwa terdapat
pertentangan yang besar antara takdir dan Islam dengan gagasan determinisme.
Al-Qur'an Al-Karim telah menegaskan kemerdekaan dan kebebasan manusia dalam
berbagai ayat. Mereka yang memilih kemerdekaan dan menganggap determinisme
sebagai konsep yang bertentangan dengan keadilan dan Rahmat Allah (yakni Syiah
dan Mu'tazilah) tidak menentang ajaran-ajaran Al-Qur'an, sebagaimana yang
diklaim oleh kaum orientalis, dan tujuan mereka bukan "mengatur"
ungkapan Al-Qur'an; mereka telah menyesuaikan pandangan mereka dengan
Al-Qur'an.
Washington Irving, yang meskipun menurut Dr. Heikal adalah seorang Kristen
fanatik dan menyebut agama Kristen suci serta penuh kepuasan karena
pengabdiannya pada masalah-masalah duniawi dan mengutuk Islam karena
memperhatikan masalah-masalah kehidupan, menghimpun pengetahuan Ilahi kuno
secara tajam.
Apakah mungkin menjadi seorang Atheis dan mengingkari keabadian ilmu Ilahi
tentang segala sesuatu? Apakah tercela bagi Al-Qur'an untuk menganggap Tuhan sebagai
wujud yang mengetahui semua peristiwa dan kejadian keabadian?
Irving mengatakan, "Para pengikut Muhammad Saw tidak mengindahkan kaidah,
"Tolonglah dirimu, maka Tuhan akan menolongmu". Penulis ini tidak
menghiraukan bacaan dan terjemahan Al-Qur'an, sekurang-kurangnya sekali, jika
tidak tentu tidak mengemukakan anggapan seperti itu. Al-Qur'an menuliskannya
secara eksplisit, Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (Duniawi), maka
Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang
Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahanam, ia akan memasukinya
dalam keadaan tercela dan temsir.[5] Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan
akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah
mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan
baik.[6] Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu,
Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tak dapat
dihalangi.[7]
Para pengikut Muhammad telah menemukan ajaran yang paling baik, dan itu adalah
:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.[8]
Sebagai pengganti "Tolonglah dirimu" yang mungkin berarti kepentingan
pribadi dan kerakusan, Al-Qur'an Al-Karim telah menyatakan, "Bantulah
Tuhan" yang memiliki arti umum, manusiawi dan demi manusia. Misteri
kemenangan "Salib" atas "Bulan Sabit", yang adalah nyata
dan permanen bagi tuan Washington Irving, merupakan sebuah topik yang akan kita
bicarakan dalam kesempatan pembahasan ini, bila pantas.
Pandangan ini bukan khas pendapat tuan Irving. Dengan mengaji karya dari
penulis Barat tentang persoalan ini—bahkan mereka telah membuktikan kejujuran
sampai tingkat tertentu—kita dapat melihat pemikiran mereka yang sama. Mereka
semua memandang Islam sebagai agama determinisme. Kenyataannya adalah bahwa
sebagian dari mereka tidak menganggap pemikiran ini sebagai sesuatu yang
terlibat dalam kemunduran kaum Muslimin sedangkan yang lain menyebutkan keterlibatan
sebagai faktor utama.
Will Durant dalam The History of Civilization, setelah menyebutkan
konsep-konsep dari beberapa ayat dalam Al-Qur'an mengenai Ilmu dan Kehendak
Ilahi, mengatakan bahwa determinisme adalah sebuah persyaratan ideologi Islam.
la menambahkan: "Akibat kepercayaan ini kaum Muslimin menerima kehidupan
yang sangat sulit dan ikhlas, tetapi pada abad-abad belakangan ini kepercayaan
yang sama telah menghalangi perbaikan bangsa-bangsa Arab dan melumpuhkan
pemikiran mereka".[9]
Meskipun demikian, Gustave Le Bon berpendapat bahwa kepercayaan terhadap takdir
determinisme tidak berperanan dalam kemunduran kaum Muslimin dan
penyebab-penyebab kejatuhan itu mesti dicari pada hal lain.
Pada mulanya saya bermaksud untuk menyebutkan semua pokok mengenai kejayaan dan
kemunduran kaum Muslimin dalam pengantar buku ini, namun kemudian saya mengubah
niat saya dan memutuskan untuk memasukkan pokok-pokok masalah itu dalam sebuah
buku tersendiri dan menempatkannya pada permulaan rangkaian pembahasan ini.
Karena saya menyadari bahwa hal itu menjadi panjang jika semua rincian yang
penting ditulis dan kata pengantar akan menjadi lebih panjang daripada buku itu
sendiri, karena itu saya memutuskan untuk mencukupkan kata pengantar ini, yang
merupakan suatu sampel dari keseluruhan pokok masalah untuk sementara, dan
kemudian memberikan perincian yang berkenaan dengan pokok masalah itu dalam
suatu buku tersendiri serta memasukkannya dalam kata pengantar untuk volume
pertama dari rangkaian pembahasan ini.
Dalam buku ini semua pokok masalah dan persoalan mengenai qadha dan qadar tidak
dipaparkan, karena tujuan utama adalah untuk melacak akibat dari pemikiran dan
gagasan ini pada kemunduran kaum Muslimin. Oleh karena itu, bagian yang tidak
relevan dikesampingkan.
Takdir mempunyai sejarah yang panjang di kalangan kaum Muslimin dan telah
dikemukakan sejak permulaan Islam. la dibahas oleh para mufassir, penceramah,
filosof, sufi, bahkan para penyair dan sastrawan. Pelacakan proses persoalan
ini di kalangan kelompok-kelompok ini, dengan sendirinya memerlukan sebuah buku
tersendiri. Lagi pula, terdapat banyak sekali ayat dan hadis yang merupakan
contoh-contoh kedalaman ideologi Islam mengenai persoalan itu. Ayat-ayat dan
hadis-hadis yang sama telah menjadi petunjuk bagi para filosof Muslim dan telah
memperkaya serta menyegarkan kembali filsafat ketuhanan Islam yang tidak dapat
dibandingkan dengan filsof Yunani sebelum Islam. Penyelidikan ayat-ayat dan
hadits-hadits ini merupakan suatu pembahasan yang panjang dan menarik.
Selanjutnya, dalam ideologi Islam terdapat persoalan-persoalan mengenai pokok
masalah ini. Mempertimbangkan prinsip-prinsip alasan yang logis pada satu sisi
dan karya-karya hadits pada sisi yang lain, tak dapat diungkapkan secara mudah.
Sebagai contoh, peristiwa Al-Qadr yang secara jelas disebutkan dalam Al-Qur'an
secara umum disepakati oleh Syiah maupun Sunni. Demikian juga persoalan
"Kejadian" merupakan salah satu ideologi khusus Syiah dan berasal
dari Al-Qur'an.
Jika gagasan determinisme kehendak bebas, kualitas kebebasan manusia, dan
kehendak adalah juga ditelusuri dari berbagai aspek kejiwaan, moral,
kefilsafatan dan sosial, ia akan mencakup halaman yang banyak sekali.
Sekarang Anda menyetujui bahwa jika semua ini diungkapkan dalam buku yang Anda
pegang ini, ia akan menjadi sebuah buku yang tebal dan tidak sesuai satu judul,
"Pembahasan Mengenai Sebab-sebab Kemunduran Kaum Muslimin". Semoga
Allah Yang Mahakuasa membantu dan merahmati kita.
20 Dzulhijjah 1385H.
Catatan:
[1] The Civilization of Arab and Islam Edisi ke IV hal. 751.
[2] The History of Civilization Vol. II hal. 317.
[3] Ibid vol. II, hal. 319.
[4] Ibid.
[5] Q.S. 17: 18-20.
[6] Q.S. 17: 18-20.
[7] Q.S. 17: 18-20.
[8] Q.S. 47 : 7.
[9] The History of Civilization, vol. II hal. 42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar