(Foto: Nama-nama 12 Imam Ahlulbait di Madinah)
IMAM JA’FAR as pun melanjutkan jawabannya: “Abu
Shakir. Anda sudah menuduh saya bahwa saya telah merekayasa cerita dan meminta
orang-orang untuk menyembah Allah yang tidak bisa dilihat mata. Anda menolak
untuk mengakui keberadaan Allah karena DIA tidak bisa dilihat. Sekarang saya
ingin bertanya kepada Anda, apakah Anda bisa melihat apa-apa saja yang ada di
dalam tubuh anda?”
ABU SHAKIR menjawab: “Tidak. Aku tidak
bisa melihatnya.”
IMAM JA’FAR (as): “Kalau Anda tidak bisa
melihat apa-apa yang ada di dalam tubuh Anda, maka sebaiknya Anda tidak
mengatakan bahwa Anda tidak percaya kepada keberadaan Allah hanya karena Anda tidak
pernah melihatnya.”
ABU SHAKIR: “Apa hubungannya antara melihat
kedalam tubuh seseorang dengan percaya kepada Tuhan yang tidak bisa kita
lihat?”
IMAM JA’FAR (as): “Engkau sendiri yang mengatakan
bahwa kalau sesuatu itu tidak bisa dilihat, disentuh, dirasakan, didengar, maka
sesuatu itu tidak ada.”
ABU SHAKIR: “Betul. Memang betul begitu. Aku
sendiri yang mengatakan itu dan aku sendiri percaya bahwa itu benar adanya”
IMAM JA’FAR (as): “Apakah Anda bisa mendengar
gerakan aliran darah yang ada di dalam tubuh Anda?”
ABU SHAKIR: “Tidak. Aku tidak bisa
melihatnya. Akan tetapi apakah darah itu bergerak di dalam tubuh kita?”
IMAM JA’FAR (as): “Betul. Darah itu bergerak
ke seluruh tubuh kita. Apabila peredaran darah itu berhenti selama beberapa
menit saja, maka Anda akan mati.”
ABU SHAKIR: “Aku tidak percaya bahwa darah
itu beredar di dalam tubuh manusia.”
IMAM JA’FAR (as): “Kebodohan Anda-lah yang
membuat Anda tidak percaya bahwa darah itu beredar di dalam tubuh kita, dan
kebodohan yang sama Anda tunjukkan ketika Anda berkata bahwa Anda tidak percaya
kepada Allah, yang tidak bisa dilihat mata.”
Kemudian
IMAM JA’FAR (as) bertanya kepada Abu
Shakir apakah ia pernah melihat makhluk hidup yang kecil-kecil yang diciptakan
oleh Allah di dalam tubuh kita. Imam Ja’far melanjutkan: “Karena
makhluk-makhluk kecil inilah yang bekerja secara ajaib di dalam tubuh Anda sehingga
Anda masih bisa hidup sekarang ini. Makhluk-makhluk kecil ini begitu kecilnya
sehingga Anda tidak akan bisa melihatnya. Karena Anda itu sudah diperbudak oleh
panca indera Anda, maka Anda tidak bisa tahu tentang keberadaannya. Apabila Anda
menambah pengetahuan Anda dan mengurangi kebodohan Anda, maka Anda akan
mengetahui bahwa makhluk-makhluk kecil di dalam tubuh Anda itu sama banyaknya
jumlahnya dengan butiran pasir di padang pasir.
Makhluk-makhluk
kecil ini lahir dan besar di dalam tubuh Anda. Mereka berkembang biak di dalam
tubuh Anda, dan mereka bekerja di dalam tubuh Anda dan kemudian mati juga di
dalam tubuh Anda. Akan tetapi Anda tidak akan pernah melihat mereka; tidak akan
pernah bisa menyentuh mereka; merasakan mereka atau mendengar mereka seumur
hidup Anda.”
Orang
yang mengenali dirinya akan mengenali Tuhan-nya. Apabila Anda mengetahui diri Anda
dengan baik dan memiliki pengetahuan tentang apa yang terjadi di dalam tubuh Anda,
maka Anda tidak akan pernah berkata bahwa Anda tidak percaya kepada Allah,
walaupun Anda tidak pernah melihat-Nya.
Kemudian
IMAM JA’FAR (as) menunjuk kepada
sebuah batu yang besar sambil berkata kepada ABU SHAKIR: “Apakah Anda lihat batu itu, yang ada di kaki
serambi? Untuk Anda mungkin itu kelihatan tidak bernyawa, tidak hidup. Karena Anda
tidak melihat pergerakan cepat yang ada di dalam batu itu. Sekali lagi. Ini
adalah karena kebodohan Anda maka Anda tidak akan bisa percaya bahwa ada
pergerakan di dalam batu itu. Nanti akan datang suatu masa dimana orang-orang
pintar akan dapat melihat dan memahami pergerakan yang ada di dalam batu itu.”
IMAM JA’FAR (as) melanjutkan: “Abu Shakir, Anda
sudah mengatakan bahwa segala sesuatu itu di alam semesta ini tercipta dengan
sendirinya dan tidak ada yang namanya Sang Pencipta. Apakah Anda mengira bahwa
rumput di padang rumput itu tumbuh dan menjadi hijau dengan sendirinya? Anda
harus tahu bahwa rumput itu tidak bisa tumbuh tanpa adanya benih-benih rumput
dan benih-benih rumput itu tidak akan berkecambah tanpa adanya kelembaban di
dalam tanah dan kelembaban di dalam tanah itu tidak akan pernah ada tanpa
adanya air hujan yang turun. Air hujan itu juga tidak akan turun dengan
sendirinya. Pertama, uap air itu naik ke udara dan kemudian berkumpul di atas
dan membentuk awan. Kemudian angin membawa awan-awan itu. Setelah itu uap
air yang ada di awan itu mengental dan menjadi titik-titkk air, kemudian
jatuhlah ke bumi menjadi hujan. Hujan itupun harus jatuh pada saat yang tepat,
karena kalau tidak maka rumput itu tidak akan tumbuh dan tidak akan menjadi
hijau. Ambil-lah biji-bijian atau benih-benih dari sepuluh macam tumbuhan dan
tempatkanlah di dalam sebuah toples yang tertutup. Berilah air yang cukup; akan
tetapi tutuplah dan jangan beri udara. Apakah benih-benih itu akan tumbuh
menjadi kecambah? Tidak. Tidak mungkin. Karena selain air, tumbuhan juga
memerlukan udara.
Kita
juga bisa menumbuhkan rumput, tanaman lainnya dan juga buah-buahan di dalam
rumah yang panas apabila di luar sangat dingin, asal di dalamnya ada cukup
udara. Tanpa adanya udara, tidak mungkin ada rumput yang tumbuh di padang
rumput dan tidak mungkin rumput berwarna hijau. Apabila tidak ada udara, maka
semua tumbuhan; semua hewan dan juga termasuk manusia semuanya akan mati.
Abu
Shakir, apakah Anda pernah melihat udara yang sangat diperlukan untuk
keberadaan Anda? Anda hanya merasakannya ketika ia bergerak. Apakah Anda akan
menolak keberadaan udara hanya karena Anda tidak bisa melihatnya? Apakah Anda bisa
menyangkal bahwa untuk tumbuh dan untuk menjadi hijau, rumput itu memerlukan
banyak unsur seperti benih-benih rumput, tanah yang subur, air, udara, dan
iklim yang cocok dan di atas itu semua ada kekuatan dasyhat yang mengendalikan
semua unsur itu sehingga bisa bekerja sama untuk menumbuhkan rumput dan
menjadikannya menjadi hijau. Kekuatan yang dasyhat yang mengatur semua unsur
itu ialah Allah.
Anda
mengatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi atau tercipta dengan sendirinya
karena anda bukan seorang ilmuwan. Seorang ilmuwan tidak akan berkata seperti
itu. Setiap ilmuwan dan para cerdik cendikia percaya kepada satu sosok Maha
Pencipta walaupun mereka menyebutnya dengan nama-nama yang berlainan. Bahkan
mereka yang tidak percaya kepada Allah sekalipun masih percaya akan adanya sebuah
kekuatan yang Maha Pencipta.
Abu
Shakir, sebenarnya manusia itu tidak percaya kepada Allah bukan karena ia
memiliki ilmu yang tinggi, malah melainkan karena ia itu memiliki kebodohan
yang amat sangat. Ketika seorang bijak berpikir tentang dirinya, maka segera ia
mengetahui bahwa tubuhnya itu memiliki sesosok Maha Pengatur yang membuat semua
organ tubuh dan sistem tubuhnya bisa berfungsi dengan baik dan lancar.
Anda
tadi mengatakan bahwa kita berdua telah menciptakan Tuhan kita masing-masing.
Anda menciptakan Tuhan dengan kedua tangan Anda; sedangkan saya Anda tuduh
telah menciptakan Tuhan dengan khayalan saya. Akan tetapi meskipun begitu, ada
perbedaan besar antara Tuhan yang Anda sembah itu dengan Allah, Tuhan saya.
Tuhan Anda itu tidak pernah ada sebelum Anda menciptakannya dari kayu atau
batu; sedangkan Tuhan saya dari dulu sudah ada sebelum saya berpikir tentang
diri-Nya. Saya tidak menciptakan Allah dengan kedua tangan saya atau dengan
otak saya. Apa yang saya lakukan ialah hanya berusaha untuk mengetahui-Nya
lebih baik lagi dan berpikir tentang ke-Maha-Besaran-Nya. Ketika anda melihat
sebuah gunung, maka Anda berusaha untuk mengetahui gunung itu lebih jauh. Itu
artinya Anda tidak menciptakan gunung itu dengan khayalan Anda. Gunung itu
sudah ada di sana sebelum Anda melihatnya dan gunung itu masih akan tetap berada
di sana setelah anda mati.
Anda
tidak bisa mengenal atau mengetahui gunung itu lebih jauh karena Anda memiliki
pengetahuan yang terbatas tentang gunung itu. Seiring dengan pengetahuan Anda
yang berkembang tentang gunung itu, maka semakin banyak yang Anda bisa pelajari
dari gunung itu. Anda tidak mungkin mengetahui dengan pasti kapan dan bagaimana
gunung itu muncul dan kapan serta bagaimana gunung itu nanti hilang. Anda tidak
bisa mengetahui mineral apa saja yang terkandung di dalam gunung itu dan apa
saja manfaatnya untuk manusia.
Apakah
Anda tahu bahwa batu-batu yang Anda jadikan berhala-berhala itu sudah terbentuk
menjadi batu selama ribuan tahun yang lalu dan batu-batu itu akan tetap ada
selama ribuan tahun lagi lamanya? Batu-batu ini tiba di sini dari tempat yang
sangat jauh. Batu-batu ini bisa berjalan jauh sekali karena bagian-bagian bumi
itu senantiasa bergerak; akan tetapi pergerakannya itu sangat lambat sehingga Anda
tidak bisa merasakannya sama sekali.
Tidak
ada di alam semesta ini yang tidak bergerak. Beristirahat atau diam di tempat
itu tidak memiliki arti sama sekali dan tidak berguna sama sekali. Kita tidak
pernah beristirahat walaupun kita sedang dalam keadaan tidur. Kita ini bergerak
karena bumi yang kita pijak ini pun bergerak. Selain itu, kita juga punya
pergerakan di dalam tubuh kita sendiri.
Abu
Shakir, seandainya saja Anda memiliki pengetahuan yang cukup tentang sebuah
batu yang darinya Anda telah membuat sebuah berhala, maka Anda tidak akan
pernah menyangkal sedikitpun tentang keberadaan Allah dan Anda tidak akan
mengatakan bahwa saya telah menciptakan Allah itu dengan khayalan saya sendiri.
Anda
tidak tahu apa sebenarnya batu itu dan bagaimana batu itu menjadi batu seperti
sekarang ini. Sekarang Anda bisa dengan mudah memperlakukan batu itu. Anda bisa
memotongnya dan membentuknya menjadi apapun yang Anda mau. Akan tetapi dulu
sekali batu itu masih berbentuk cairan. Secara perlahan menjadi dingin dan
kemudian Allah menjadikannya keras. Pada mulanya batu itu masih sangat rapuh
dan mudah sekali pecah di tangan Anda menjadi kepingan-kepingan yang sama
rapuhnya seperti kaca.”
ABU SHAKIR bertanya: “Apakah batu itu
dulunya dalam keadaan cair?” (Bersambug ke Bagian Ketiga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar