Dan (ingatlah) ketika
Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu
?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku
tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah
empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):
"Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian
itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 260).
“Berusahalah melihat
cahaya surgawi, karena aku telah membawamu masuk kedalam sebuah samudra yang
luas. Hati hatilah! Berusahalah melihat, tetapi jangan sampai mati tenggelam” (Isaac of Akko)
Setiap agama monotheis
menumbuhkan cabang mistis yang menyediakan keakraban yang lebih besar dengan
Tuhan dibandingkan dengan dogma dan institusi kepercayaan induknya, yang
acapkali justru mengeras. Cabang ini mendorong batas devosi, kontemplasi, dan
memberi semangat baru pada iman tersebut. Dari Islam muncul sufisme atau
tasawuf, dari Kristen muncul mistisisme Abad Pertengahan –dan dari Yahudi
muncul Kabbalah. Dalam dunia sekuler ada suatu atmosfer misteri dan rahasia
suci tentang Kabbalah, dan buku-buku populer yang berkaitan dengan Kabbalah
juga memasarkan atmosfer ini sebagai alat untuk menyelesaikan masalah para
pembacanya. Yang lebih menarik lagi, Kabbalah menampilkan aspek feminim dari
agama Yahudi.
Pada tahun 1280, Moses de
Leon, seorang mistikus Yahudi berkebangsaan Spanyol, menghasilkan sekumpulan
tulisan yang ia nyatakan sebagai “wahyu”. Kumpulan tulisan ini tumbuh menjadi
Sefer ha Zohar (The Book of Radiance), yang ditulis dalam bahasa Aramaic.
Tulisan ini pada dasarnya adalah ulasan tentang Taurat dalam bentuk fiksi,
menjadi Zohar yang dikenal sekarang. Zohar mengungkap Taurat sebagai kode yang
mencerminkan mekanisme penciptaan, atau bagaimana dunia ini muncul dari Tuhan.
Sementara itu, pada tahun
1492, orang Yahudi diusir dari Spanyol dan banyak penganut Kabbalah yang pergi
ke Palestina, yaitu ke desa Safed di utara Danau Galilea. Guru yang paling
terkenal adalah Moses Cordovero yang tulisannya, The Pomegranate Orchad,
merangkum kebijaksanaan Kabbalah selama tiga abad. Pengaruh Kabbalah dianggap
mempengaruhi para filsuf non Yahudi abad 19 dan 20 seperti Gottfried Leibnitz,
Emanuel Swedenborg, dan William Blake.
APAKAH ITU KABBALA?
Tujuan praktik Kabbalah adalah membawa seseorang kembali ke “kesadaran kosmis”
atau persatuan mistis dengan Tuhan yang pernah dinikmati manusia di masa awal
penciptaannya, sebelum “jatuh” ke dalam pengetahuan yang baik dan yang jahat
(disimbolkan dengan Adam dan Hawa). Untuk mencapai tujuan mistis ini sambil
tetap berada dalam Yudaisme konvensional, sebagaimana yang diterangkan Daniel
C. Matt bahwa para penganut Kabbalah pertama harus tetap menaati ajaran dan
hukum tradisional. Mereka tetap menaati Talmud (bentuk dasar dari hukum,
cerita, dan adat Yahudi) dan Kitab Suci, yang menampilkan nilai nilai maskulin
tradisional Tuhan, tetapi berusaha mengimbanginya dengan ekplorasi aspek ilahi
yang lebih feminim (disimbolkan dengan arketipe wanita atau dewi, Shekhinah)
yang mereka yakini berguna bagi persatuan mistis.
Pencerahan yang satu ini
tidak bisa dicapai hanya melalui pembelajaran intelektual, maka dirancanglah
sistem pembelajaran berdasarkan Sefirot, peta kesadaran yang membangkitkan
setiap aspek ciptaan atau manusia. Sepuluh kapal Sebelum Kabbalah muncul, ada
Sefer Yetsirah (The Book of Creation), buku tentang mistisisme Yahudi. Buku ini
mengatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia dengan cara bersabda dalam kombinasi
huruf-huruf suci dan entitas numerik, 10 Sefirot. Semua ini datang dari Ein
Sof, esensi Ilahi atau kuasa Ilahi yang tidak bisa diketahui yang melampaui
ruang dan waktu.
Untuk lebih jelasnya dapat
diterangkan secara konseptual, meski singkat, sebagai berikut: Dalam kekosongan
dan kehampaan Ein Sof, muncul seberkas cahaya. Cahaya tersebut mulai masuk
kedalam kotak atau kapal (sefirot) spiritual. Sebagian kapal ini tidak tahan
dengan cahaya ilahi ini dan hancur. Sebagian cahaya kembali ke sumbernya,
tetapi sisa kepingan kapal, ditambah percikan yang dihasilkannya, terperangkap
dalam eksistensi material. Tugas manusia adalah “membangkitkan percikan” ini
kembali ke sifatnya yang ilahi, yang hanya bisa dicapai dengan menjalani hidup
yang suci; tindakan yang dilakukan sehari-hari bisa memicu atau menghalangi
kebangkitan atau pemulihan percikan ilahi. Pemenuhan diri menurut Kabbalah
adalah Tuhan membutuhkan aksi manusia agar potensi dunia bisa terpenuhi. Tanpa
kita, Tuhan tidak lengkap. Sebagai gantinya, kita bebas merenungi misteri Tuhan
dalam ciptaannya.
Di sini, Daniel C. Matt
mengutip perkataan Moses de Leon: “Betapa indahnya mengetahui bahwa Tuhan
menciptakan semua makhluk. Dari suatu makhluk, jiwa bisa merasakan eksistensi
Tuhan, yang tidak memiliki awal maupun akhir.” Dengan sering memikirkan
kebesaran Tuhan, kita akan menjadi rendah hati dan hanya menjadi kendaraan bagi
ekspresi Tuhan. Dov Baer, seorang ahli Hasid abad ke 18 berkata : “jika kamu
berpikir dirimu adalah sesuatu, Tuhan tidak akan muat dalam dirimu, karena
Tuhan sangat besar.” Kabbbalah adalah tentang pemenuhan diri, tetapi pemenuhan
semua potensi kita ini hanya bisa terjadi melalui “kedekatan dengan Tuhan”. De
Leon berpendapat bahwa jika jiwa mengambil rupa manusia karena jiwa belum
lengkap dan harus dilengkapi “dalam semua dimensi”.
Nah, hidup kita di bumi
ini adalah tentang pemenuhan tujuan yang diberikan Tuhan, dan Kabbalah
menyediakan jalan untuk memahami diri yang dibutuhkan untuk mengetahui tujuan
ini. “Membangkitkan percikan” berarti mulai mengenali dan memenuhi potensi yang
dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Karena Kabbalah berisi
tentang hal-hal mendasar tentang diri Tuhan, Kabbalah bisa membuat seseorang
keluar dari orbit pikirannya yang biasa, dan para ahli Kabbalah tahu bahwa
pengetahuan mistis bisa membuat seseorang menjadi gila jika mereka tidak bisa
menggabungkannya dengan pengetahuan mereka tentang dunia. Dalam hal ini Daniel
C. Matt mengutip tulisan Isaac dari Akko: “Berusahalah melihat cahaya surgawi,
karena aku telah membawamu masuk kedalam sebuah samudra yang luas. Hati
hatilah! Berusahalah melihat, tetapi jangan sampai mati tenggelam.”
Guru Kabbalah tidak pernah
berbuat yang tidak benar untuk mencari pengikutnya kerena alasan yang
sederhana. Bahwa tidak ada gunanya memaksakan ajaran kepada orang yang tidak
siap untuk berenang didalamnya. Tetapi bagi mereka yang sungguh-sungguh
menginginkan perkembangan spiritual, Kabbalah adalah tanah yang kaya akan
inspirasi dan panduan, yang bukan hanya milik agama Yahudi melainkan umat
manusia seluruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar