PENGANTAR YANG
KASAR DAN BIAS
MR. BOLLINGER: Saya
akan memulai ini dengan berterima kasih kepada Dekan John Coatsworth dan
Profesor Richard Bulliet atas kerja mereka mengorganisasikan acara ini dan atas
komitmen mereka kepada Fakultas International and Public Affairs dan
peranannya—(diinteru psi tepuk tangan)—dan atas peranannya dalam melatih para
pemimpin masa depan dalam urusan-urusan dunia. Jika hari ini membuktikan
sesuatu, maka terdapat kerja besar di hadapan kita. Ini hanyalah salah satu di
antara banyak acara mengenai Iran yang akan berlangsung sepanjang tahun akademi
ini, semuanya agar kita dapat memahami dengan lebih baik bangsa yang penting
dan kompleks ini dalam konteks geopolitik kontemporer.
Sebelum berbicara
secara langsung kepada Presiden Iran, saya mempunyai beberapa poin yang penting
untuk digarisbawahi. Pertama, pada 2003, World Leaders Forum telah berhasil
mengembangkan tradisi panjang Columbia dalam menyediakan forum utama bagi
perdebatan yang sehat, khususnya dalan isu-isu global.
Kedua, bagi mereka
yang percaya bahwa acara ini seharusnya tidak pernah terjadi, sehingga tidak
sepantasnya bagi universitas untuk mengadakan acara seperti ini, saya ingin
mengatakan bahwa saya memahami perspektif kalian dan menghargainya sebagai
sesuatu yang masuk akal. Cakupan “free speech” dalam kebebasan akademik dalam
dirinya sendiri selalu terbuka bagi perdebatan yang lebih jauh. Sebagaimana
salah satu kutipan terkenal mengenai “free speech” mengatakan, “it is an
experiment as all life is an experiment”. Saya ingin mengatakan, sejelas yang
saya mampu, bahwa acara ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan, dan
tentu saja ini dituntut oleh norma-norma yang ada tentang “free speech”,
universitas Amerika, Columbia itu sendiri.
Ketiga, kepada mereka
di antara kita yang merasa kecewa dan terluka akibat (acara) hari ini, saya
atas nama semua menyatakan bahwa kami mohon maaf dan berkehendak untuk
melakukan apa yang kami bisa untuk mengurangi rasa terluka itu.
Keempat, agar menjadi
jelas tentang persoalan lain, bahwa acara ini tidak berhubungan sama sekali
dengan hak apa pun dari si pembicara (Ahmadinejad) , tetapi hanya berkaitan
dengan hak kita untuk mendengar dan berbicara. Kami melakukan ini demi diri
kami sendiri. Kami melakukan ini dalam tradisi agung dari keterbukaan yang
telah mendefinisikan bangsa ini selama berdekade-dekade hingga sekarang. Kita
butuh memahami dunia tempat kita hidup, bukan malah mengabaikan
kemuliaan-kemuliaannya ataupun takut akan ancaman-ancaman dan bahaya-bahayanya.
Ini tidak konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui
musuhnya—maafkan saya—ini konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui
musuhnya, untuk memiliki keberanian emosional dan intelektual dalam menghadapi
pikiran jahat, dan untuk mempersiapkan diri kita agar bertindak dengan perangai
yang benar. Saat ini, argumen-argumen “kemerdekaan berbicara” tidak akan pernah
terlihat menandingi kekuatan argumen-argumen lawannya, tetapi apa yang kita
harus ingat adalah bahwa ini tepatnya karena “kemerdekaan berbicara” menuntut
kita untuk melatih pengekangan diri yang luar biasa melawan dorongan-dorongan
yang sangat alamiah tetapi seringkali kontraporduktif, yang membawa kita untuk
mundur dari keterlibatan dengan gagasan-gagasan yang tidak kita benci dan
takuti. Di sinilah, terletak kejeniusan ide “kemerdekaan berbicara” Amerika.
Terakhir, di
universitas, kami mempunyai komitmen yang dalam dan kuat untuk mengejar
kebenaran. Kita tidak mempunyai akses kepada kekuasaan, kita tidak bisa
memutuskan perang atau damai, kita hanya dapat melahirkan pikiran, dan untuk
melakukan hal ini, kita harus memiliki kebebasan pencarian yang paling luas.
Izinkan saya berpaling
kepada Mr. Ahmadinejad.
Pertama, mengenai
pemberangusan brutal terhadap para ilmuwan, wartawan-wartawan, pembela hak
asasi manusia. Lebih daripada dua minggu yang lalu, pemerintah anda telah
membebaskan Dr. Haleh Esfandiari dan Parnaz Azima, serta baru dua hari yang
lalu, Kian Tajbakhsh, lulusan Columbia dengan gelar Ph.D di bidang perencanaan
kota. Sementara masyarakat kami bergembira setelah tahu bahwa ia dibebaskan
dengan jaminan, Dr. Tajbakhsh kini masih berada di Tehran dalam tahanan rumah,
dan ia masih tidak mengetahui apakah ia akan didakwa dengan suatu tuduhan
kejahatan atau akan diizinkan untuk meninggalkan Iran.
Izinkan saya mengatakan
hal ini sebagai catatan, aku menyerukan kepada presiden hari ini untuk
memastikan bahwa Kian akan bebas untuk bepergian ke luar Iran kapan pun ia mau.
(Tepuk tangan.) Izinkan saya juga melaporkan pada hari ini bahwa kami
menyampaikan tawaran kepada Kian untuk bergabung dengan fakultas kami sebagai
profesor tamu di bidang perencanaan kota di sini, di almamaternya, di tingkat
Sarjana pada Fakultas Arsitektur, Perencanaan, dan Pemeliharaan, dan kami
berharap ia mampu bergabung dengan kami pada semester berikutnya. (Tepuk
tangan.)
Penangkapan dan
penahanan orang-orang Iran-Amerika ini untuk alasan yang tidak jelas bukan
hanya tidak pada tempatnya, tetapi juga sepenuhnya melanggar nilai-nilai dasar
yang juga mengizinkan pembicara hari ini untuk bahkan muncul di kampus ini,
tetapi setidaknya mereka masih hidup.
Menurut Amnesty
International, 210 orang telah dieksekusi di Iran sejauh ini pada tahun ini, 21
di antara mereka pada pagi 5 September. Jumlah keseluruhan tahunan ini meliputi
dua orang anak, yang bukti lebih jauhnya dituliskan Human Rights Watch bahwa
Iran tengah membawa dunia untuk mengeksekusi anak-anak.
Ada lagi. Iran telah
menghukum gantung 30 orang pada Juli dan Agustus lalu dalam sebuah aksi represi
terhadap usaha-usaha untuk menciptakan sebuah masyarakat yang lebih demokratis.
Kebanyakan eksekusi ini dilaksanakan di muka umum, sebuah pelanggaran terhadap
International Covenant of Civil and Political Rights, di mana Iran adalah salah
satu pihak peratifikasi. Eksekusi-Eksekusi tersebut dan yang lainnya bersamaan
waktunya dengan pemberangusan yang lebih luas terhadap para aktivis mahasiswa
dan akademisi-akademisi yang dituduh berupaya memprovokasi sesuatu yang disebut
“revolusi halus”. Hal ini termasuk memenjarakan dan memaksa pensiun para ilmuwan.
Seperti Dr. Esfandiari katakan dalam sebuah wawancara sejak pembebasannya, dia
ditahan dalam kamar isolasi selama 105 hari karena pemerintah Iran percaya
bahwa Amerika Serikat sedang merencanakan sebuah “revolusi beludru” di Iran.
Dalam ruangan yang
sama ini; tahun lalu kita mempelajari sesuatu mengenai “revolusi beludru” dari
Vaclav Havel, dan kami mungkin mendengar hal yang sama dari pembicara World
Leaders Forum kita malam ini, Presiden Michelle Bachelet dari Chili. Kedua
kisah mereka yang luar biasa mengingatkan kita bahwa tidak ada cukup penjara
untuk mencegah suatu masyarakat yang menginginkan kebebasannya.
Kami di universitas
ini belum malu untuk memprotes tantangan—dan menantang kegagalan-kegagalan
pemerintah kami sendiri untuk hidup di atas nilai-nilai kami, dan kami tidak
akan malu untuk mengkritik negara anda. Marilah kita perjelas di permulaan. Mr.
Presiden, anda memperlihatkan semua tanda dari seorang diktator yang kejam lagi
picik. Dengan demikian, saya bertanya kepada anda—(tepuk tangan)—dengan
demikian daya bertanya kepada anda, mengapa wanita, para anggota sekte Baha’i,
kaum homoseks, dan begitu banyak rekan kerja akademik kami menjadi target
penganiayaan di dalam negeri anda? Mengapa, dalam sebuah surat minggu lalu
kepada Sekretaris Jenderal PBB, Akbar Ganji, oposan politik Iran ternama, dan
lebih daripada 300 kaum intelektual publik, para penulis, dan penerima Nobel
menyatakan keprihatinan yang serius bahwa pertentangan anda dengan Barat telah
mengacaukan perhatian dunia dari kondisi-kondisi yang tak dapat ditoleransi
lagi di dalam rezim anda di Iran, khususnya penggunaan “hukum pers” yang
melarang para penulis untuk mengkritik sistim yang sedang berkuasa? Mengapa
anda takut kepada warga Iran yang menyuarakan pendapat-pendapat mereka bagi
perubahan?
Di dalam negeri kami,
anda diwawancarai oleh media kami dan diminta untuk berbicara di sini pada hari
ini. Dan sementara para rekan kerja saya di fakultas hukum—Mikhael Dorf, salah
satu rekan kerja saya, berkata kepada Radio Free Europe, para pemirsa di Iran
beberapa saat lalu mengenai “kebebasan berbicara” di negeri ini—saya
mengusulkan lebih jauh kepada anda agar mengizinkan saya memimpin sebuah
delegasi dari para mahasiswa dan fakultas dari Columbia untuk berbicara di
universitas-universitas anda mengenai “kemerdekaan berbicara” dengan kebebasan
yang sama yang kita upayakan bagi anda hari ini. (Tepuk tangan.)
Kedua, pengingkaran
terhadap Holocaust. Suatu hari pada Desember 2005 dalam sebuah acara siaran
televisi negara, anda menggambarkan Holocaust sebagai sebuah “legenda yang
dibuat-buat”. Satu tahun kemudian, anda mengadakan suatu konferensi dua hari
yang menghimpun para pemungkir Holocaust. Bagi orang awam dan bodoh, ini adalah
propaganda yang berbahaya.
Ketika anda datang ke
tempat seperti ini, maka hal ini membuat anda sungguh menggelikan. Anda
provokatif dengan angkuhnya ataukah secara mengejutkan tidak berpendidikan.
Anda perlu tahu—(tepuk tangan)— bahwa Columbia adalah pusat dunia dalam
studi-studi Yahudi—dan sekarang tengah dalam kemitraan dengan Institut of
Holocaust Studies.
Sejak 1930-an, kami
menyediakan perlindungan intelektual bagi pengungsi-pengungsi Holocaust yang
tak terhitung banyaknya, para orang yang selamat, dan anak-anak serta cucu-cucu
mereka. Kebenarannya adalah bahwa Holocaust adalah peristiwa yang paling
terdokumentasikan dalam sejarah manusia. Karena inilah, dan karena banyak
alasan lainnya, komentar-komentar anda yang absurd mengenai debat seputar
Holocaust telah mengingkari kebenaran sejarah dan membuat kita semua terus
merasa takut akan kapasitas umat manusia bagi tertutupnya memori akan hal ini,
yang semestinya selalu berada dalam garis depan pertahanan. Apakah anda akan
menghentikan hal yang menyakitkan hati ini?
Penghancuran Israel.
Dua belas hari yang lalu anda berkata bahwa negara Israel tidak bisa
melanjutkan hidupnya. Hal ini menggemakan sejumlah pernyataan provokatif yang
anda sampaikan pada dua tahun yang lalu, termasuk pada Oktober 2005, ketika
anda berkata Israel itu “harus hapus dari peta”. Columbia mempunyai lebih
daripada 800 alumni yang sekarang tinggal di Israel. Sebagai sebuah institusi,
kami mempunyai ikatan yang dalam dengan para kolega kami di sana. Saya secara
pribadi sudah berbicara—secara pribadi, saya sudah angkat bicara dalam
terminologi yang paling kuat untuk melawan proposal-proposal boikot terhadap
akademisi Israel, seraya mengatakan boikot-boikot seperti itu mungkin juga
mencakup Columbia. (Tepuk tangan.)
Lebih daripada
400—lebih daripada 400—kolega dan presiden universitas di negeri ini sudah
bergabung dalam pernyataan tersebut. Pertanyaan saya kemudian adalah, apakah
Anda bermaksud menghapus kami dari peta juga? (Tepuk tangan.)
Mendanai terorisme:
Menurut laporan-laporan dari Council on Foreign Relations, adalah
terdokumentasikan dengan baik bahwa Iran adalah negara sponsor teror yang
mendanai kelompok-kelompok kejam seperti Hizbullah Lebanon, yang Iran bantu pendiriannya
pada 1980-an, Hamas Palestina dan Jihad Islam. Pemerintah anda kini
menggerogoti pasukan Amerika di Irak dengan membiayai, mempersenjatai, dan
menyediakan tempat yang aman kepada para pemimpin pemberontak seperti Muqtada
al-Sadr dan tentaranya. Terdapat sejumlah laporan bahwa pemerintah anda juga
terlibat dalam usaha-usaha Suriah untuk mendestabilisasi pemerintah Lebanon
melalui kekerasan dan pembunuhan politik.
Pertanyaan saya
adalah: Kenapa anda mendukung organisasi-organisasi teroris yang terus
menghantam perdamaian dan demokrasi di Timur Tengah, menghancurkan hidup dan
masyarakat sipil di kawasan?
Perang proksi melawan
pasukan Amerika Serikat di Irak—dalam sebuah pengarahan singkat di hadapan
National Press Club, Jenderal David Petraeus melaporkan bahwa senjata-senjata
yang datang dari Iran, termasuk 240 millimeter roket dan proyektil-proyektil
peledak, berkontribusi kepada “suatu serangan-serangan canggih yang sama sekali
tidak akan mungkin tanpa dukungan Iran.” Sejumlah lulusan Columbia dan para
mahasiswa ada di antara para anggota militer kami yang pemberani, yang sedang
bertugas di Irak dan Afghanistan. Mereka, seperti orang Amerika lainnya dengan
putra, putri, ayah, suami, dan istri yang bertugas pertempuran, benar-benar
melihat pemerintah anda sebagai musuh.
Dapatkah anda
mengatakan kepada mereka dan kami mengapa Iran berperang dalam sebuah perang
proksi di Irak dengan mempersenjatai milisi Syiah yang menargetkan dan membunuh
pasukan AS?
Dan akhirnya program
nuklir Iran dan sanksi-sanksi internasional: Minggu ini, Dewan Keamanan PBB
sedang membahas sanksi-sanksi yang diperluas untuk ketiga kalinya, karena
penolakan pemerintah anda untuk menghentikan program pengayaan uranium. Anda
terus menentang lembaga dunia ini dengan mengklaim suatu hak untuk
mengembangkan pembangkit tenaga nuklir yang damai, tetapi hal ini nyaris tidak
bisa menghadapi pengawasan ketika anda terus mengeluarkan ancaman-ancaman
militer kepada tetangga-tetangga. Minggu lalu, Presiden Prancis, Sarkozy,
menjelaskan kesabarannya yang hilang dengan taktik tarik-ulur anda, dan bahkan
Rusia dan Cina sendiri sudah menunjukkan keprihatinan.
Mengapa negara Anda
terus menolak untuk tunduk kepada standar-standar internasional bagi verifikasi
senjata nuklir, terus membangkang terhadap persetujuan-persetujuan yang telah
anda buat dengan lembaga nuklir PBB? Dan mengapa anda memilih untuk membuat
orang-orang di negara anda menjadi rentan disebabkan dampak sanksi-sanksi
ekonomi internasional, dan mengancam untuk menelan dunia dalam pembasmian
nuklir? (Tepuk tangan.)
Izinkan saya menutup
dengan sebuah komentar. Terus terang—saya tutup dengan komentar ini secara
terus terang dan dalam semua kejujuran, Mr. Presiden, saya ragu bahwa anda memiliki
keberanian intelektual untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Tetapi
kalaupun anda menghindar, maka akan dengan sendirinya hal itu menjadi penuh
arti bagi kami. Saya sungguh mengharapkan anda untuk memperlihatkan pola pikir
yang fanatik yang mengkarakterisasi sangat banyak dari apa yang anda kata dan
lakukan. Untungnya, saya diberitahu oleh para ahli tentang negara Anda bahwa
hal ini hanya akan mengikis lebih jauh posisi anda di Iran, dengan banyak warga
negara yang berhati baik dan cerdas di sana.
Setahun yang lalu,
saya diberitahu oleh sumber terpercaya, bahwa pernyataan-pernyataan anda yang
absurd dan menyerang di negeri ini, seperti ketika dalam pertemuan di Council
on Foreign Relations, sangat mempermalukan warga Iran yang rasional sehingga
hal ini mengarah kepada kekalahan partai anda dalam pemilu-pemilu walikota.
Semoga ini melakukan hal itu dan lebih lagi. (Tepuk tangan.)
Saya hanya seorang
profesor, yang juga seorang presiden universitas. Dan hari ini, saya merasakan
bahwa semua beban dunia peradaban modern hendak mengekspresikan penolakan
terhadap apa yang anda yakini. Saya hanya berharap dapat melakukannya secara
lebih baik. Terima kasih. (Bersorak, tepuk tangan.)
MR. COATSWORTH: Terima kasih, Lee. Pembicara utama kita hari ini adalah Yang Mulia
Presiden Republik Islam Iran, Mr. Mahmoud Ahmadinejad. Mr. Presiden. (Tepuk
tangan.)
PENERJEMAH: Presiden
sedang membacakan ayat- ayat al-Quran dalam bahasa Arab. (tidak diterjemahkan.)
PRESIDEN AHMADINEJAD: Ya, Allah, segerakan kedatangan Imam Mahdi dan anugerahinya kesehatan
serta kemenangan yang baik, dan jadikanlah kami para pengikutnya dan mereka
yang menyatakan kesetian kepadanya.
Dekan yang terhormat,
para profesor dan para mahasiswa yang tersayang, tuan-tuan dan nyonya-nyonya.
Terutama sekali, saya berniat menyampaikan salam saya kepada segenap Anda. Saya
mengucap syukur kepada Allah karena telah menyediakan saya peluang untuk berada
di sebuah lingkungan yang akademis, yang mencari kebenaran dan memperjuangkan
perkembangan sains dan pengetahuan.
Terutama sekali, saya
ingin mengajukan keluhan sedikit mengenai orang yang membacakan pernyataan
politik ini (Lee Bollinger, Presiden Columbia University) terhadap saya. Di
Iran, tradisi menuntut bahwa ketika kami meminta seseorang datang sebagai
pembicara, maka kami akan benar-benar menghormati para mahasiswa dan para
profesor kami dengan membiarkan mereka untuk membuat penilaian mereka sendiri,
dan kami tidak berpikir bahwa penilaian itu diperlukan sebelum pidato sang
pembicara diberikan—(tepuk tangan).
Menurut saya, teks
yang dibacakan oleh tuan di sini (Lee Bollinger), lebih daripada sekedar
berbicara kepada saya, merupakan suatu penghujatan terhadap informasi dan
pengetahuan para pendengar di sini, yang hadir di sini. Dalam sebuah lingkungan
universitas, kita harus membiarkan orang mengatakan pikiran mereka, mengizinkan
setiap orang untuk berbicara sehingga kebenarannya pada akhirnya terungkapkan
secara keseluruhan. Nyaris saja ia (Lee Bollinger) mengambil lebih banyak waktu
yang sebenarnya dialokasikan untuk saya berbicara. Dan hal itu tidak menjadi
persoalan bagi saya. Kami hanya akan meninggalkan hal itu sebagai tambahan
bersama klaim-klaim penghormatan “kebebasan berbicara” yang diberikan kepada
kami di negeri ini.
Dalam banyak bagian
dari pidatonya, terdapat banyak hinaan dan klaim yang salah, sayang sekali.
Tentu saja, saya berpikir bahwa ia telah dipengaruhi oleh pers, media, dan arus
politik mainsteram, yang menentang butir dasar dari kebutuhan akan perdamaian
dan stabilitas di dunia sekitar kita. Meskipun begitu, saya mestinya tidak
mulai dengan dipengaruhi oleh perlakuan yang tidak ramah ini.
Saya akan berkata
kepada anda apa yang harus saya katakan, dan kemudian pertanyaan-pertanyaan
yang ia munculkan akan dengan senang saya sediakan jawabannya. Tetapi terhadap
salah satu isu yang ia munculkan, saya hampir pasti akan butuh untuk
mengelaborasi secara lebih lanjut sehingga kita untuk diri kita sendiri dapat
melihat bagaimana berbagai hal itu pada dasarnya bekerja.
Adalah keputusan saya
di dalam forum dan pertemuan yang berharga ini untuk berbicara dengan anda
tentang pentingnya pengetahuan, informasi, dan pendidikan. Akademisi dan
ilmuwan adalah obor-obor yang bersinar, yang menumpahkan cahaya untuk
menghilangkan kegelapan dan kerancuan di sekitar kita dalam memandu umat
manusia ke luar dari ketidaktahuan dan kebingungan. Kunci kepada pemahaman
realitas di sekitar kita ada di dalam tangan-tangan peneliti-peneliti, mereka
yang berupaya mengungkap area-area tersembunyi, sains-sains yang tak dikenal.
Jendela realitas yang mereka dapat buka baru tercapai hanya jika melalui
usaha-usaha para ilmuwan dan orang-orang yang terpelajar di dunia ini. Dengan
setiap usaha, ada sebuah jendela yang dibuka dan satu kenyataan pun ditemukan.
Kapan pun kualitas
moral yang tinggi dari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dijaga dan martabat
para ilmuwan serta peneliti dihormati, maka manusia telah mengambil langkah-langkah
besar ke arah perkembangan material dan rohani mereka. Sebaliknya, kapan pun
orang-orang terpelajar dan pengetahuan telah diabaikan, maka manusia sudah
terdampar di dalam kegelapan kebodohan dan kealpaan. Jika bukan karena naluri
manusia, yang cenderung ke arah penemuan berkesinambungan dari kebenaran, maka
manusia pasti akan selalu terdampar di dalam ketidaktahuan dan sama sekali
tidak pasti dalam menemukan bagaimana cara memperbaiki hidup yang dianugerahkan
kepadanya. Sifat alamiah manusia, pada kenyataannya, merupakan anugerah Allah
kepada kita semua. Yang Mahakuasa membimbing manusia ke dalam dunia ini dan
menganugerahinya kebijaksanaan dan pengetahuan, yang menjadikannya mengetahui
Tuhannya.
Dalam kisah Adam,
sebuah percakapan terjadi antara Tuhan dengan para malaikat-Nya. Para malaikat
menyebut manusia sebagai makhluk yang tidak kenal ampun dan ambisius dan
memprotes penciptaannya, tetapi Tuhan menjawab, “Aku mempunyai pengetahuan dari
apa yang kalian tidak berpengetahuan tentangnya.” Lalu Tuhan mengatakan kepada
Adam perihal kebenaran, dan atas perintah Tuhan, Adam mengungkapkannya kepada
para malaikat. Para malaikat tidak bisa memahami kebenaran seperti yang
diungkapkan manusia. Yang Mahakuasa berkata kepada mereka, “Tidakkah aku
berkata bahwa aku menyadari apa yang tersembunyi di langit dan di bumi?” Dengan
cara ini, para malaikat bersujud di hadapan Adam.
Dalam misi semua nabi
Ilahi, khotbah pertama berasal dari kata-kata Allah, dan kata-kata itu,
“kesalehan”, “iman”, dan “kebijaksanaan” telah disebarkan kepada semua umat
manusia. Demi memandu nabi suci Musa as, Allah berfirman, “Dan ia diajar
kebijaksanaan, buku ilahi…Ia adalah nabi yang dipilih demi anak-anak Israel,
dan saya benar-benar membawa suatu tanda dari Yang Mahakuasa.” Kata-kata
pertama yang diwahyukan kepada Nabi suci Islam menyeru kepada Nabi saw untuk
membaca, “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu, yang menciptakan.” Yang Mahakuasa
kembali berfirman, “yang mengajar manusia dengan pena. ” “Allah mengajar
manusia apa yang mereka tidak berpengetahuan tentangnya.”
Anda lihat di dalam
ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Islam yang kudus, kata-kata
membaca, mengajar, dan pena disebutkan. Ayat-ayat ini sesungguhnya memperkenalkan
Allah sebagai guru umat manusia, guru yang mengajar manusia apa yang mereka
tidak ketahui. Dan bagian lain dari—(kata tidak dapat didengar)—mengenai misi
Nabi kudus Islam—disebutkan bahwa Yang Mahakuasa menetapkan seseorang dari
antara rakyat biasa sebagai nabi mereka agar, “Bacakan bagi mereka ayat-ayat
ilahi.” “Dan memurnikan mereka dari pencemaran-pencemaran etis dan ideologis.”
“Untuk mengajar mereka kitab dan kebijaksanaan ilahi.”
Sahabat-sahabat yang
terhormat, semua kata dan pesan dari para nabi ilahi, sejak Ibrahim dan Ishak
dan Yakub hingga Daud dan Sulaiman dan Musa hingga Yesus dan Muhammad, telah
menyelamatkan manusia dari ketidaktahuan, kealpaan, takhyul-takhyul, perilaku
yang tak pantas, dan cara pikir yang merusak dengan penghormatan kepada
pengetahuan dan jalan menuju pengetahuan, cahaya, dan etika yang benar. Dalam
kultur kami, kata ilmu sudah digambarkan sebagai “iluminasi”. Sebenarnya,
“ilmu” bermakna “terang” dan ilmu sejati adalah ilmu yang menolong manusia dari
ketidaktahuan untuk kemanfaatan diri. Dalam sebuah definisi ilmu yang diterima
secara luas, dinyatakan bahwa ia adalah cahaya yang disimpan ke dalam hati
mereka yang telah terpilih oleh Allah; oleh karena itu, menurut definisi ini,
ilmu adalah anugerah ilahi, dan hati adalah tempat di mana ia berada.
Jika kita menerima
bahwa “ilmu” bermakna “iluminasi”, maka lingkupnya akan melebihi sains
eksperimental, dan ia meliputi realitas yang disingkapkan dan yang tersembunyi.
Salah satu kejahatan utama yang dihantamkan terhadap ilmu adalah dengan
membatasinya hingga pada sains-sains eksperimental dam eksakta; kejahatan ini
terjadi meskipun ia terus meluas melebihi lingkup ini.
Realitas-realitas
dunia tidak dibatasi pada kenyataan-kenyataan fisik. Dan, materi itu hanyalah bayangan
dari realitas-realitas yang lebih tinggi, dan ciptaan fisik hanyalah salah satu
kisah tentang penciptaan dunia. Manusia hanyalah satu contoh dari ciptaan yang
merupakan kombinasi dari material dan roh.
Dan poin penting lain
adalah hubungan ilmu dengan kesucian jiwa, hidup, perilaku, dan etika manusia.
Dalam ajaran nabi ilahi, satu realitas akan selalu terikat dengan ilmu.
Realitas kemurnian jiwa dan perilaku baik, pengetahuan dan kebijaksanaan adalah
realitas murni dan jelas. Ilmu adalah cahaya. Ia merupakan pengungkapan
kenyataan, dan hanya ilmuwan dan peneliti yang murni, bebas dari
ideologi-ideologi yang salah, takhyul-takhyul, egoisme, dan jebakan-jebakan
material yang dapat mengungkapkan realitas.
Sahabat-sahabat
terhormat, ilmu dan kebijaksanaan dapat juga disalahgunakan, suatu
penyalahgunaan yang disebabkan oleh egoisme, korupsi, hasrat material, dan
kepentingan material, seperti juga minat individu dan kelompok. Hasrat material
menempatkan manusia berhadapan dengan kenyataan-kenyataan dunia ini. Manusia
yang terkorupsi menolak menerima kenyataan, dan bahkan jika mereka sungguh
menerimanya, mereka tidak akan mematuhinya.
Terdapat banyak
ilmuwan yang menyadari realitas tetapi tidak menerimanya. Egoisme mereka tidak
membiarkan mereka untuk menerima realitas itu. Apakah mereka yang dulu, dalam
perjalanan sejarah manusia, menggelar peperangan tidak memahami realitas bahwa
hidup, hak milik, kehormatan, wilayah-wilayah, dan hak-hak manusia harus dihormati?
Atau, apakah mereka memahaminya tetapi tidak mempunyai iman untuk menaatinya?
Sahabat-sahabat yang
terhormat, sepanjang jiwa manusia tidak bebas dari kebencian, iri hati, dan
egoisme, maka ia tidak menaati kebenaran oleh kekuatan penerangan ilmu dan ilmu
itu sendiri. Ilmu adalah cahaya dan para ilmuwan harus tulus dan saleh. Jika
umat manusia mencapai tingkat pengetahuan rohani dan fisik yang paling tinggi,
tetapi para ilmuwannya bukanlah pribadi-pribadi yang tulus, maka pengetahuan
ini tidak bisa melayani kepentingan umat manusia, dan beberapa dampak pun dapat
terjadi.
Pertama, para
pelanggar hanya mengungkapkan sebagian realitas yang tentu saja hanya
bermanfaat bagi mereka sendiri dan merahasiakan sisanya, seperti yang pernah
kita saksikan berkenaan dengan ilmuwan-ilmuwan agama pada masa lalu. Sayangnya,
hari ini kita melihat para peneliti dan ilmuwan tertentu itu masih
menyembunyikan kebenaran dari orang-orang. Kedua, para ilmuwan dan saintis
disalahgunakan bagi kepentingan pribadi, kelompok, atau pihak tertentu. Jadi,
di dunia hari ini, kekuatan-kekuatan yang berkuasa sedang menyalahgunakan
banyak ilmuwan di dalam bidang-bidang yang berbeda, dengan tujuan melucuti
banyak bangsa dari kekayaan mereka. Dan mereka menggunakan setiap peluang hanya
untuk kemanfaatan mereka sendiri.
Sebagai contoh, mereka
menipu orang-orang dengan menggunakan metode dan perangkat ilmiah. Mereka,
sesungguhnya, ingin menjustifikasi pelanggaran-pelanggaran mereka sendiri,
meskipun dengan menciptakan musuh-musuh yang tak eksis, misalnya, dan
menciptakan atmosfer yang tidak aman. Mereka berupaya untuk menguasai setiap
hal atas nama memerangi ketidakamanan dan terorisme. Mereka bahkan melanggar
kebebasan-kebebasan individu dan sosial di dalam negeri mereka sendiri dengan dalih
tersebut. Mereka tidak menghormati privasi rakyat mereka sendiri. Mereka
menyadap percakapan telepon dan berupaya untuk mengendalikan rakyat mereka.
Mereka menciptakan atmosfer psikologis yang menggelisahkan untuk menjustifikasi
tindak-tindak provokasi perang mereka di bagian-bagian benua yang berbeda.
Sebagai contoh lain,
dengan menggunakan metode dan perencanaan yang “akurat”, mereka memulai
seranganan gencar mereka terhadap kultur-kultur domestik dari banyak bangsa,
kultur-kultur yang merupakan hasil dari ribuan tahun interaksi, kreativitas,
dan aktivitas artistik bangsa-bangsa bersangkutan. Mereka mencoba untuk
menghapuskan kultur-kultur tersebut demi memisahkan orang-orang dari identitas
mereka dan mengamputasi ikatan mereka dengan sejarah dan nilai-nilai mereka
sendiri. Mereka mempersiapkan landasan untuk menelanjangi orang-orang dari
kekayaan rohani dan material mereka dengan menanamkan kepada mereka perasaan
terintimidasi, hasrat untuk imitasi, dan semata-mata konsumsi, serta tunduk
kepada kekuatan-kekuatan yang menindas.
Membuat bom nuklir,
senjata kimia dan biologi serta senjata-senjata pemusnah massal adalah hasil
lain dari penyalahgunaan ilmu dan riset oleh kekuatan-kekuatan besar. Tanpa
kooperasi dari para ilmuwan dan saintis tertentu, maka kita tidak akan
menyaksikan produksi senjata nuklir, kimia, dan biologi yang berbeda-beda.
Apakah senjata-senjata ini untuk melindungi keamanan global? Apa yang bisa
dicapai senjata nuklir bagi umat manusia? Jika perang nuklir terjadi di antara
dua kekuatan nuklir, apa bencana kemanusiaan yang akan berlangsung? Dewasa ini,
kita dapat menyaksikan efek-efek nuklir, bahkan pada generasi-generasi baru
penduduk Nagasaki dan Hiroshima yang mungkin merupakan saksi bagi
generasi-generasi yang akan datang. Segera, efek penggunaan uranium dalam
senjata-senjata sejak permulaan perang di Irak dapat diuji dan diselidiki
secara seksama. Bencana-bencana ini terjadi hanya ketika para ilmuwan
disalahgunakan oleh kekuatan-kekuatan penindas.
Poin lain dari rasa
duka ini adalah beberapa kekuatan besar menciptakan monopoli atas sains dan
mencegah negara-negara lain dalam mencapai pengembangan ilmiah yang sama. Hal
ini, juga, adalah salah satu kejutan pada masa kita. Beberapa kekuatan besar
tidak ingin melihat kemajuan dan perkembangan masyarakat-masyarak at dan
negara-negara lain. Mereka berdalih dengan ribuan alasan, melemparkan tuduhan
tanpa bukti, memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi untuk mencegah bangsa-bangsa
lain dari perkembangan dan percepatan. Semua itu merupakan hasil keberjarakan
mereka dari nilai-nilai kemanusiaan, nilai moral, dan ajaran nabi ilahi. Dengan
sangat menyesal, mereka belum terlatih untuk melayani umat manusia. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar