(Ikon Wahabi: Salah Utsaimin)
Oleh
Ibnu Khariq
Apa
yang berlaku saat ini di Bumi Haramain adalah sesuatu yang bertolak belakang
dengan kaidah cinta. Di sana orang-orang Wahabi mengaku mencintai Baginda Nabi
SAW, akan tetapi mereka sama sekali tidak menghormati beliau SAW. Mereka bahkan
melecehkan beliau dan melakukan perbuatan yang teramat tidak pantas kepada
sosok sebesar beliau. Bayangkan saja, rumah yang ditempati beliau selama 28
tahun, yang semestinya dimuliakan, mereka ratakan dengan tanah kemudian mereka
bangun di atasnya toilet umum.
Fakta
ini belakangan terkuak lewat video wawancara yang tersebar di Youtube. Adalah
Dr. Sami bin Muhsin Angawi, seorang ahli purbakala, yang mengungkapkan fakta
itu. Dalam video berdurasi 8:23 menit itu, ia mengungkapkan bahwa ia telah
melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk mencari situs rumah Baginda
Nabi SAW. Setelah berhasil, ia menyerahkan hasil penelitiannya kepada pihak
yang berwenang.
Respon pihak berwenang Arab Saudi ternyata jauh dari perkiraan pakar yang mengantongi gelar Doktor arsitektur di London itu. Bukannya dijaga untuk dijadikan aset purbakala, situs temuannya malah mereka hancurkan. Ketika ditanya oleh pewawancara mengenai bangunan apa yang didirikan di atas lahan bersejarah itu, Sami Angawi terdiam dan tak mampu berkata-kata. Si pewawancara terus mendesaknya hingga akhirnya ia mengakui bahwa bangunan yang didirikan kelompok Wahabi di atas bekas rumah Baginda Nabi SAW adalah WC umum. Sami Angawi merasakan penyesalan yang sangat mendalam lantaran penelitiannya selama bertahun-tahun berakhir sia-sia. Ia kemudian mengungkapkan harapannya, “Kita berharap toilet itu segera dirobohkan dan dibangun kembali gedung yang layak. Seandainya ada tempat yang lebih utama berkahnya, tentu Allah SWT takkan menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal Rasul SAW dan tempat turunnya wahyu selama 13 tahun.”
Ulah jahil Wahabi itu tentu saja mengusik perasaan seluruh kaum muslimin. Situs rumah Baginda Nabi SAW adalah cagar budaya milik umat Islam di seluruh penjuru dunia. Mereka sama sekali tidak berhak untuk mengusik tempat terhormat itu. Ulah mereka ini kian mengukuhkan diri mereka sebagai kelompok primitif yang tak pandai menghargai nilai-nilai kebudayaan. Sebelum itu mereka telah merobohkan masjid-masjid bersejarah, di antaranya Masjid Hudaybiyah, tempat Syajarah ar-Ridhwan, Masjid Salman Alfarisi dan masjid di samping makam pamanda Nabi, Hamzah bin Abdal Muttalib. Pada tanggal 13 Agustus 2002 lalu, mereka meluluhkan masjid cucu Nabi, Imam Ali Uraidhi menggunakan dinamit dan membongkar makam beliau.
Selama
ini kelompok Wahabi berdalih bahwa penghancuran tempat-tempat bersejarah itu
ditempuh demi menjaga kemurnian Islam. Mereka sekadar mengantisipasi agar
tempat-tempat itu tidak dijadikan sebagai ajang pengkultusan dan
perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemusyrikan. Akan tetapi dalih mereka
agaknya kurang masuk akal, sebab nyatanya mereka berupaya mengabadikan sosok
Syekh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, salah seorang tokoh pentolan mereka.
Mereka mendirikan sebuah bangunan yang besar dan mentereng untuk menyimpan
peninggalan-peninggalan Syekh al-Utsaimin. Bandingkan perlakuan ini dengan
perlakuan mereka kepada Baginda Nabi SAW. Mereka merobohkan rumah Baginda
Nabi SAW dan menjadikan tempat yang berkah itu sebagai WC umum, kemudian
membangun gedung megah untuk Al-Utsaimin. Siapakah sebetulnya yang lebih mulia
bagi mereka? Baginda Rasulullah SAW ataukah Syekh al-Utsaimin?
Bangunan
berdesain mirip buku itu dibubuhi tulisan “Yayasan Syeikh Muhammad bin Sholeh
al-Utsaimin.” Di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan Syekh al-Utsaimin,
seperti kaca mata, arloji dan pena. Benda-benda itu diletakkan pada etalase
kaca dan masing-masing diberi keterangan semisal, “Pena terakhir yang dipakai
Syekh al-Utsaimin.”
Sungguh
ironis, mengingat mereka begitu getol memberangus semua peninggalan Baginda
Nabi SAW. Ulama mereka bahkan mengharamkan pelestarian segala bentuk
peninggalan Baginda Nabi SAW. Beruntung, sebagian benda peninggalan beliau
telah dipindahkan ke Turki.
Haul Wahabi
Haul Wahabi
Wahabi
melarang keras pengkultusan terhadap diri Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka
sendiri melakukan pengkultusan terhadap diri Syekh al-Utsaimin. Mereka
membid’ahkan peringatan haul seorang ulama atau wali, akan tetapi belakangan
mereka juga menghelat semacam haul untuk Syekh al-Utsaimin dengan nama ‘Haflah
Takrim.” Betapa ganjilnya sikap kelompok Wahabi ini.
‘Haul’
al-Utsaimin mereka adakan pada bulan Januari 2010 lalu di sebuah hotel di Kairo
di bawah naungan Duta Besar Saudi di Kairo, Hisham Muhyiddin. Rangkaian acara
haul itu dibuka dengan pembacaan ayat-ayat Quran, dilanjutkan sambutan-sambutan
berisi pujian terhadap almarhum. Sambutan pertama disampaikan Ketua yayasan
ar-Rusyd sekaligus Presiden Asosiasi Penerbit Saudi, yang memuji peran Syekh
Utsaimin dalam penyebaran agama Islam. Sambutan selanjutnya disampaikan
Abdullah, putra Utsaimin, kemudian Atase Kebudayaan Saudi Muhammad bin Abdul
Aziz Al-Aqil. Yang disebutkan belakangan ini banyak mengulas manakib Syekh
al-Utsaimin dengan menjelaskan tahun lahir dan wafatnya. “Perayaan ini adalah
sedikit yang bisa kami persembahkan untuk mendiang Syekh Utsaimin,” ujarnya.
Acara
haul ditutup dengan saling tukar tanda kehormatan antara Yayasan ar-Rusyd,
Yayasan Utsaimin, Atase Kebudayaan dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi.
Begitu pentingnya perayaan untuk Utsaimin ini sampai-sampai seorang pengagumnya
menggubah sebuah syair:
وَاللهِ لَوْ وَضَعَ اْلأَناَمُ مَحَافِلاَ # مَاوَفَتِ الشَّيْخَ اْلوَقُورَحَقَّهُ
“Demi
Allah, Seandainya segenap manusia membuat banyak perayaan untuk Syeikh
Utsaimin, hal itu tidaklah mampu memenuhi hak dia.”
Syair
itu menunjukkan pengkultusan orang-orang Wahabi terhadap Syekh Utsaimin.
Pengagungan yang kebablasan juga mereka berikan kepada pendiri aliran Wahabi, Muhammad
bin Abdul Wahab. Seorang Mahasiswa Universitas Riyadh pernah memprotes
dosennya, Dr. Abdul Adhim al-Syanawi, karena memuji Rasulullah SAW. Sang dosen
menanyakan apa penyebab si mahasiswa membenci Nabi SAW? Mahasiswa itu menjawab
bahwa yang memulai perang kebencian adalah Baginda Nabi sendiri (sambil
menyitir hadits seputar fitnah yg muncul dari Najed, tempat kelahiran Muhamad
bin Abdul Wahab). “Kalau begitu, siapa yang kamu cintai?” tanya sang dosen.
Lalu si mahasiswa menjawab bahwa yang dicintainya adalah Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab. Selanjutnya sang dosen menanyakan alasan kecintaan mahasiswanya
itu. “Karena Syekh Muhammad Abdul Wahab menghidupkan sunnah dan menghancurkan
bid’ah,” Jawab mahasiswa itu. (Kisah ini dicatat Ibrahim Abd al-Wahid
al-Sayyid,dalam kitabnya, Kasf al-Litsam ‘an Fikr al-Li’am hlm.3-4.)
Sungguh benar Baginda Nabi SAW. yang dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah (Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam.
Sungguh benar Baginda Nabi SAW. yang dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah (Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam.
Syekh
Utsaimin adalah salah satu penerus Muhammad bin Abdul Wahab. Ia juga gencar
menyebarkan fitnah lewat tulisan-tulisannya. Salah satu fitnah itu seperti
tertera di dalam karyanya, al-Manahi al-Lafdziyyah hal 161. Di
situ ia menulis:
وَلاَ أَعْلَمُ إِلىَ سَاعَتيِ هَذِهِ اَنَّهُ جَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ
صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ اْلخَلْقِ مُطْلَقاً فيِ كُلِّ شَئٍْ
“Dan
saya tidak mengetahui sampai detik ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang
lebih utama dari segala makhluk apa pun secara mutlak.” Agaknya kalimat inilah
yang membuat penganut Wahabi lebih mengagungkan Utsaimin dari pada Baginda
Rasulullah SAW!
Sumber: Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar