Vladimir Putin dilahirkan
di St. Petersburg (salah satu kota distrik federal di Rusia) pada 7 Oktober
1952. Meski terlahir di negara komunis Uni Soviet (sebelum Federasi Rusia),
Vladimir Putin dibaptis berdasarkan kepercayaan Gereja Ortodoks Rusia. Putin muda
biasa dipanggil "Putka", ayahnya bernama Vladimir Spirodonovich Putin
dan ibunya bernama Maria Ivanovna Putina.
Putin ahli dalam berbahasa
Inggris dan Jerman, selain itu ia juga ahli beladiri, khususnya sambo (beladiri
Rusia) dan Judo (sudah black belt). Dari sisi akademis, Putin muda menempuh
pendidikan sarjana di Jurusan Hukum Universitas Negeri di St. Petersburg dan
lulus pada tahun 1975.
Meskipun demikian, ia
tidak sempat menjalani karir sebagai praktisi hukum, karena setelah lulus dia
memilih masuk KGB (Komitet Gasudarstvenoi Bezopasnosti), yaitu dinas keamanan
rahasia di masa Uni Soviet, dan akhirnya Putin menjalani karir panjangnya
sebagai agen rahasia (spionase) di KGB (yang dapat dibilang sebagai sebuah
pencapaian yang luar biasa di masa itu).
Setelah berhenti berkarir
di KGB paska runtuhnya Uni Soviet, Putin merambah lebih jauh ke dunia Politik.
Ia juga sempat menjadi Asisten Walikota Moskow, kemudian karirnya menanjak
menuju Staf Kepresidenan di era Presiden Boris Yeltsin (presiden pertama
Federasi Rusia), setelah itu mengepalai dinas FSB (dinas keamanan Rusia
pengganti KGB), hingga akhirnya menjadi presiden Rusia dua periode di tahun
2000 dan 2004, dan sekarang kembali menduduki kursi kepresidenan untuk ketiga
kalinya di tahun 2012.
Dalam hal ini, tentu untuk
melihat ‘posisi politis’ & ‘strategis’ Vladimir Putin bagi Rusia saat ini,
tak dapat dilepaskan dari sejarah politis Rusia itu sendiri dari masa ke masa
–hingga Putin menduduki kursi kepresidenan.
PUTIN & RUSIA
Di masa-masa akhir era Perang Dingin (1947 – 1991), Rusia sempat hendak “gulung
tikar” dan hampir-hampir menjadi negara gagal (failure state). Kala itu,
inflasi meroket, ekonomi ambruk serta dikuasai segolongan oligarkh, yang pada
saat yang sama kriminalitas dan mafia kejahatan merajalela, sistem sosial
berantakan dan kekarutan sosial-politis-ekonomis lainnya.
Ketika Januari 2000-an
Presiden Boris Yeltsin menunjuk Vladimir Putin sebagai Perdana Menteri (PM),
mayoritas rakyat Rusia belum mengenalnya. Tak ubahnya mitos “Satrio Paningit”
dalam kepercayaan masyarakat Jawa (yang dirindu berbagai kalangan di
Indonesia), Putin dapat dikatakan sebagai orang yang dinantikan oleh Rusia. Ia
bukan hanya pemimpin hebat bagi Beruang Merah, tetapi juga ahli strategi.
Setidak-tidaknya, ada
beberapa hal yang mendorong Putin berhasil menjadi seorang pemimpin Rusia yang
telah merubah Rusia yang hampir ambruk dan sekarat kembali menjadi negara besar
yang bangkit dan memiliki taring dalam politik global saat ini. Salah-satunya
adalah kepemimpinannya yang tegas dan tak ragu-ragu, yang membuat semua
kebijakannya berhasil. Putin juga dikelilingi oleh orang-orang terpercaya dari
St. Petersburg daerah asalnya. Di sinilah ia sangat berbeda dengan rezim
sebelumnya, dimana anak-anak Yeltsin serta menantunya turut campur tangan dalam
politik.
Dalam konteks politik
global, ia menggunakan kesempatannya sebagai presiden dengan menjalin kemitraan
dengan para pemimpin yang ‘anti’ Amerika dan tentu saja, kembali menghidupkan
sentiment Blok Timur yang sempat terabaikan di masa Yeltsin atau pun Gorbachev.
Secara ekonomis dan
politis, dalam dua periode masa jabatannya (8 tahun) dahulu, hampir sekitar 20
juta rakyat Rusia dientaskan dari kemiskinan, kemudian sistem pendidikan serta
kesehatan diperbaiki, industri strategis dinasionalisasi, pengangguran
dikurangi, korupsi bisa berkurang, pembayar pajak meningkat, utang luar negeri
200 miliar dollar dilunasi, mata uang rubel menguat, cadangan devisa menjadi
450 dollar AS (nomor tiga di dunia pada dekade 2007-an).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar