[1] Joseph Brodsky
SONETA
G.P.
Kita sekali lagi
tinggal di dekat teluk,
dan mengambang awan
di atas kita,
dan saat ini Vesuvius bergemuruh,
dan debu turun ke
gang-gang,
dan jalur kaca
berderak,
dan pada suatu ketika
kita pun mulai tertutup abu.
Sekiranya aku mau
pada saat yang menyedihkan itu
datang ke tepi trem,
masuk ke rumahmu,
dan jika selang
ratusan tahun
pasukan kemudian
datang mengorek kota kita,
maka aku ingin,
mereka menemukanku
yang tertinggal
selamanya di pelukanmu,
tertutup abu yang
baru.
November 1963
Joseph Brodsky adalah penyair dan esais
kelahiran Rusia (24 Mei 1940 – 28 Januari 1996), penerima Nobel Sastra
1987. Ia diusir oleh pemerintah Uni Sovyet setelah diadili sebagai
"parasit sosial" pada tahun 1964. Setelah itu ia menjadi eksil di
beberapa negara Eropa, sampai akhirnya
ia diterima sebagai warga negara AS pada tahun 1972. Puisi di atas
diterjemahkan oleh Ade Surya T.
[2] Anna Akhmatova
TIGA BENDA kegemarannya di dunia:
Nyanyian senja, burung merak putih,
Peta-peta kuno Amerika.
Dia benci tangisan kanak-kanak,
Benci teh dengan selai raspberi
Dan amuk-amuk wanita.
– Akulah isterinya.
Nyanyian senja, burung merak putih,
Peta-peta kuno Amerika.
Dia benci tangisan kanak-kanak,
Benci teh dengan selai raspberi
Dan amuk-amuk wanita.
– Akulah isterinya.
BAGAIKAN BATU PUTIH dalam lubuk telaga,
Terbaring dalamku sebuah kenangan.
Aku tak mampu, tak mau melawannya:
Ia – sukariaku dan ia – siksaan.
Terbaring dalamku sebuah kenangan.
Aku tak mampu, tak mau melawannya:
Ia – sukariaku dan ia – siksaan.
Kukira, sesiapa sekilas
pandang
Ke dalam mataku, pasti mengerti.
Dia akan menjadi sayu, termenung
Seolah terdengar kisah sedih.
Ke dalam mataku, pasti mengerti.
Dia akan menjadi sayu, termenung
Seolah terdengar kisah sedih.
Kutahu: dewa-dewi pernah
mengubah
Orang jadi benda, tanpa membunuh rasa.
Kau telah berubah menjadi kenanganku,
Mengabadikan dukaku yang luarbiasa.
Orang jadi benda, tanpa membunuh rasa.
Kau telah berubah menjadi kenanganku,
Mengabadikan dukaku yang luarbiasa.
DADAKU LEMAS bertambah dingin,
Tapi jejak langkahku
ringan.
Aku tersilap pakai sarung kiri
Pada tangan sebelah kanan.
Aku tersilap pakai sarung kiri
Pada tangan sebelah kanan.
Rupanya tangga banyak
sungguh,
Tiga saja yang kutahu!
Antara pohon maple, musim luruh
Membisik: “Matilah bersamaku!
Tiga saja yang kutahu!
Antara pohon maple, musim luruh
Membisik: “Matilah bersamaku!
Aku ditipu nasib durjana,
Yang kusam dan berdalih.”
Kujawab: “Aku juga, sayang!
Biar kuikut mati sekali.”
Yang kusam dan berdalih.”
Kujawab: “Aku juga, sayang!
Biar kuikut mati sekali.”
Inilah lagu perjumpaan
terakhir.
Kupandang rumah gelap-sunyi.
Hanya lilin kamar tidur bernyala
Api kuningnya tidak peduli.
Kupandang rumah gelap-sunyi.
Hanya lilin kamar tidur bernyala
Api kuningnya tidak peduli.
29 September 1911, Tsarskoe Selo
Anna
Akhmatova dianggap sebagai salah seorang
penyair modenis Rusia yang teragung dan terpenting di abad ke-20. Bersama Osip
Mandelstam, Marina Tsvetaeva, Boris Pasternak, Alexander Blok dan penyair lain,
Akhmatova menyumbang kepada ‘Zaman Perak Puisi Rusia’. Gaya pemuisian Akhmatova
dicirikan oleh bahasa ringkas dan jernih di samping liris dan penuh daya emosi.
Tema utama Akhmatova berkisar tentang cinta, ingatan dan penderitaan orang
biasa di bawah pemerintahan Stalin. Kehidupan peribadi Akhmatova sarat dengan
derita — suami pertamanya, penyair Nikolai Gumilev, ditahan dan dibunuh oleh
Cheka (polis rahsia di bawah Lenin) pada tahun 1921; anak lelakinya, Lev
Gumilev, dipenjarakan dan dihantar ke Gulag (kem buruh paksaan Soviet) dari
tahun 1938 hingga 1956; dan puisi Akhmatova dilarang secara tidak rasmi dari
1925 hingga 1940. ‘Puisi Tanpa Wira’ dan ‘Requiem’ antara sajak-sajak Akhmatova
yang paling terkenal. Terjemahan
dari bahasa Rusia oleh Pauline Fan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar