Hak
cipta ©Sulaiman Djaya
Kini kereta kuda yang dinaiki Misyaila,
Siswi Karina, Ilias, Hagar, dan Sophia itu telah sampai di gerbang utama Negeri
Farsa. Gerbang utama itu adalah juga pintu utama benteng yang sangat tebal dan
tinggi yang melindungi dan mengelilingi Negeri Farsa. Benteng dan gerbang
utama itu bernama Gerbang Benteng Farsana.
Dan seperti biasanya, kereta kuda yang
mereka naiki itu pun segera menghilang begitu saja ketika mereka telah turun
dan ketika kaki-kaki mereka telah menginjakkan tanah. Gerbang utama itu
ternyata dijaga sejumlah prajurit dan tentara yang dilengkapi dengan pakaian
dan topi pelindung dari bahan-bahan baja, besi, dan bahan-bahan lainnya.
Senjata mereka terdiri dari pedang dan tombak, tapi bukan sembarang pedang dan
tombak. Sebab tombak-tombak mereka juga berfungsi sebagai pesawat-pesawat
terbang yang bisa mereka naiki ketika terjadi peperangan atau ketika terjadi
situasi gawat-darurat.
Rupanya pimpinan prajurit dan tentara
yang menjaga gerbang utama bernama Farsana itu telah mengenal Misyaila, namanya
Roshtam. “Selamat datang kembali, saudariku!” ujar Roshtam kepada Misyaila,
“dan siapa gerangan empat orang yang bersamamu ini?” Tanya Roshtam. Mendengar
pertanyaan Roshtam tersebut, Misyaila pun segera memperkenalkan Siswi Karina,
Hagar, Ilias, dan Sophia kepadanya. “Mereka-lah yang ingin kutawarkan untuk
menjadi penduduk negeri ini.” Jawab Misyaila. “Jika demikian, sebaiknya kita
segera menghadap Raja Nazad.” Seru Roshtam.
Ternyata jarak dari gerbang utama ke
pusat ibukota Negeri Farsa cukup jauh juga dengan hanya berjalan kaki. Dan sepanjang
jalan itu pula tampak barisan prajurit dan tentara berbaris dengan khidmat dan
rapih.
Dan sekarang mereka telah sampai di
kediaman Raja Nazad, dan raja itu pun segera menyambut mereka dan
mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi-kursi melingkar yang ada di kediaman
tersebut. “Sudah lama sekali kau tak datang.” Kata Raja Nazad kepada mereka.
“Beberapa waktu lamanya memang aku sengaja ingin mengetahui sejumlah negeri,
dan timbullah keinginanku untuk mendatangi negeri yang pernah kukunjungi.” Balas
Misyaila. “Negeri apa itu?” Tanya Raja Nazad. “Telaga Kahana.” Jawab Misyaila.
“Oh rupanya negeri yang dulu dipimpin salah seorang sahabatku yang kini telah
wafat itu!” ujar Raja Nazad. “Yah benar, “ kata Misyaila, “dan inilah anak-anak
sahabatmu itu, yang ingin kutawarkan agar ia menjadi penduduk negerimu dan
dilatih oleh para jenderalmu atau dididik oleh orang-orangmu.” Lanjut Misyaila.
Setelah sejenak terdiam, Raja Nazad
akhirnya mengiyakan apa yang ditawarkan Misyaila tersebut. Sang raja itu pun
memanggil beberapa prajurit untuk membawa Hagar, Ilias, dan Sophia ke sebuah
tempat yang akan menjadi rumah mereka selama mereka telah diterima menjadi
penduduk di Negeri Farsa tersebut.
Sementara itu, Siswi Karina dan
Misyaila, diantarkan oleh beberapa prajurit dan tentara ke sebuah pemondokan
yang berbeda, yang tak jauh dari kediaman Raja Nazad. Kala itu, di luar, waktu
sebentar lagi menjemput siang-nya. Pemandangan dan suasana pedesaan yang
mengelilingi pusat ibukota tersebut sangat indah. Lanskap lembah-lembah,
bukit-bukit kecil serta beberapa gunung tampak jelas terlihat dari pusat
ibukota Negeri Farsa tersebut. Memang, mayoritas penduduk tersebut dapat hidup
dari hasil pertanian, peternakan, dan juga kerajinan, seperti kerajinan membuat
perhiasaan dan senjata.
Di antara para penduduk yang hidup di
sekitar lembah-lembah dan gunung-gunung itulah, hidup para empu dan sejumlah
kecil orang-orang bijak bestari yang kadangkala diundang Raja Nazad untuk
dimintai pendapatnya bila ada hal-hal penting menyangkut nasib Negeri Farsa,
semisal bila ada ancaman agressi dari Negeri Amarik yang pernah datang dan
menyerang Negeri Farsa dengan pesawat-pesawat aneh super canggih mereka yang
memang terbilang belum dapat dibuat oleh orang-orang di negeri-negeri lain.
Ada pun negeri di mana Misyaila lahir,
diciptakan, dan hidup adalah sebuah negeri yang jauh sangat berbeda dari
negeri-negeri lainnya di muka bumi, karena negeri itu terletak di balik samudra
yang teramat luas dan misterius, di mana di balik samudra tersebut ada dua
gunung gaib yang belum dicapai dan diketahui manusia. Dan di antara dua gunung
itulah terletak negeri di mana Misyaila berasal. Sebagaimana Negeri Telaga
Kahana yang juga dihuni oleh para penduduk setengah peri dan juga hanya dapat
dijangkau oleh mereka yang memiliki kekuatan dan pengetahuan tertentu (seperti
pengetahuan yang telah dikuasai oleh segelintir orang di Negeri Amarik), negeri
di mana Misyaila berasal adalah negeri yang dihuni ragam makhluk dan penduduk
yang ajaib.
Sebelum
menjadi pemuda yang gagah dan tampan, Ilias menjalani waktu keseharian di masa
remaja dan kanak-kanaknya dengan menggembalakan binatang-binatang ternak mirip
domba, tapi binatang-binatang itu hanya seukuran kelinci ketika dewasa. Selain
menggembalakan binatang-binatang ternak tersebut, Ilias juga kadangkala
membantu ibunya, Zipora, menanam dan merawat pohon-pohon ajaib, yang
salah-satunya pernah dimakan bersama Siswi Karina dan Misyaila itu, yaitu Pohon Barakat.
Negeri
Telaga Kahana sendiri yang berada di sebuah danau ajaib yang amat luas,
merupakan negeri dan dunia yang sangat berbeda dengan negeri-negeri lain yang
ada. Di negeri itu, empat musim datang dan hadir secara bergantian selama
seminggu, dan jika maut menimpa mereka di negeri itu, maka yang dijemput maut
mula-mula menjelma sebentuk asap sebelum kemudian menghilang ke udara.
Jika
salju turun di negeri ajaib tersebut, para penduduknya akan menyalakan
tungku-tungku perapian di rumah-rumah mereka, dan karena itulah, Ilias pun
kadangkala akan membantu ibunya mengeringkan kayu-kayu bakar sebagai persediaan
dan antisipasi bila salju turun di negeri mereka. Sementara, Hagar dan Sophia,
kedua adiknya yang sama-sama jelita, mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal ihwal keadaan dan perangkat di dalam rumah mereka.
Begitulah!
Satu-satunya rasa bosan yang mereka alami adalah ketika salju turun di negeri
mereka dari waktu pagi hingga ke pagi esok harinya, yang jika mereka tak
menyalakan tungku-tungku perapian, niscaya mereka akan membeku seperti
patung-patung yang terbuat dari gypsum atau tanah liat. Namun, setelah itu,
mereka akan mengalami kegembiraan yang luar biasa ketika cahaya yang datang
kemudian segera meluruhkan salju-salju di negeri mereka, yang disusul dengan
mekar dan merekahnya bunga-bunga ajaib dan menakjubkan, yang pada saat
bersamaan hadir pula aneka ragam binatang-binatang bersayap yang tak kalah
ajaibnya yang tak pernah dijumpai Siswi Karina.
Pada
saat itulah, Ilias menggembalakan binatang-binatang ternak yang besar hanya
seukuran kelinci tersebut, sembari bergembira dan bermain-main dengan aneka
ragam binatang bersayap yang ada, sedangkan Zipora akan mencari dan
mengumpulkan ranting-ranting dan dahan-dahan yang jatuh dan patah di antara
jejak-jejak salju yang telah luruh dan telah menjadi udara karena datangnya
cahaya yang menggembirakan mereka setelah mengalami kedinginan selama
berjam-jam. Dan pada saat itu pula, pohon-pohon yang mereka tanam dan mereka
rawat telah berbuah dan akan dapat mereka unduh dan mereka ambil di sore
harinya.
Tapi
bukan itu semua yang membuat Negeri Telaga Kahana begitu sangat istimewa dan
sangat berharga di mata Jarjus Bushan sang pemimpin Negeri Amarik dan di mata
Mayar Rother sang ketua ordo rahasia yang menguasai banyak pabrik senjata super
canggih itu. Negeri itu, sebagaimana juga telah diakui dan diketahui para
penduduknya, menyimpan benih-benih Kristal istimewa yang dapat dijadikan
sebagai bahan bagi pembuatan senjata super canggih yang sangat luar biasa dan
tak ada bandingannya.
Benih-benih
Kristal tersebut ada di sebuah bukit bernama Bukit Kaf.
Saat
para prajurit Amarik menyerang negerinya itu, Zipora tengah berada sendirian di
rumahnya dan sedang berusaha menemukan jalan keluar untuk menyelamatkan diri,
meski tampak bingung dan sempat kehilangan akal sehatnya untuk sesaat.
Ketika
sejumlah pasukan Amarik mendekati rumahnya, tiba-tiba sepasukan burung-burung
besar yang masing-masing ditunggangi para prajurit dari Negeri Farsa di
punggung mereka menjatuhkan bola-bola api dari kaki-kaki mereka ke arah para
prajurit Amarik, hingga membuat para prajurit Amarik itu terbakar dan sebagian
dari mereka menceburkan diri ke telaga. Rupa-rupanya
dua burung dari sepasukan burung tersebut penunggangnya tak lain adalah
Misyaila dan Siswi Karina.
Berita
diserangnya Negeri Telaga Kahana oleh para prajurit dan tentara Amarik sampai
ke Negeri Farsa tak lain berkat jasa seekor burung Hudan yang dapat terbang
sangat cepat dan menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu singkat dan
mengabarkan keadaan genting Negeri Telaga Kahana dengan menggunakan gerakan-gerakan
isyarat yang hanya dapat dipahami Misyaila.
Misyaila
sendiri tentu tak memberitahukan kabar tersebut kepada Ilias, Hagar, dan Sophia
dengan alasan yang dibenarkan oleh Raja Nazad kala itu, yang mana Raja Nazad
segera menyetujui pengiriman pasukan khusus Negeri Farsa di bawah komando dan
pimpinan Misyaila sendiri demi membantu perjuangan para prajurit dan penduduk
Negeri Telaga Kahana dalam mempertahankan dan menyelamatkan diri mereka dari
serangan dan agressi ribuan prajurit Amarik.
Pasukan
burung-burung ajaib yang berjumlah 313 tersebut berhasil memporak-porandakan
ribuan prajurit Amarik yang dikomandoi puluhan jenderal perang mereka.
Sesekali
pasukan burung-burung Labiba tersebut menamparkan sayap-sayap mereka dengan
keras dan kuat serta dengan gerakan yang cepat dan tangkas ke arah pasukan
Amarik, hingga membuat sejumlah pasukan Amarik itu terpelanting, terpental
alias terlempar membentur pohon-pohon, sementara sebagian dari mereka terlempar
ke telaga.
Tak
ragu lagi, para prajurit Negeri Telaga Kahana dan para penduduknya merasa
sangat gembira dengan kehadiran pasukan burung-burung Labiba yang tak mereka
duga itu kedatangannya di waktu-waktu dan saat-saat yang genting ketika para
prajurit Negeri Telaga Kahana mulai kerepotan menghadapi serangan pasukan
Amarik yang memiliki senjata-senjata yang lebih canggih daripada
senjata-senjata yang mereka miliki, yang penunggangnya tak lain adalah Misyaila
sebagai komandan perang dan Siswi Karina, serta para prajurit khusus dari
Negeri Farsa.
Kegembiraan
mereka itu memang bukan tanpa alasan, dan mereka sendiri mengakui bahwa
kecerdikan mereka serta sejumlah jebakan dan perangkap yang telah mereka buat
jauh-jauh hari sebelumnya masih tak seimbang dengan jumlah pasukan dan para
prajurit dari Negeri Amarik yang menyerang mereka dengan senjata-senjata yang
lebih canggih tersebut, di saat para prajurit mereka jauh lebih banyak dan
lebih besar.
Tentu
juga mereka sangat berterimakasih kepada si burung Hudan yang senantiasa setia
kepada Zipora setelah kematian suami Zipora dalam pertempuran antara para
prajurit dan rakyat Negeri Telaga Kahana dan para prajurit dan pasukan dari Amarik
bertahun-tahun sebelumnya.
Sementara
di sisi para prajurit dan para jenderal Amarik sendiri yang masih tersisa,
ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mungkin mengalahkan pasukan
burung-burung Labiba tersebut, mereka pun memutuskan mundur dan kembali ke
negeri mereka. Saat sejumlah prajurit Negeri Telaga Kahana hendak mengejar
pasukan Amarik yang melarikan diri itu, Misyaila mencegahnya.
“Biarkan
mereka yang masih tersisa itu pulang dan biarkan Jarjus Bushan sendiri
merasakan bahwa mereka tak akan memperoleh kemenangan, sehebat dan sekuat apa
pun ambisi mereka! Dan kita tidak boleh memerangi mereka yang tidak memerangi
kita!” Demikian Misyaila memberi perintah yang segera dipatuhi para prajurit
Negeri Telaga Kahana.
Kala
itu, semua penduduk Negeri Telaga Kahana mengangkat dan membawa jenazah-jenazah
mereka yang gugur untuk dimakamkan di sebuah padang dekat Bukit Kaf, sebuah
bukit yang selama ini masih diincar oleh para petinggi Negeri Amarik dan para
petinggi ordo rahasia pimpinan Mayar Rother, Ordo Nomas yang terkenal kaya dan
menguasai pabrik-pabrik senjata canggih.
Jauh
sebelum ditemukan bangsa Amarik, negeri Telaga Kahana adalah negeri yang tak
mengenal rasa cemas dan tak mengenal rasa khawatir akan datangnya ancaman yang
mengusik hidup mereka sehari-hari.
Dapat
dikatakan, dan ini mendekati kebenaran meski tak akurat, kerakusan dan
keserakahan yang datang dari luar negeri mereka-lah yang telah membuat para
penduduk negeri Telaga Kahana mengenal perang dan senjata. Dan pada batas-batas
tertentu, mengenal kemarahan dan kebencian dalam hati dan jiwa mereka yang
sebelumnya bersih dan murni bagai salju yang turun dari langit jernih negeri
mereka. Juga rasa dendam yang sebelumnya tidak mereka kenal dan tak mereka
rasakan.
Hal
itu tak lain karena perang-lah yang telah memperkenalkan kepada mereka sekian
pembunuhan dan kejahatan oleh manusia dengan teramat jelas di depan mata
mereka. Sebelum mengenal perang, para penduduk negeri itu hanya mengenal
kematian sebagai sejumlah peristiwa kodrati yang alamiah, yaitu ketika mereka
yang dijemput maut menjelma sebentuk asap sebelum kemudian menghilang ke udara.
Akan tetapi, setelah mengenal perang dan pembunuhan, mereka yang mati tak lagi
menjelma sebentuk asap dan menghilang ke keheningan dan kesejukan udara di
negeri mereka yang menakjubkan itu.
Begitulah,
sejumlah keajaiban yang sebelumnya ada dan terjadi pada mereka pun menghilang
setelah mereka mengenal perang dan kejahatan. Singkatnya, setelah mereka
mengenal senjata dan kebrutalan serta kebuasaan dan kerakusan.
Konon,
berdasarkan sejumlah dongeng dan hikayat yang dipercaya para penduduk negeri
itu, nenek moyang negeri Telaga Kahana berasal dari Negeri Sunda yang
legendaris dan masyhur ke seantero jagat dunia, yang juga dipercaya sebagai
asal muasal para penduduk atau Bangsa Farsa alias orang-orang Farsana.
Namun,
benar atau tidaknya sejumlah dongeng dan hikayat tersebut, pada kenyataannya
para penduduk Negeri Telaga Kahana berwujud seperti para peri dan sekaligus
seperti manusia. Sedangkan orang-orang Farsana adalah orang-orang atau
manusia-manusia yang mempercayai bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan yang Esa,
yang di masa lalu mereka menyebutnya dengan nama Ahuramazda yang Maha Agung.
Hal
itu tentu saja berbeda dengan para penduduk negeri Telaga Kahana yang menyebut
Tuhan mereka dengan nama Sang Hyang, nama yang mereka warisi dari leluhur
mereka di Negeri Sunda yang masyhur.
Sebagai
penduduk negeri Telaga Kahana, Zipora adalah keturunan Pangeran Ramada (yang
merupakan pemimpin kaumnya) dan Putri Artamis yang legendaris, sebelum akhirnya
Pangeran Ramada menjelma sebentuk asap dan menghilang ke udara, yang disusul
kemudian oleh kematian Putri Artamis karena dilanda kesedihan dan kesepian
setelah ditinggalkan suaminya itu.
Setelah
kematian Pangeran Ramada dan Putri Artamis itulah, para penduduk negeri Telaga
Kahana mempercayakan tampuk kepemimpinan negeri mereka kepada suami Zipora,
sebelum akhirnya juga gugur dalam perang pertama mereka dalam rangka
mempertahankan diri dari serangan pasukan dan para prajurit Amarik yang brutal dan
tak mengenal belas-kasihan. Demikianlah,
selanjutnya, kepemimpinan itu dipercayakan kepada Zipora sendiri sebagai yang
paling berhak sebagai keturunan langsung Pangeran Ramada dan Putri Artamis yang
jelita, karena mereka ragu menyerahkan kepemimpinan tersebut kepada anak
laki-laki Zipora, Ilias, yang kala itu masih kanak-kanak.
Barangkali
mereka tak ingin membebankan kepemimpinan tersebut kepada bocah tulus yang
harus terlebih dahulu matang dan berkembang sebagai lelaki, yang kala itu masih
sebagai penggembala binatang-binatang ternak mirip domba, tapi yang ukurannya
hanya sebesar kelinci ketika dewasa.
Malam
itu Siswi Karina dan Misyaila kembali menginap di tempat tinggalnya Zipora
untuk yang kesekian kalinya, sejak Siswi Karina pertama kali datang ke negeri
Telaga Kahana. Namun kali ini Siswi Karina telah diijinkan tinggal di kediaman
itu selama yang dikehendaki Siswi Karina. Sementara itu sejumlah penduduk
negeri Telaga Kahana tengah berduka karena kematian anggota keluarga mereka dan
saudara-saudari mereka akibat perang dengan bangsa Amarik berjam-jam
sebelumnya, Siswi Karina dan Zipora diam-diam telah saling akrab satu sama lain
malam itu.
Keakraban
mereka tersebut tentulah sejalan dengan keinginan Misyaila yang memang
menghendaki Siswi Karina menjadi teman dan sahabat bagi Zipora selama
ketakhadiran anak-anak Zipora yang kini tinggal di negeri Farsa nun jauh dari
negeri Telaga Kahana. Selain itu, Misyaila juga memutuskan untuk kembali ke
negerinya sendiri selama beberapa waktu yang dibutuhkan. Maka, keesokan harinya
dengan mengendarai kereta ajaibnya itu, Misyaila melesat cepat tanpa ditemani
Siswi Karina, untuk kembali ke negerinya
yang telah ia tinggalkan selama beberapa hari demi penjelajahan dan petualangan
yang disukainya.
Tak
berapa lama, Misyaila dan kereta ajaibnya itu pun segera menjadi gaib di
hadapan Siswi Karina dan Zipora yang pagi itu sejenak memperhatikannya dalam
kemesraan cuaca dan udara pagi yang sesekaki mengirim aroma semerbak wewangian
dari pohon-pohon bunga yang tumbuh di negeri tersebut. Sedangkan jauh di negeri
lain, yaitu di negeri Farsa, tampak Ilias sedang berlatih ketangkasan perang
dan keterampilan militer bersama Jenderal Roshtam. Berulangkali Ilias terjatuh
karena pukulan dan ketangkasan Jenderal Roshtam yang melatihnya itu, namun
bangkit kembali sebelum akhirnya terjatuh lagi karena belum berhasil
mengalahkan Jenderal Roshtam yang melatihnya dengan cepat, gesit, dan tangkas
itu.
Hari
itu, Jenderal Roshtam memang bermaksud melatih daya tahan dan ketangkasan tubuh
Ilias sendiri serta kematangan bathinnya sebagai prajurit dan calon pemimpin
sebelum melatihnya dengan kecakapan menggunakan aneka ragam senjata. Sebab,
bagi Jenderal Roshtam, kemahiran menggunakan senjata adalah urusan nomor dua,
dan yang terpenting bagi seorang prajurit dan calon pemimpin adalah kekuatan
dan kematangan tubuh dan jiwanya sendiri.
Tak
jauh dari lapangan di mana Ilias dan Jenderal Roshtam sedang mempraktekkan
latihan kedirgantaraan dan keprajuritan itu, Hagar dan Sophia tengah belajar
tentang ilmu mistis dan aneka ragam mantra. Pertama-tama mereka diajarkan
tentang mantra dan kekuatan dengan menggunakan tongkat kecil yang ada di tangan
mereka. Saat itu, guru mereka, yaitu Ratu Washti, mempraktekkan sendiri
bagaimana menggerakan tongkat kecil di tangannya sembari merapalkan dan
melafalkan mantra dengan lidah dan mulutnya, dan seketika itu sebuah cahaya
keluar dari tongkat kecil yang dipegangnya, dan cahaya itu meluncur cepat ke
sebuah kayu di atas meja yang seketika itu hancur menjadi debu karena hantaman
cahaya mirip sinar laser yang meluncur begitu cepat dari ujung tongkat yang
dipegang tangan Ratu Washti tersebut. Melihat hal itu, Hagar dan Sophia tampak
terkagum-kagum dan mereka mencoba trik mereka sendiri, namun gagal dan malah
tongkat kecil mereka yang terbakar hingga telapak tangan mereka merasakan panas
karena aliran panas yang merambat dengan cepat ke tangan mereka saat tongkat
kecil mereka terbakar tersebut.
Kejadian
itu membuat Ratu Washti tersenyum sembari menahan tawa, dan ia pun segera memberi
dua tongkat kecil baru kepada Hagar dan Sophia, dan segera ia memerintahkan
mereka untuk mengulangi ilmu menggunakan kekuatan dengan senjata tongkat dan
daya magis mantra yang telah diajarkan Ratu Washti tersebut, dan kali ini
mereka berhasil, sebuah keberhasilan yang langsung disambut dengan tepukan
tangan Ratu Washti.
Hari
itu, cuaca di negeri Farsa sedikit dirundung bintik-bintik salju, di saat di
negeri Telaga Kahana tengah mekar dan merebaknya bunga-bunga ajaib yang
mengirimkan aroma wewangian melalui hembusan angin itu, hingga keadaan cuaca di
negeri Farsa tersebut terasa cukup membuat gigil para penduduknya kala itu.
Setelah
mereka mengalami sendiri bahwa mereka dapat dikalahkan oleh pasukan khusus dari
negeri Farsa saat menyerang negeri Telaga Kahana itu, atas saran dan usulan
dari Mayar Rother, Jarjus Bushan meminta kepada para jenderalnya untuk
membentuk pasukan khusus dan pasukan mata-mata yang lebih tangguh dan lebih
efisien yang akan dikirim ke negeri Farsa untuk mengumpulkan setiap informasi
dan pengetahuan terkait negeri Farsa.
Pasukan
khusus dan pasukan elite itu, sebagaimana dikehendaki Mayar Rother dan Jarjus
Bushan, haruslah memiliki kemampuan kamuflase dan penyamaran tingkat tinggi.
Keinginan untuk membentuk pasukan dengan kemampuan dan kerahasiaan tingkat
tinggi itu tentulah setelah mereka merasa malu karena kekalahan mereka
sekaligus berkat kesadaran mereka bahwa yang telah mengalahkan mereka bukanlah
lawan dan kekuatan yang boleh dianggap enteng begitu saja.
Sebenarnya
mereka telah memiliki pasukan elit, namun pasukan elit dan pasukan khusus
mereka terbukti kurang efektif saat perang mereka dengan pasukan khusus dari
negeri Farsa di negeri Telaga Kahana itu. Sebelum peperangan itu, mereka juga
tidak tahu bahwa negeri Farsa adalah sekutu dan sahabat negeri Telaga Kahana,
negeri yang berusaha mereka kuasai dan mereka taklukkan itu.
Kali
ini mereka tak ingin salah-hitung lagi atau menganggap lemah negeri Telaga
Kahana yang ingin mereka kuasai dan hendak mereka taklukkan karena memiliki
tabungan Kristal di Bukit Kaf itu. Mereka juga segera mengirim utusan ke negeri
sekutu setia mereka, yaitu negeri Asrail, agar lebih banyak lagi memproduksi
senjata canggih dan menambah kekuatan militernya.
Sesampainya
utusan bangsa Amarik yang bernama Nibur Maya itu di negeri Asrail, ia disambut
langsung oleh pemimpin negeri Asrail, Ziva Kamarin. Berbeda dengan Jarjus
Bushan, Ziva Kamarin terkenal cerdik dan cerdas, meski ia seorang perempuan.
Dan sebagaimana Misyaila, Ziva Kamarin juga memiliki tongkat ajaib yang
senantiasa ada di tangannya.
Secara
jarak, dibanding dengan negeri Amarik, jarak negeri Asrail lebih dekat ke
negeri Farsa, karena antara dua negeri itu hanya dipisahkan oleh negeri Yumnan
dan negeri Suryan. Sementara itu, tetangga negeri Asrail yang menjadi sekutu
setia mereka adalah negeri Najdan. Sebuah negeri yang gemar memancung orang tak
bersalah yang diduga ingin melakukan pemberontakan kepada rejim negeri
tersebut. Sebuah negeri yang para pejabat tingginya suka memperkosa perempuan demi
memuaskan nafsu syahwat mereka.
Hari
itu Nibur Maya dipersilahkan masuk ke ruangan rahasia Ziva Kamarin agar
pembicaraan mereka hanya diketahui oleh mereka berdua saja. Mereka pun tak
merasa canggung satu sama lain karena mereka sama-sama perempuan, dan secara
kebetulan pula, mereka berusia sama. Salah-satu poin pembicaraan mereka adalah
Ziva Kamarin sebagai pemimpin tertinggi negeri Asrail diharuskan menghadiri
pertemuan ordo rahasia pimpinan Mayar Rother yang akan diadakan di sebuah
tempat rahasia di negeri Amarik.
Salah-satu
masalah yang akan dibahas dalam pertemuan ordo rahasia tersebut, berdasarkan
pembicaraan antara Nibur Maya dan Ziva Kamarin di ruangan rahasa itu, adalah
rencana untuk memancing kekuatan bangsa Farsa dengan jalan menyerang
negeri-negeri yang menjadi sekutu negeri Farsa, seperti negeri Suryan dan
negeri Yumnan, sebelum mereka menyerang negeri Farsa sendiri dengan skala dan
koalisi besar-besaran di masa yang akan datang yang hendak mereka rancang dan
mereka rencanakan dalam pertemuan ordo rahasia tersebut.
Masalah
itu tentu saja membutuhkan dukungan banyak kekuatan, setelah mereka sadar dan
mengalami sendiri kekalahan mereka ketika berhadapan dengan pasukan khusus
negeri Farsa yang kala itu dikomandoi Misyaila. Pertemuan ordo rahasia itu juga
rencananya akan dihadiri beberapa petinggi dan pemimpin dari negeri Najdan,
selain dari negeri-negeri lainnya yang merupakan sekutu-sekutu negeri Amarik
dan negeri Asrail, semisal negeri Haland, Franca, dan negeri Angland.
Selain
karena telah mengalami kekalahan ketika melawan dan berhadapan langsung dengan
pasukan khusus dari negeri Farsa itu, ada dua negeri yang sangat kuat namun tak
mau menjadi sekutu mereka, yang kemungkinan besar akan menjadi sekutu bangsa
Farsa di masa yang akan datang, yaitu negeri Rus dan negeri Multan, yang memang
banyak memiliki kesamaan secara watak dengan negeri Farsa, selain negeri Rus
dan negeri Multan juga memiliki sejarah hubungan dengan negeri Farsa di masa
silam mereka.
Meski
berbeda jenis dan ras, setelah merasa akrab satu sama lain, sosok Zipora bagi
Siswi Karina mengingatkan Siswi Karina pada almarhumah ibunya yang meninggal
dalam peristiwa kebakaran ketika Siswi Karina masih kanak-kanak. Sejak saat
itulah Siswi Karina dirawat dan dibesarkan oleh seorang perempuan yang bekerja
sebagai perempuan mucikari yang menyediakan perempuan hiburan bagi mereka yang
memiliki dompet tebal.
Kala
itu, di saat peristiwa kebakaran yang telah menelan sejumlah korban orang-orang
miskin tersebut, tangisan Siswi Karina terdengar oleh salah seorang petugas
pemadam kebakaran yang berhasil menyelamatkannya, yang secara kebetulan
keberadaan Siswi Karina saat itu masih dapat dijangkau oleh seorang petugas
pemadam kebakaran yang terbilang berani itu.
Bersama
Zipora yang penyabar itu, Siswi Karina mulai belajar menanam dan merawat
pohon-pohon alias tanaman-tanaman ajaib yang merupakan sumber makanan pokok
para penduduk negeri Telaga Kahana. Sementara, di waktu-waktu setelah menanam,
ia pun tanpa sungkan-sungkan menggembalakan binatang-binatang ternak mirip
domba yang ketika besar hanya seukuran kelinci, yang sebelumnya diurus Ilias
itu, sembari sesekali bercanda dengan binatang-binatang ajaib tersebut.
Sementara
itu, Zipora sendiri mengerjakan apa-apa yang sebelumnya telah biasa ia
kerjakan, seperti mengumpulkan ranting-ranting dan dahan-dahan pohon yang patah
dan jatuh bila salju telah luruh dan menjelma udara ketika cahaya di negeri
tempat ia hidup itu datang menggantikan musim sebelumnya yang saling bergantian
dalam waktu seminggu tersebut. Atau menyiapkan makanan sehari-hari bila waktu
makan telah tiba bagi mereka berdua.
Di
waktu-waktu senggang mereka dari kesibukan dan kegiatan kehidupan keseharian
mereka, sesekali Zipora mengajarkan ilmu-ilmu yang tak diketahui Siswi Karina
kepada Siswi Karina, seperti bagaimana berkomunikasi dengan Burung Hudan dan
merapalkan doa-doa magis agar mereka senantiasa dalam perlindungan dan
pertolongan yang Maha Kuasa, Sang Hyang Agung yang dipercayai oleh para
penduduk negeri Telaga Kahana.
Tentu
saja Siswi Karina sebelumnya tak menyangka bahwa Zipora memiliki ilmu-ilmu magis
yang sakti, semisal melontarkan dan melemparkan objek sasaran atau benda dengan
cara mengarahkan jari telunjuk sembari merapal mantra ajaib.
Salah-satu
contohnya adalah ketika Zipora memperlihatkan kepada Siswi Karina bagaimana ia
mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah batu cukup besar dan merapalkan mantra
yang berbunyi ‘Kun dhalik harakatan’, yang seketika itu batu yang cukup besar
tersebut terlempar tak ubahnya sebuah bola yang melambung karena ditendang
seorang pemain sepak bola, dan Siswi Karina tampak terkagum-kagum melihat hal
itu.
Saat
itulah, setelah diceritakan sendiri oleh Zipora, Putri Artamis yang adalah
ibunya Zipora, adalah seorang perempuan sakti yang memiliki sejumlah ilmu
ajaib, yang beberapa ilmunya tersebut diwariskan kepada Zipora. Putri Artamis
bukan sembarang perempuan dari jenis setengah manusia setengah peri, tapi
adalah juga seorang guru magis yang kemampuan magisnya telah dikenal luas oleh
para penduduk negeri Telaga Kahana.
Bertahun-tahun
sebelum Zipora lahir, demikian sebagaimana yang diceritakan Zipora kepada Siswi
Karina, Putri Artamis pergi ke hutan untuk mencari sepohon Kirkas yang akan
dijadikan sebagian ramuan untuk menyembuhkan salah satu penyakit aneh akibat
pengaruh magis yang menimpa sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana. Tanpa
sengaja, ketika ia sampai di sebuah tepi ujung telaga negeri itu, ia melihat
sesosok tubuh lelaki tampan yang tegeletak bagai lelap tertidur.
Itulah
hari ketika Putri Artamis pertama-kali bertemu Pangeran Ramada, yang
rupa-rupanya tertidur karena kelelahan setelah melakukan pelarian dan
menyeberangi telaga di negeri Telaga Kahana. Kala itu, Pangeran Ramada tidak
punya pilihan lain selain menyelamatkan diri ketika semua pasukannya telah
musnah dan kalah akibat serangan bangsa Damargh yang terkenal buas dan tak
kenal belas kasihan yang menyerang negerinya.
Ketika
tersadar dan terbangun saat disentuh tangan lembut Putri Artamis, Pangeran
Ramada merasa berterimakasih sembari menitikkan airmata karena telah ditemukan
Putri Artamis yang menolongnya, meski mulanya ia terkejut saat tiba-tiba Putri
Artamis berada di dekatnya kala terbangun dan tersadar.
Tentu
saja mulanya sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana merasa heran dan terkejut
ketika mereka melihat Putri Artamis yang mereka sayangi itu pulang bersama
seorang lelaki yang dipapahnya. Dan persis, kala itulah, selain berhasil
mengobati sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana yang terjangkit pengaruh magis
yang aneh, Putri Artamis juga berhasil mengobati beberapa luka Pangeran Ramada,
dan kemudian keduanya saling jatuh cinta.
Dengan
menunggang dan mengendarai sebuah burung besar yang sanggup terbang dengan
sangat cepat, Ziva Kamarin akhirnya melesat berangkat menuju negeri Amarik.
Perjalanannya itu tak membutuhkan waktu lama, dan ia sampai ke tujuannya sesuai
dengan jadwal pertemuan yang telah dirancang dengan sangat rahasia oleh Mayar
Rother sang pemimpin Ordo Nomas. Kedatangannya
ke negeri Amarik itu segera disambut hangat dan gembira oleh Mayar Rother dan
Jarjus Bushan yang langsung mempersilahkannya untuk menempati sebuah kursi yang
telah disiapkan untuknya, sebuah kursi yang terletak di tengah sebelah utara di
antara kursi-kursi yang mengelilingi meja bundar. Dialah satu-satunya perempuan
yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Selain
Ziva Kamarin dari negeri Asrail yang berwibawa dan kharismatik itu, tampak
peserta lain yang hadir dalam pertemuan super rahasia itu adalah Pangeran Liwad
Nibtalal dari negeri Najdan yang merupakan sekutu setia negeri Asrail dan mitra
politik Ziva Kamarin dan Perdana Menteri Vidad Kamarun dari negeri Angland yang
berdandan sangat necis hingga dapat merebut simpati dan rasa nyaman hati Ziva
Kamarin yang kagum melihatnya dan sesekali mencuri pandang ke arahnya.
Tak
diragukan lagi atawa tak disangsikan lagi, pertemuan yang telah dirancang Mayar
Rother dari ordo rahasia Nomas itu, merupakan rapat super elit dan teramat
rahasia, di mana masing-masing yang hadir tersebut diharuskan membangun dan
memperkuat aliansi dengan sekutu mereka masing-masing demi memuluskan rencana penaklukkan
skala besar mereka atas sejumlah negeri yang berusaha melawan untuk tidak
takluk dalam kendali kekuasaan mereka. Dalam
pertemuan super elit dan rahasia tersebut, disepakati sejumlah poin dan agenda
utama. Di antara agenda dan poin atawa rencana yang mereka tetapkan adalah
pertama, penyerangan dan penaklukkan atas negeri Yumnan yang merupakan sekutu
negeri Farsa yang diserahkan kepada Pangeran Liwad Nibtalal dan para sekutu
negeri Najdan. Kedua, upaya untuk mendongkel dan mengjungkalkan kekuasaan dan
kepemimpinan Raja Rashab dari negeri Suryan yang juga merupakan sekutu negeri
Farsa diserahkan kepada siasat dan rencananya Perdana Menteri Vidad Kamarun
dari negeri Angland serta para sekutunya.
Rencana-rencana
yang mereka sepakati dan mereka tetapkan dalam pertemuan dan rapat super elit
dan rahasia di salah-satu tempat yang juga mereka rahasiakan di negeri Amarik
tersebut dimaksudkan untuk memancing keterlibatan negeri Farsa ketika sejumlah
negeri yang menjadi sekutunya diserang, yang dengan demikian mereka dapat
mengetahui kekuatan negeri Farsa sekaligus dapat menguras kekuatan dan sumber
daya militer serta ekonomi negeri Farsa. Gagasan
tersebut tidak lahir dari Jarjus Bushan, tapi dari Mayar Rother sendiri sebagai
salah-satu pihak yang memiliki kepentingan sangat besar untuk melebarkan sayap
korporasi dan pabrik-pabrik senjata yang dimilikinya, sekaligus yang akan dapat
menjual produk-produk senjatanya dengan menciptakan agressi dan perang.
Kekayaan
Mayar Rother sendiri membuatnya memiliki banyak pabrik dan korporasi di
negeri-negeri yang menjadi sekutu negeri Amarik, semisal di negeri Najdan,
Damargh, Angland, dan bahkan di negeri Asrail sendiri, di negeri di mana
pemimpin tertingginya tak lain adalah Ziva Kamarin yang terkenal cerdik dan
sangat matang dalam mengukur kekuataan dalam perang dan aksi-aksi politiknya,
hingga membuatnya disegani lawan dan kawan.
Seusai
rapat dan pertemuan tersebut, mereka pun tak langsung menuju negerinya
masing-masing, tapi menghadiri jamuan makan malam yang diadakan di rumah
pribadi Mayar Rother yang sangat megah di sebuah kota bernama Ramsard. Dalam
jamuan makan malam itu, Ziva Kamarin dan Vidad Kamarun langsung akrab satu sama
lain dan segera saling menghasrati, yang berujung pada sebuah episode cinta di
mana mereka menghabiskan malam bersama di sebuah penginapan yang tak jauh dari
rumah Mayar Rother.
Para
peserta rapat dan pertemuan super elit dan rahasia yang telah dirancang Mayar
Rother tersebut baru kembali ke negerinya masing-masing di keesokan harinya.
Rasa percaya diri mereka membuat mereka merasa rencana mereka tak diketahui
oleh pihak-pihak yang akan mereka rugikan, negeri-negeri yang ingin mereka
taklukkan, meski pada kenyataannya tidaklah demikian, tanpa sepengetahuan
mereka. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar