Oleh Che Guevara (1965)
“Artikel ini di tulis
dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha,
majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara
menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat mana ia
berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi sejumlah
negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret 1965 di
majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo”
Kawan tercinta:
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Pendapat umum yang
dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang ideologi
menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode pembangunan
sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba ini, ditunjukkan oleh,
penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan berusaha menolak
pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik, melainkan dengan
menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan selanjutnya memberi
tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan sejarah perjuangan
revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut kekuasaan.
Sebagaimana telah
diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang mencapai
puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah kelompok
yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi Oriente
pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu menjadi
sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara, dan
memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui
sebuah amnesti.
Dalam proses ini, dimana
yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor fundamental.
Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan nama pertama
dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi yang dipercayakan
padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya tibalah tahap
perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua lingkungan yang
berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus dimobilisasi; dan
pelopornya, gerilyawan, kekuatan motor mobilisasi, pembangkit kesadaran
revolusioner dan antusiasme militan. Pelopor ini merupakan agen katalisator
yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan untuk memperoleh
kemenangan.
Di sini sekali lagi, dalam
kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari revolusi yang berlangsung dalam
kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran kami, individu merupakan faktor pokok.
Setiap seorang pejuang dari Sierra Maestra yang mencapai jenjang atas dalam
barisan kekuatan revolusioner memiliki rekor tindakan yang luar biasa. Mereka
memperoleh jenjang tersebut atas dasar tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan
pertama, dan di situ mereka harus memikul tanggung jawabnya yang amat berat,
untuk tugas-tugas yang amat berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada
berhasil memenuhi kewajiban yang dibebankan padanya itu.
Dalam pekerjaan pendidikan
revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang mengandung pelajaran
seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia masa depan.
Pada bagian sejarah kami
yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner terus-menerus
diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Flora kami menyaksikan
tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan oleh seluruh
rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap kepahlawanan ini dalam kehidupan
sehari-hari, dari sudut pandang ideologis, merupakan salah satu tugas
fundamental kami.
Pada bulan Januari 1959,
pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan berbagai anggota dari
kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak (selanjutnya diubah
menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah kemenangan revolusi 1959,
pent) sebagai faktor mendasar dari kekuatan yang mengawal revolusi.
Kontradiksi serius mulai
berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959, diselesaikan ketika
Fidel Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil pos perdana menteri.
Proses ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang sama dengan mundurnya
Presiden Urrutia karena tekanan massa.
Dalam sejarah revolusi
Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara sistematik
berulang-ulang tampil: massa
Proses yang bersegi jamak
ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen dari tipe yang
sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan menjadi jenis tipe
sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia mengikuti para
pemimpinannya, terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun tingkat dimana para
pemimpin itu memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari ketepatan mereka
menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti utuh, dan dari
perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa berpartisipasi dalam
reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola perusahaan-perusahaan negara;
yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa Giron yang heroik itu,
peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang dipersenjatai oleh CIA;
berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat penting di jaman moderen
selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus bekerja demi membangun
sosialisme.
Dipandang dari luar,
nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu di bawah
negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame yang tak
ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh pemerintah, apakah
itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga, dsb.
Inisiatif muncul dari
Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada rakyat, yang
menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan pemerintah
mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan mengikuti
prosedur sama.
Meski begitu, negara
kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan, yaitu nampak dari
menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan kuantitatif pada
masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh hingga mencapai
penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus segera membuat
koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari kebijaksanaan
sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata bahwa mekanisme ini
tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana. Hubungan yang lebih
berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus memperbaikinya di
tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari jajaran atas
pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan metoda intuitif
yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang kami hadapi.
Dalam hal inilah Fidel
seorang pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan rakyat dapat
ditangkap hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum raksasa
seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang saling
bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama dalam
sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks dalam
sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu yang sulit
dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi adalah
keeratan dialektika antara individu dan massa,dimana massa, sebagai kumpulan
individu, saling berinterkoneksi dengan para pemimpinnya.
Beberapa fenomena seperti
ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para politisi nampak
mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai gerakan sosial murni
(jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar mengatakan mereka
sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan, jika orang yang itu mampu
terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan selama kekasaran
masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi terhadap rakyat.
Dalam masyarakat
kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang berada di luar
jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi sebuah masyarakat
oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum yang berlaku atas seluruh
aspek kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan nasibnya.
Hukum kapitalisme, yang
mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas individu tanpa ia
menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas di hadapannya.
Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis yang mengaku
menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar atau tidak--
tentang kemungkinan meraih keberhasilan.
Tumpukan kemiskinan dan
penderitaan yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang Rockeffeler, dan
tumpukan kebejatan yang dikandung dalam kekayaan seperti itu, digelapkan oleh
lukisan tersebut, dan tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat untuk melihat
secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme ini.
(Sebuah diskusi tentang
bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan semangat
internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu oleh
eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana
melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini,
namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam kasus apapun jalan
menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan sebagai perjuangan dengan
resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang individu dengan kualitas yang
baik sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah nampak ada di kejauhan; dan jalan
untuk mencapainya penuh kesepian. Maka selanjutnya, yang berlangsung adalah
persaingan diantara serigala-serigala; pemenangnya akan muncul dengan ongkos
kegagalan lainnya.
Sekarang saya akan mencoba
mendefinisikan individu, aktor dalam drama yang sedang bergerak dan aneh dari
pembangunan sosialisme ini, dalam keberadaan gandanya sebagai manusia unik dan
sekaligus anggota dari masyarakat.
Saya pikir tempat
memulainya adalah memahami kualitas ketidaklengkapannya, sebagai produk yang
belum selesai. Sisa masa lampau dibawanya hingga saat kini dalam kesadaran
individu, dan sebuah kerja yang terus menerus diperlukan untuk mengikis
sisa-sisa itu. Proses ini berlangsung dalam dua sisi. Di satu sisi masyarakat
bertindak melalui pendidikan langsung dan tak langsung; di sisi lain, individu
menyarankan diri bagi proses pendidikan sadar diri.
Masyarakat baru yang
terbentuk harus bersaing secara gigih dengan masa lalu. Masa lampau tertanam
bukan hanya dalam kesadaran individu--dimana sisa sebuah pendidikan yang secara
sistematik diorientasikan ke arah pemisahan individu masih sarat
dikandung--namun juga melalui watak dasar dari transisi itu dimana hubungan
komoditi masih bertahan. Komoditi merupakan sel ekonomi masyaraiat kapitalis.
Selama ia masih ada, efeknya akan menyusup dalam organisasi produksi dan,
konsekuensinya, ke dalam kesadaran.
Marx memaparkan periode
transisi sebagai hasil dari ledakan transformasi dari sistem kapitalis yang
dihancurkan oleh kontradiksinya sendiri. Namun, dalam kenyataan sejarah, kita
menyaksikan bahwa beberapa negara yang ikatan dahannya dengan pohon
imperialisme lemah akan lepas pertama kali --sebuah fenomena yang diramalkan
oleh Lenin.
Di negara-negara itu
kapitalisme telah berkembang secara cukup untuk menciptakan efek yang dirasakan
oleh rakyat dengan satu atau lain cara; namun bukannya kontradiksi internal
kapitalismelah yang menyeburkan semua kemungkinan, menyebabkan sistem pecah.
Perjuangan untuk membebaskan diri dari penindas asing, kesengsaraan yang
disebabkan oleh kejadian eksternal seperti peperangan,yang memberikan
konsekuensi kelas-kelas diuntungkan menyokong kelas-kelas terhisap. gerakan
pembebasan yang bertujuan menggulingkan rejim neokolonialis--inilah faktor
jamak dalam melepaskan jenis eksploitasi seperti ini. Tindakan sadar bekerja
sepenuhnya.
Sebuah pendidikan lengkap
bagi kerja sosial masih belum berlangsung di negara-negara yang baru membebaskan
diri dari neokolonialisme itu, dan kemakmuran masih jauh dari jangkauan massa
melalui proses penyerapan yang sederhana. Di satu sisi, keterbelakangan, dan
biasanya larinya modal ke luar negeri, di sisi lain, transisi yang cepat tanpa
pengorbanan adalah mustahi. Jalan untuk membangun basis ekonomi, dan godaan
untuk sekedar tunduk pada kepentingan material sebagai ukuran kemajuan
pembangunan masih teramat besar.
Ada bahaya bahwa hutan tak
akan nampak karena pohon-pohon. Impian, bahwa sosialisme dapat dicapai dengan
bantuan dari peralatan tumpul yang ditinggalkan kepada kita oleh kapitalisme
(komoditi sebagai sel ekonomi, laba, kepentingan materi individu sebagai
ukuran, dsb.) dapat mengarahkan pada sebuah persekutuan buta.
Dan kau akan dipusingkan
di sana setelah melalui perjalanan panjang dengan banyak persimpangan, dan
sulit untuk keluar dari jalan yang salah. Sementara itu, fondasi ekonomi yang
telah diletakkan telah bekerja merongrong perkembangan kesadaran. Untuk
membangun komunisme adalah perlu, secara simultan dengan landasan material
baru, membangun manusia baru.
Itulah sebabnya amat
penting memilih instrumen yang tepat untuk memobilisasi massa. Pada dasarnya,
instrumen itu harus berkarakter moral, tanpa mengabaikan, bagaimanapun juga,
penggunaan secara tepat insentif materi--khususnya yang berkarakter sosial.
Sebagaimana telah saya
katakan, di saat-saat ada resiko besar adalah mudah untuk menggalang tanggapan
kuat bagi rangsangan moral; Untuk memperkuat efeknya, bagaimanapun juga,
mempersyaratkan perkembangan sebuah kesadaran dimana ada skala nilai baru.
Masyarakat secara keseluruhan harus dibalikkan menjadi sebuah sekolah raksasa.
Dalam pemaparan ringkas
fenomena ini, adalah sama seperti proses dimana kesadaran kapitalis terbentuk
dalam periode awalnya. Kapitalisme menggunakan kekuatan tapi justru itu
mendidik orang akan sistem tersebut. Propaganda langsung dilakukan dengan
menjelaskan keniscayaan masyarakat kelas, apakah melalui teori asal-usul takdir
atau teori mekanika hukum alam.
Pendidikan ini membodohi
massa, karena mereka memandang dirinya sebagai makhluk yang ditindas oleh
sebuah kekuatan jahat dimana mereka tidak mungkin menentangnya.Datanglah
saatnya harapan baru untuk memperbaikinya--dan hal ini, kapitalisme berbeda
dari sistem kasta yang paling awal, dimana tak ada jalan keluar yang
ditawarkan.
Bagi beberapa orang,
prinsip sistem kasta akan tetap memberi efek: hadiah bagi yang taat akan
diterima setelah kematian di dunia lain dimana, menurut keyakinan lama, orang
baik akan diberi hadiah. Bagi orang lain ada inovasi ini: pembagian kelas
ditentukan oleh takdir, namun individu dapat bangkit keluar dari kelasnya
melalui kerja, inisiatif, dsb.
Kedua ideologi ini dan
mitos tentang manusia individu membentuk dirinya sendiri, jelas-jelas merupakan
kebohongan: ia sudah menunjukkan dirinya, bahwa sebuah kebohongan akan adanya
klas permanen adalah kebenaran.
Dalam kasus kami,
pendidikan langsung memperoleh perhatian amat besar. Penjelasannya meyakinkan
karena ia benar adanya; tak ada dalih yang dibutuhkan untuknya. Ia dilakukan
oleh aparat pendidikan negara sebagai fungsi umum, teknik, pendidikan ideologis
melalui agen-agen seperti Menteri Pendidikan dan aparat informasi
partai.
Pendidikan diselenggarakan
diantara massa dan pembentukan sikap baru diarahkan untuk menjadi sebuah
kebiasaan. Massa terus-menerus membuat hal itu menjadi miliknya dan
mempengaruhi lainnya yang belum mendidik diri. Inilah bentuk pendidikan tak
langsung oleh massa, sebuah kekuatan lain.
Tapi proses seperti ini
harus dengan kesadaran; individu secara kontinyu merasakan impak dari kekuatan
sosial baru dan memandang bahwa ia melakukannya bukan semata-mata dikehendaki
oleh patokannya. Di bawah tekanan pendidikan tak langsung ia mencoba
menyesuaikan diri dengan situasi yang ia rasa benar dan jika ia kurang
berkembang ia akan terhambat dari pencapaian secara murni. Maka Ia mendidik
dirinya.
Dalam periode pembangunan
sosialisme ini kita dapat melihat lahirnya manusia baru. Citranya belum
sepenuhya rampung--dan tidak akan pernah rampung, karena proses ini akan terus
berlangsung dari generasi ke generasi sesuai perkembangan bentuk-bentuk ekonomi
baru.
Di samping itu, mereka
yang kurang terdidik akan memilih jalan sendirian dalam mencapai pemenuhan
ambisi-ambisi pribadinya mereka ini ada--bahkan di dalam panorama baru dari
kesatuan derap langkah ke depan--mereka yang memiliki kecenderungan berjalan
memisahkan diri dari massa yang menyertainya. Namun, yang penting adalah bahwa
setiap hari orang memperoleh lebih banyak kesadaran akan kebutuhan untuk
senantiasa beriringan di dalam masyarakat dan, pada saat yang sama, pentingnya
berperan sebagai motor masyarakat itu.
Mereka tidak lagi
sepenuhnya sendirian dan kehilangan petunjuk mencapai aspirasi di kejauhan.
Mereka mengikuti pelopornya, yang terdiri dari partai, buruh-buruh yang sudah
maju, manusia-manusia maju yang berjalan dalam kesatuan dengan massa dan dalam
kerukunan yang erat dengan mereka. Pelopor mengarahkan pandangannya ke masa
depan, namun bukan pandangan dari individu. Buahnya adalah sebuah masyarakat
baru dimana manusia tidak akan memiliki perbedaan derajat: masyarakat manusia
komunis.
Jalan ke arah sana panjang
dan penuh kesulitan. Ada kalanya kita kehilangan arah dan harus kembali; Di
saat lain kita terlalu cepat dan terpisah dari massa. Kadang-kadang kita
terlampau lamban dan merasa hanya berjalan ditempat saja. Dalam semangat kita
sebagai revolusioner kita mencoba bergerak maju secepatnya, membersihkan jalan.
Namun kita tahu kita harus memelihara diri kita agar dekat terus dengan massa
dan hal itu dapat dicapai lebih cepat hanya bilamana kita mengilhaminya dari
contoh-contoh yang kita berikan.
Meski betapa penting
adanya stimuli moral, kenyataan masih adanya pembagian ke dalam dua kelompok
utama (tentu saja, di luar kaum minoritas yang karena satu dan lain alasan
tidak berpartisipasi dalam pembangunan sosialisme) menunjukkan jarak relatif
dari perkembangan kesadaran sosial.
Kelompok pelopor secara
ideologis lebih maju dari massa; massa memahami nilai-nilai baru, tapi tidak
secara memadai. Sementara pelopor sudah ada perubahan kualitatif yang
memungkinkannya membuat pengorbanan sesuai kapasitasnya sebagai pelopor yang
maju, massa hanya melihat sebagai gambar dan masih harus diberi rangsangan dan
didorong terus hingga mencapai intensitas tertentu. Di sinilah kediktatoran
proletariat bekerja, bukan hanya mendidik kelas yang telah dikalahkan (burjuis)
tetapi juga individu-individu dari kelas yang menang (proletariat dan kelas
tertindas lainnya).
Semua itu berarti bahwa
keberhasilan menyeluruh dari serangkaian mekanisme dari lembaga-lembaga
revolusioner, dibutuhkan. Sejalan dengan citra derap langkah maju ke masa depan
menghasilkan konsep institusionalisasi sebagai sebuah keselarasan seperangkat
saluran, langkah, pengendalian, dan minyak pelumas mekanisme yang memudahkan
langkah maju, yang memfasilitasi seleksi alam dari mereka yang melangkah menuju
masa depan bersama pelopor, dan pemberian hadiah bagi mereka yang memenuhi
kewajiban dan hukuman bagi mereka yang melakukan kejahatan menentang masyarakat
yang sedang dibangun.
Institusionalisasi
revolusi itu masih belum tercapai. Kita mencari sesuatu yang baru yang
memperlancar identifikasi total diantara pemerintah dan komunitas secara
keseluruhan, sesuatu yang layak untuk kondisi khusus dalam pembangunan
sosialisme; sementara itu menghindarkan dengan sungguh-sungguh untuk
mencangkokkan demokrasi burjuis--seperti dewan legislatif, misalnya--ke dalam
masyarakat yang sedang dalam pembentukan.
Beberapa eksperimen yang
ditujukan untuk pelembagaan secara gradual dari revolusi telah dilakukan, namun
tanpa grusa-grusu. Pengereman masih harus sering dilakukan; jika tidak, maka
akan nampak formalitas yang bisa memisahkan kita dari massa dan dari individu,
yang akan membuat kita kehilangan pandangan pokok dan aspirasi revolusioner
yang paling penting: menemukan manusia terbebaskan dari keterasingannya.
Meskipun kekurangan
institusi, yang harus diatasi secara gradual, massa sekarang sedang membuat
sejarah sebagai kumpulan individu berkesadaran yang berjuang demi tujuan yang
sama. Manusia di bawah sosialisme, meskipun penampakannya distandarisasi, jauh
lebih lengkap. Meskipun kekurangan mekanisme sempurna untuk itu, peluangnya
untuk mengekspresikan dirinya dan membuat dirinya merasa dalam organisme sosial
jauh lebih besar.
Ini masih perlu untuk
memperdalam kesadaran partisipasinya, individu dan kolektif, di semua mekanisme
manajemen dan produksi, dan untuk mengikatkan hal ini dengan ide kebutuhan
terhadap teknik dan pendidikan ideologis, sehingga ia melihat bagaimana saling
keterkaitan proses-proses itu dan bagaimana kemajuan mereka adalah paralel.
Dalam cara ini ia akan mencapai kesadaran total makhluk sosialnya, yang
ekivalen untuk realisasi penuhnya sebagai makhluk manusia, dan pada saat itu rantai
keterasingan telah diputuskan.
Ini harus diterjemahkan
secara kongkret melalui kerja bebas dan ekspresi dari kondisi kemanusiaannya
sendiri melalui kebudayaan dan seni.
Untuk itu, kerja harus
memperoleh sebuah kedudukan baru. Manusia sebagai sebuah komoditi harus
diakhiri, dan sebuah sistem perlu dijalankan yang menetapkan sistem kuota
sebagai bentuk pemenuhan kewajiban sosialnya. Alat produksi dimiliki
masyarakat, dan mesin hanyalah saluran melalui mana kewajiban dipenuhi. Manusia
mulai melepaskan pikiran yang mengganggu: kenyataan bahwa kerja dibutuhkan
untuk memuaskan kebutuhan hewaninya.
Ia mulai memandang dirinya
tercermin dalam kerjanya dan memahami kedudukan penuhnya sebagai makhluk
manusia melalui obyek yang diciptakan, melalui kerja yang diselesaikan. Kerja
bukan lagi menuntut penyerahan sebagian dari kemanusiannya dalam bentuk tenaga
kerja yang harus dijual, yang mana bukan lagi menjadi miliknya, melainkan
merepresentasikan pengungkapan dirinya ke luar, sebuah sumbangan bagi kehidupan
bersama dimana ia diwakili di situ, sebuah pemenuhan kewajiban sosialnya.
Kita melakukan segala
sesuatu yang mungkin untuk memberikan kerja sebuah status baru berupa kewajiban
sosial dan mengkaitkannya di satu sisi dengan perkembangan teknologi. yang akan
menciptakan kondisi bagi kebebasan yang lebih besar, dan di sisi lain dengan
kerja sukarela berdasarkan pengertian Marxist bahwa manusia akan mencapai
kondisi kemanusiaannya secara sejati bilamana ia berproduksi tanpa dipaksa oleh
desakan kebutuhan fisiknya dimana ia harus menjual dirinya sebagai komoditi.
Tentu saja, masih ada
faktor lain bahkan ketika kerja merupakan kerja sukarela. Manusia belum
mentransformasikan faktor paksaan yang melingkupi dirinya ke dalam
refleks-refleks terkondisi dari sebuah watak sosial, dan dalam beberapa kasus
ia masih berproduksi di bawah tekanan lingkungan. (Fidel menyebutnya tekanan
moral.)
Ia masih harus menderita
untuk melengkapkan kelahiran kembali semangat terhadap kerjanya,ter bebaskan
dari tekanan langsung lingkungan sosialnya, walaupun mengkaitkannya melalui
kebiasaan-kebiasaan barunya. Dengan demikianlah akan terbentuk komunisme.
Perubahan kesadaran tidak
berlangsung secara otomatis sebagaimana halnya ekonomi tidak berubah secara
otomatis. Perubahannya perlahan dan tidak ritmis, ada periode kemajuan
(akselerasi) kadang amat lamban, dan bahkan mengalami kemunduran.
Lebih lanjut kita musti
ingat, sebagaimana saya nyatakan sebelumnya, bahwa kita tidak membahas periode
transisi belaka, sebagaimana telah Marx nyatakan dalam "Critique of the
Gotha Program" nya, namun lebih berkenaan dengan sebuah fase baru yang
tidak diramalkannya: sebuah periode awal transisi menuju komunisme, atau
periode pembangunan sosialisme. Periode yang kita bicarakan ini berlangsung di tengah-tengah
perjuangan kelas dengan kekerasan, dan dengan elemen-elemen kapitalisme di
dalamnya yang mengaburkan pemahaman esensinya.
Bilamana kita menambahkan
di sini skolastikisme yang hendak melacak ke belaiang perkembangan filsafat
Marxist dan mendesakkan perlakuan sistematik dari periode transisi, dimana
ekonomi politik belum berkembanq, kita musti menerima bahwa kita masih dangkal
dan perlu mencurahkan diri untuk menggali semua karakteristik prinsipiil dari
periode tersebut sebelum mengelaborasi sebuah teori politik dan ekonomi dalam
ruang lingkup yang lebih besar.
Menghasilkan teori akan,
tak ragu lagi, menempatkan tekanan besar pada dua pilar konstruksi sosialisme:
pendidikan manusia baru dan perkembangan teknologi. Banyak yang masih harus
dikerjakan dalam dua hal ini, dan kelambatan dalam konsep teknologi sebagai
landasan ekonomi harus segera dikejar meskipun jalan ke arah itu sudah dibuka
sebelumnya oleh negara-negara yang lebih maju. Itulah sebabnya mengapa Fidel
dengan lantang menyerukan pentingnya pendidikan teknologi dan ilmu pengetahuan
bagi rakyat kami dan khususnya para pelopornya.
Dalam bidang ide yang
tidak mengarah pada aktivitas yang mencakup pelibatan produksi, lebih mudah
melihat pembagian antara kebutuhan spiritual dan material. Sudah sekian lamanya
manusia berusaha membebaskan dirinya dari keterasingan melalui kebudayaan dan
seni. Sementara itu ia mati setiap hari selama delapan jam atau lebih karena ia
berfungsi sebagai komoditi, ia berusaha menghidupkan dirinya kembali melalui kreasi
spiritualnya.
Namun obat ini melahirkan
kuman penyakit yang sama pula: ia merupakan individu tersendiri yang mencari
keselarasan dengan lingkungannya. Ia mempertahankan individualitasnya yang
ditindas dan bereaksi pada ide-ide estetika sebagai makluk unik yang
aspirasinya tetap tak ternoda(untarnished.
Itu tidak lebih dari usaha
melarikan diri. Hukum nilai bukan lagi sebuah refleksi hubungan produksi yang
sederhana: Monopoli kapitalis--bahkan dengan menggunakan metoda empiris murni--
mengepung seni tersebut dengan jaring yang ruwet yang membuatnya menjadi
sekedar alat belaka. Superstruktur menuntut sejenis seni dimana artis harus
dididik di dalamnya. Pemberontak ditundukkan oleh mesin, dan hanya bakat-bakat
pengecualian saja yang bisa menciptakan karyanya sendiri. Sebagian besar
lainnya menjadi orang sewaan yang malu-malu atau akan dihancurkan.
Sekolah
"kebebasan" artistik diciptakan, namun nilainya terbatas hingga kita
berbenturan dengannya--dengan kata lain, hingga problem riil manusia dan
keterasingannya muncul. Kegusaran yang tak karuan juntrungannya atau
hiburan-hiburan vulgar menjadi katup pengaman bagi kegelisahan manusia. Ide
tentang penggunaan seni sebagai senjata protes mulai diperjuangkan.
Mereka yang bermain sesuai
dengan aturan yang ada ditaburi dengan penghargaan-penghargaan-- seperti halnya
seekor kera yang bisa menari. Kondisi yang diciptakan (impose) adalah bahwa
seseorang tidak bisa menghindar dari sangkar yang tidak nyata itu.
Ketika revolusi mengambil
kekuasaan, banyak terjadi eksodus dari mereka yang selama ini tidak pernah
patuh sepenuhnya pada aturan main yang ada; sebagian besar --apakah mereka kaum
revolusioner atau bukan-- melihat ada jalan baru yang terbentang. Penggalian
artistik mengalami impuls baru. Jalan, bagaimanapun juga, kurang lebih telah
diletakkan, dan konsep eskapis menyembunyikan dirinya dibalik kata 'kebebasan'.
Sikap ini seringkali ditemukan bahkan diantara kaum revolusioner sendiri,
sebagai sebuah refleksi idealisme burjuis di dalam kesadaran mereka.
Di negara-negara yang
melangkah melalui proses yang serupa, ada yang berusaha memerangi kecenderungan
ini dengan dogmatisme yang berlebih-lebihan. Kebudayaan umum sebetulnya sebuah
tabu, dan puncak aspirasi kebudayaan disebut gambaran alam secara formal.
Reprentasi ini ditransformasikan menjadi sebuah representasi mekanis dari
kenyataan sosial yang ingin mereka tunjukkan: masyarakat ideal, hampir tanpa
konflik atau kontradiksi, dimana mereka berusaha ciptakan.
Sosialisme masih muda dan
memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering kekurangan pengetahuan
dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas membangun
manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan metoda konvensional dan
metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh masyarakat yang
menciptakannya.
(Sekali lagi tema
hubungan antara bentuk dan isi kemanusiaan.)
Disorientasi meluas dan
kami disibukkan oleh masalah-masalah konstruksi material. Tak ada seniman
(artists) dengan otoritas besar yang pada saat bersamaan memiliki otoritas
revolusioner besar. Anggota Partai harus mengambil tugas ini dan berusaha
mencapai tujuan utama, mendidik rakyat.
Apa yang diusahakan
selanjutnya adalah penyederhanaan. Sesuatu yang dapat dipahami oleh setiap
orang, sesuatu yang dapat dipahami para fungsionaris. Penggalian
artistik murni diakhiri, dan masalah kebudayaan umum disusutkan untuk mengambil
beberapa hal dari kehadiran sosialis dan beberapa lainnya dari masa lampau yang
telah mati (karena itu, tidak berbahaya). Jadi realisme sosialis muncul atas
dasar seni abad lampau.
Namun seni realistik abad
ke sembilan belas juga memiliki watak kelas, mungkin kapitalis yang lebih murni
daripada seni dekaden abad-ke dua puluh ini yang menampilkan kegusaran manusia
terasing. Dalam bidang kebudayaan, kapitalisme telah memberikan semua yang
harus ia berikan, dan tak ada yang tersisa kecuali bau busuk bangkainya,
dekadensi seni-nya dewasa ini.
Namun mengapa berusaha
menemukan hanya resep-resep handal dalam bentuk-bentuk Realisme Sosialis yang
telah beku? Kita tidak dapat memamerkan 'kebebasan' realisme sosialis, karena
ia belum ada dan tidak akan ada hingga perkembangan penuh dari masyarakat baru.
Namun kita tidak dapat, dari penghitungan seluruh beaya realisme, menghujat
semua bentuk seni sejak paruh pertama abad ke sembilan belas, karena kita akan
jatuh ke dalam kesalahan kembali ke masa lampau ala Proudhon, dengan menutup
ekspresi artistik dari manusia yang sedang lahir dalam proses pembentukan diri.
Apa yang dibutuhkan adalah
pengembangan sebuah mekanisme kebudayaan-ideologis yang mengijinkan baik
penggalian bebas dan pembersihan rumput-rumput liar yang sedimikian mudahnya
tumbuh di atas tanah yang telah dipupuk oleh tunjangan negara.
Di negeri kami kekeliruan
realisme mekanis tidak nampak, tetapi lebih nampak lawannya. Dan hal tersebut
demikian karena kebutuhan untuk menciptakan pembentukan manusia baru belum
dipahami, manusia baru yang bukan menggambarkan ide abad ke sembilan belas
maupun ide abad kita yang dekaden dan tak sehat ini.
Apa yang harus kita ciptakan
adalah manusia abad ke dua puluh satu, walaupun ini masih aspirasi subyektif,
belum disistematisasikan. Sesungguhnya inilah salah satu sasaran fundamental
studi dan pekerjaan kita. Untuk tingkat keberhasilan konkret yang kita capai
pada perencanaan teoritik--atau, sebaliknya, pada tingkat kesimpulan teoritik
yang kita tarik dari karakter luas atas dasar riset kongkret kita --kita pasti
akan membuat sumbangan bernilai bagi Marxisme-Leninisme, demi kemanusiaan.
Dengan bereaksi menentang
manusia abad ke sembilan belas kita masuk ke dalam dekadensi abad ke dua puluh;
itu bukanlah kesalahan telak, namun kita harus mengikisnya agar kita tidak
terperosok ke dalam revisionisme.
Penumpukan terus
berkembang; ide baru memperoleh momentum bagus di dalam masyarakat.
Peluang-peluang material bagi perkembangan kesatuan seluruh anggota masyarakat
membuat tugas membuahkan lebih banyak buahnya. Masa kini adalah masa
perjuangan; masa depan merupakan milik kita.
Ringkasannya, kesalahan
kebanyakan artis dan intelektual kita terletak dalam dosa asal mereka: mereka
bukan revolusioner sejati. Kita bisa saja menggosok-gosok pohon elm
hingga menghasilkan pohon pears, namun pada saat yang sama kita musti
menanam pohon pear. Generasi baru akan lahir terbebas dari dosa asal. Kemungkinan-kemungkinan
bahwa seniman-seniman besar akan muncul harus lebih besar lagi hingga ke
tingkat dimana bidang kebudayaan dan kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi
diperluas.
Tugas kita adalah menjaga
generasi sekarang, diguncang oleh konflik-konfliknya, dari kemurtadan dan dari
pembelotan generasi baru. kita tidak hendak menciptakan hamba-hamba pikiran
resmi yang dungu, atau 'siswa-siswa bea-siswa' yanq hidup atas beaya negara
--mempraktekkan " kebebasan" yang mengekor saja. Kaum revolusioner
masa depan akan menyanyikan lagu manusia baru dengan suara murni dari rakyat.
Ini merupakan proses yang membutuhkan waktu.
Dalam masyarakat kami,
kaum-muda dan Partai memainkan peran besar.
Kaum muda penting karena
ia merupakan tanah liat yang lentur dan mudah dibentuk-dari mana manusia baru
dapat dibangun tanpa ada bekas-bekas lama. Kaum muda dapat dibentuk sesuai
dengan aspirasi-aspirasi kami. Pendidikan mereka setiap hari semakin lengkap,
dan kami tidak mengabaikan integrasi kami ke dalam kerja sejak awal.
Mahasiswa-mahasiswa beasiswa kami melakukan kerja fisik selama musim libur
mereka atau selama waktu belajar mereka. Dalam beberapa kasus kerja merupakan
hadiah, cara pendidikan lain, namun ia tidak pernah merupakan hukuman. Sebuah
generasi baru sedang dilahirkan.
Partai merupakan
organisasi pelopor. la terdiri dari buruh buruh yang terbaik, yang pengajuan
keanggotaannya dilakukan oleh kawan-kawan sekerjanya. Partai adalah golongan
minoritas, namun memiliki otoritas yang besar karena kualitas kadernya.
Aspirasi kami adalah bahwa partai menjadi sebuah partai massa, namun hanya ada
saat massa telah mencapai tingkat pelopor. Yakni, ketika massa terdidik bagi
komunisme.
Kerja kami secara konstan
bertujuan pada pendidikan ini. Partai merupakan contoh hidup; kader-kadernya
harus diajari kerja keras dan berani berkorban. Melalui tindakan mereka, mereka
harus mengarahkan massa untuk melengkapi tugas-tugas revolusioner, dan ini
mencakup tahun-tahun perjuangan keras melawan kesulitan-kesulitan pembangunan,
musuh-musuh kelas, penyakit-penyakit masa lampau, imperialisme...
Sekarang, saya hendak
menjelaskan peranan yang dimainkan oleh individu, oleh manusia sebagai individu
di dalam massa yang membuat sejarah. Ini adalah pengalaman kami; ini bukanlah
resep.
Fidel memberikan
impuls-impuls revolusi di tahun-tahun pertama, dan juga kepemimpinannya. Ia
selalu mengatur nadanya. Selain itu terdapat sekelompok kaum revolusioner yang
tumbuh di atas jalan yang sama sebagai pimpinan pusat. Dan ada massa besar yang
mengikuti pemimpinnya, karena yakin terhadap pemimpinnya.
Massa memiliki kepercayaan
kepada pemimpinnya karena pemimpin itu mengetahui bagaimana menginterpretasikan
aspirasi massa.
Tak jadi soal, berapa
kilogram makanan yang seseorang harus makan, ataupun berapa kali dalam satu
tahun seseorang pergi ke pantai, atau berapa banyak barang-barang bagus dari
luar negeri yang bisa kau beli dengan uang yang kau peroleh dari gajimu saat
ini; Persoalannya adalah membuat individu merasa lebih komplet, dengan kesempurnaan
internal dan tanggung jawab yang lebih besar.
Individu di negeri kami
mengetahui bahwa saat-saat mulia yang terjadi dalam hidupnya adalah saat
pengorbanan; kami akrab dengan pengorbanan. Mereka yang pertama kali akrab
dengan pengorbanan adalah para pejuang di Sierra Maestra dan selanjutnya juga
di tempat-tempat lainnya, barulah setelah itu seluruh Kuba mengetahuinya. Kuba
merupakan pelopor Amerika Latin dan harus membuat pengorbanan karena ia
menduduki posisi garda terdepan, karena ia mengajarkan pada massa Amerika Latin
jalan menuju kebebasan penuh.
Di dalam negeri,
kepemimpinan menjalankan peran pelopornya. Dan harus dikatakan di sini dengan
setulus-tulusnya bahwa dalam sebuah revolusi riil, dimana seseorang memberikan
seluruh miliknya dan dari mana seseorang tidak mengharapkan hadiah materi
darinya, tugas dari revolusioner pelopor adalah indah dan sekaligus penuh
penderitaan.
Dengan resiko nampak
sebagai hal yang ganjil, ijinkanlah saya mengatakan bahwa revolusioner sejati
senantiasa dibimbing oleh perasaan kecintaan yang dalam. Adalah mustahil
membayangkan seorang revolusioner sejati yang tidak memiliki kualitas ini.
Agaknya inilah drama terbesar dari seorang pemimpin yang harus menggabungkan
semangat yang menyala-nyala dengan intelegensi dingin dan membuat
keputusan-keputusan yang berat dan menyakitkan tanpa menghindarinya. K kaum
pelopor revolusioner kami harus membuat ideal kecintaan pada rakyat ini, pada
sebab-sebab pengorbanan, membuatnya satu dan tak bisa ditawar-tawar lagi.
Mereka tidak bisa kurang dari persyaratan itu, yaitu dengan kadar kecintaan
yang dangkal, setingkat mana manusia biasa menempatkan cintanya ke dalam
prakteknya.
Pemimpin revolusi memiliki
anak-anak yang baru mulai bisa bicara, yang tidak belajar memanggil ayahnya
dengan nama; mereka memiliki istri atau suami yang merupakan bagian dari
pengorbanan hidupnya dalam rangka memilih revolusi sebagai takdirnya; Lingkaran
kawan-kawannya secara ketat dibatasi pada lingkaran kawan-kawan revolusi. Tidak
ada kehidupan lain di luar itu.
Dalam keadaan seperti ini
seseorang harus memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi, kadar rasa keadilan dan
kebenaran yang tinggi agar tidak jatuh ke dalam dogmatisme ekstrem, ke dalam
cara pandang sekolahan yang dingin, keterasingan dari massa. Kita harus berusaha
secara gigih sedemikian rupa setiap hari sehingga cinta kemanusiaan kita
ditransformasikan ke dalam tingkah laku nyata, ke dalam tindakan yang
menunjukkan contoh-contoh, sebagai kekuatan penggerak.
Revolusioner, kekuatan
motor ideologis dari revolusi di dalam partai kita, dijejali oleh tugas-tugas
yang tanpa henti-hentinya muncul dan hanya berakhir dengan kematian, terkecuali
jika pembangunan sosialisme skala dunia telah rampung. Bila semangat
revolusioner telah tumpul pada saat tugas-tugas yang amat mendesak harus
dirampungkan di skala lokal dan ia mengabaikan tentang internasionalisme
proletariat, maka revolusi sebagai kekuatan pendorong akan menjadi mandeg dan
terperosok ke dalam keloyoan dimana imperialisme, musuh kita yang tak bisa
ditawar-tawar lagi, akan memanfaatkannya guna memperoleh pijakannya.
Internasionalisme proletariat merupakan sebuah kewajiban, namun ia juga
merupakan kebutuhan revolusioner. Beginilah cara kami mendidik rakyat kami.
Tentu saja ada bahaya di
dalam situasi sekarang ini, dimana bukan hanya berupa dogmatisme, bukan hanya
mengendurnya ikatan dengan massa, di tengah-tengah tugas berat. Bahaya yang
lain adalah kelemahan yang ada pada diri kami sendiri. Seandainya seseorang
berpikir hendak mengabdikan keseluruhan hidupnya bagi revolusi maka ini berarti
bahwa ia tidak akan terganggu oleh kekhawatiran seperti anak-anaknya akan
kekurangan atau kehilangan sesuatu, bahwa sepatu anaknya telah usang dan
robek dan harus segera diganti, bahwa keluarganya kekurangan dan butuh akan
barang-barang tertentu, dimana demi memenuhi kekurangan-kekurangan itu ia
menyediakan dirinya dimasuki oleh kuman-kuman tindak korupsi.
Dalam hal seperti itu
kami, sebagai revolusioner pelopor, harus memandang bahwa anak-anak kami harus
dibiasakan dan diajak untuk tidak memiliki sesuatu barang jika anak-anak dari
rakyat umumnyapun tidak memiliki barang seperti itu, dan keluarga kita harus
memahami hal ini dan hidup dengan cara seperti ini. Revolusi tercipta melalui
manusia, namun manusia harus mengasah semangat revolusionernya hari demi hari.
Beginilah cara kami
melangkah. Di ujung tiang pokok –kita tak perlu malu atau takut menyatakannya--
adalah Fidel Castro. Di belakangnya adalah kader-kader partai terbaik, dan di
belakang mereka, sedemikian dekatnya mereka sehingga kita bisa merasakan
kekuatan dahsyatnya, muncullah rakyat dengan keseluruhannya, sebuah struktur
yang kukuh dari individu-individu yang bergerak menuju tujuan sama,
individu-individu yang memperoleh kesadaran tentang apa yang harus dilakukan,
manusia yang berjuang untuk menghindar dari kenyataan keterpaksaan dan memasuki
kebebasan.
Kumpulan manusia (great
throng) yang begitu besar ini mengorganisasi dirinya; organisasinya
merupakan hasil dari kesadarannya terhadap perlunya organisasi itu. Ia bukan
lagi merupakan kekuatan yang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke dalam ratusan
gumpalan yang terlempar ke udara bak pecahan granat, yang mencoba segala macam
cara untuk mencapai perlindungan dari sebuah masa depan tak jelas, dalam sebuah
pertarungan sengit dengan kawan-kawannya sendiri.
Kita mengetahui bahwa
pengorbanan ada dihadapan kita dan kita harus membayar sebuah harga demi fakta
heroik dimana kita? sebagai sebuah bangsa, merupakan pelopor kita, sebagai
pemimpin, mengetahui beaya yang harus kita bayar demi hak untuk menyatakan
bahwa kita adalah pemimpin rakyat yang pemimpin benua Amerika Latin.
Masing-masing dari kita harus membayar secara penuh jatah pengorbanan kita,
makhluk yang memiliki kesadaran bahwa hadiah yang kita terima tak lain
merupakan kepuasan bila mampu memenuhi kewajiban, kesadaran maju bersama dengan
setiap orang menuju manusia baru yang nampak di cakrawala.
Ijinkanlah saya menarik
beberapa kesimpulan: Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih lengkap,
kami lebih lengkap karena kami lebih bebas. Kerangka kebebasan menyeluruh kami
telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan menciptakannya. Kebebasan
kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah dan pengorbanan kami. Pengorbanan
kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun.
Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan
kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami. Kami
akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru
dengan teknologi baru. Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan
mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi
tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur. Untuk membersihkan jalan
dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Basis sasaran (basic
clay)dari pekerjaan kami adalah pemuda. Kami menempatkan harapan kami pada
mereka dan mempersiapkan mereka mengambil panji-panji dari tangan kami. Jika
surat yang penuh kekurangan ini (inarticulate letter) menjelaskan sesuatu
berarti dia menunjukkan obyektivitas yang mendasarinya. Aku tutup dengan salam
kita--sebagaimana kebiasaan jabat tangan atau satu "Ave Maria Purissima"--Tanah
Air atau Mati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar