Perkembangan dunia
industri Dubai yang melaju pesat, ditambah posisinya sebagai salah satu tujuan
wisata dunia, membuat klub malam tumbuh bak jamur di musim hujan. Di negara
yang mayoritas penduduknya muslim ini, seperti juga di negara lain, prostitusi
berjalin-kelindan dengan industri pariwisata. William Butler, seorang lelaki
Inggris yang pernah empat tahun menetap di Dubai, menuliskan pengalamannya dan
dimuat The Guardian. Dan inilah
pengalamannya yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Mengenakan gaun pendek,
buah dada sintal dan ketat, gadis berambut pirang itu menghampiri saya dan
memberondong pertanyaan ini: Anda berasal dari mana? Berapa lama tinggal di
sini? Di mana Anda tinggal? Saya bertanya apa pekerjaannya. Dia menjawab, “Anda
tahu apa yang sedang saya lakukan. Saya wanita malam.” Saya lalu melemparkan
pandangan ke sekeliling. Ini adalah sebuah bar yang terletak di lantai dua
sebuah hotel elit berbintang lima. Jelas, banyak wanita malam di sana yang
sedang mengincar pria hidung belang.
Ketika kami sedang
berbincang, Jenny, dari Belarus, menawarkan kepadaku, “semuanya, apa yang kamu
inginkan, sepanjang malam” dengan membayar sekitar 500 Poundsterling. Katanya,
lebih baik jika kami bersama dan minum sepuasnya di hotel tempat saya tinggal.
Tapi, jika tidak, ia mengaku tahu satu tempat lain yang lebih murah. Saya
menolak tawarannya dengan halus.
Ini bukanlah pemandangan
di salah satu sudut lampu merah Amsterdam, Belanda, atau Peeperbahn di Hamburg,
Jerman. Bukan pula di sebuah bar di sudut jalan Shanghai, China. Ini adalah
salah satu tempat di pusat Kota Dubai, sebuah negara di teluk Emirat Arab, di mana
banyak wanita-wanita Barat dikenakan sanksi penjara satu bulan jika kedapatan
sedang memberi kecupan di pipi kepada lawan jenisnya. Dubai adalah kota Islam
yang dijuluki “Semenanjung Muhammad”, tempat di mana suara azan terdengar
nyaring lima kali sehari memanggil penduduknya untuk salat.
Di kota ini, penduduk yang
kedapatan minum minuman keras di tempat umum akan ditangkap. Di tempat ini pula
para penzina dikenakan hukuman berat. Bahkan, untuk sekedar menunjukkan
kemesraan –seperti ciuman– bersama pasangan di mall pun dilarang. Ayman Najafi
dan Charlotte Adam, adalah pasangan kekasih yang ditangkap dan ditahan di
penjara Al Awir karena kedapatan berciuman di tempat umum. Mereka tentu sedang
tidak beruntung saja. Sebab, pada kenyataannya, aktivitas seksual di kota ini
bisa membuat bulu roma Anda merinding. Ini adalah kota surga dunia bagi orang
Barat, di mana sebagai warga setempat menyebutnya “Sodom-sur-Mer.”
Kehidupan pantai,
cafe-cafe, gaya hidup glamor, mobil mewah dan berjemur di bawah terik matahari
serta segala hal yang berhubungan dengan “romantisme” merupakan dambaan bagi
warga Eropa dan Amerika. Cukup banyak terlihat pasangan romantis di Dubai. Di
sini, banyak gadis Barat akan naksir pada pria tampan, lelaki Arab yang kaya
dan tajir, pengunjung dari laki-laki yang sengaja melihat pesona wanita di
semua sudut. Affair di kantor atau pantai adalah hal biasa di sini.
Namun, sebagian besar
kisah asmara di Dubai semata-mata hanyalah dibayar untuk memenuhi hasrat
birahi, kecuali oleh sebagian kalangan ekspatriat yang menganggapnya sebagai
aturan, serta sebagian oknum pejabat yang telah membutakan matanya. Bar di mana
Jenny pernah menghampiri saya adalah salah satu bar kelas atas yang mana
terdapat gadis-gadis cantik berpakaian mahal serta gaya rambutnya yang mencolok
sehingga mampu menguras Dollar dari para pengusaha kaya ataupun para
turis-turis asing.
Banyak tempat yang bisa
kita jumpai. Hampir setiap hotel berbintang lima mempunyai bar di mana para
“pekerja wanita” dibolehkan, bahkan disediakan untuk membantu menarik minat
para pengunjung yang memiliki uang banyak. Namun, di bawah tangga sana,
tepatnya di sarana olahraga dan bar musik, wanita Filipina akan bersaing dengan
wanita Rusia, negara bekas Uni Soviet, dengan mengenakan kostum mencolok serta
harga yang jauh lebih murah. Di sudut lain kota yang usianya lebih tua, Deira
dan Bur Dubai, wanita China telah menunggu pria berduit di lobi hotel lantai
tiga, bahkan di simpang jalan.
Sangat sulit memperkirakan
jumlah pelacur dari Dubai secara akurat. Pihak berwenang setempat tidak akan
memberikan jumlah tersebut, dan sangatlah sulit jika kita menghitungnya secara
acak ataupun sesaat dalam perdagangan seks. Baru-baru ini muncul perkiraan
kasar ada sekitar 30.000 dari 1,5 juta penduduk yang bekerja sebagai pekerja
seks. Untuk ukuran Inggris, ini sama dengan jumlah penduduk kota Glasgow dan
Leeds jika digabungkan.
Tentu saja, ada kota
lainnya di dunia ini yang banyak menekuni profesi lama tersebut. Namun, apa
yang membuat prostitusi di Dubai terasa berbeda adalah tingkat penerimaan
terhadap para pelanggan yang kebanyakan berasal dari pejabat otoritas di negera
Islam tersebut. Meskipun aturan undang-undang Syariat Islam yang diberlakukan
di negara Uni Emirat Arab, pada dasarnya, ada saja celah menyiasatinya. Saya
telah melihat tumpukan formulir pendaftaran yang panjangnya enam inci di kantor
agen visa, tiap-tiap lembaran kertas terdapat sejumlah foto-foto para turis
dari Rusia, Armenia atau Uzbekistan. Semua foto-foto berukuran paspor ini
adalah wanita berusia 20-an untuk mencari visa selama satu bulan untuk berlibur
di negara Emirat Arab tersebut.
Saya mengenal salah
satunya bernama Aida. Berasal dari Tashkent, Uzbekistan, ia bermata oval.
Sehari-hari ia bekerja sebagai pelayan toko atau pembantu rumah tangga. Namun,
jika malam tiba, hampir setiap malam ia menjajakan diri di bar atau hotel. Jika
ketahuan petugas imigrasi, ia hanya dikenakan denda sebesar 300 Poundsterling.
Semakin tingginya pendapatan negara Emirat, maka semakin besar juga permintaan.
Semua warga negara UAE menyewa para pekerja domestik, supir atau tukang kebun.
Namun mereka juga akan menjualnya kepada makelar yang ingin memperjual-belikan
wanita yang ingin bekerja sepenuh waktu dan permanen di kota tersebut.
Ribuan wanita harus
membayar dengan mahal agar diizinkan untuk tinggal di sana, dan cara yang
sangat menguntungkan ialah melakukan pekerjaan dengan cara tersebut. Tiga tahun
berada di Dubai bagi para pengguna visa tinggal, maka dapat kita bedakan antara
tingkat orang yang hidup melarat dengan jumlah yang mampu bertahan hidup di
Yerevan, Omsk atau Bishkek. Di bar tempat saya bertemu Jenny, banyak
orang-orang Arab dari negara lain yang mencari cewek bookingan. Mereka ke sini
khusus mencari hiburan karena di negaranya ada larangan minum minuman keras
atau berkencan dengan wanita malam. Itu sebabnya, pada akhir pekan, hotel-hotel
di Dubai dibanjiri orang Arab dari negara lain.
Kebanyakan pengunjung
memang berasal dari Eropa dan Amerika. Karena itu, barangkali dianggap sudah
biasa jika mereka mabuk-mabukan bersama wanita. Bagi penduduk laki-laki yang
keluarganya juga tinggal di Dubai mungkin akan mengalami sedikit kendala. Dia
tidak akan berani memperkenalkan diri berasal dari sebuah kota di sana, jika
bersama gadis yang memperlihatkan belahan dadanya, atau rekan kerja dengan
tubuh sintal menggoda.
Ketika musim panas tiba,
itulah kesempatan bagi pria Dubai. Saat itu, biasanya para istri dan keluarga
mereka menghabiskan liburan dengan jalan-jalan ke Eropa atau Amerika Serikat.
Itulah kesempatan bagi para pria Dubai –kebanyakan pria paruh baya yang sibuk
dengan rutinitas pekerjaan. Saat itu, mereka berubah menjadi “om-om senang”
yang berkeliaran di bar-bar sepanjang Sheikh Zayed Road.
Meskipun menjajakan seks
itu haram (dilarang dalam hukum Islam), namun pemerintah setempat tidak bisa
berbuat apa-apa. Kadang-kadang, ada sebagian oknum pemerintah setempat
melanggar aturan itu. Beberapa waktu lalu, sebuah rumah bordil yang terletak
tak jauh dari bandara sempat ditutup. Namun, yang terjadi kemudian sungguh
mengejutkan. Muncul sebuah tempat khusus untuk seks oral. Ketika otoritas
setempat menutup tempat itu, para perempuannya dengan gampang melenggang ke
tempat lain.
Di koran lokal, sesekali
ada berita tentang terbongkarnya jaringan perdagangan manusia (human trafficking).
Biasanya melibatkan geng Asia seperti gadis-gadis Cina, India, atau Nepal.
Begitulah, Dubai adalah surga dunia bagi mereka yang haus cinta semalam. Tapi,
tentu saja, siapkan isi kantong yang tebal. Untuk si gadis, juga menyuap
otoritas jika Anda bermasalah.
1 komentar:
Halo semua orang di situs ini sangat senang karena saya akhirnya mendapat pinjaman, semua pujian kepada ALLAH saya mendapat pinjaman Rp 170.000.000 juta dari Anthony Yuliana semoga ALLAH terus memberkati mereka, saya hanya melakukan pembayaran untuk biaya pinjaman saya asuransi dan biaya transfer sebelum saya mendapatkan jumlah pinjaman saya Rp 170.000.000 juta, masukkan ke dalam rekening saya (BCA) 0272262754, bagi mereka yang mencari pinjaman harus sangat berhati-hati karena ada banyak pemberi pinjaman pinjaman palsu hanya sedikit yang nyata dan Anthony Yuliana adalah salah satu pemberi pinjaman pinjaman nyata dan ASLI, Anda juga dapat menghubungi Pemberi Pinjaman Anthony Yuliana jika Anda membutuhkan pinjaman, BBM INVITE ((E37F9BCC))
hanya whatsapp +13234026088 email (anthony.yulianalenders@gmail.com)
email saya sendiri (ennywaper771@gmail.com)
Posting Komentar