“Apakah kamu
tidak memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan tentang perkataan yang
baik sebagai sebuah pohon yang baik, yang akarnya kokoh dan dahan-dahannya menjulang
tinggi?”
(Q.S. Ibrahim: 24)
Dengan
Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah, Yang Tunggal dan Hanya Tunggal dalam Hakikat-Nya serta unik dalam
Sifat-sifat-Nya. Maha Suci Dia yang Rahmat-Nya meliputi semua, yang menyebar ke
semua arah. Kemurnian-Nya bebas dan bersih dari segala sesuatu yang dapat
dilihat dan dibayangkan. Dia bergerak ke tempat-tempat yang tak terbatasi oleh
enam penjuru. Dia melakukan apa yang Dia lakukan tanpa bertindak atau berbuat.
Dia melihat segala sesuatu tanpa memandang. Dia sangat jauh diatas makna dari
segala sesuatu ini. Keunikan-Nya tidak memperkenankan apa pun menyerupai Dia,
dan juga tak ada apapun yang bisa memiliki atau melekatkan dirinya pada Nya.
Kekuasaan-Nya selalu mencapai tujuannya dan tak pernah sia-sia. Kehendak-Nya
yang mendominasi semua tidaklah memiliki kesamaan dengan hasrat-hasrat rendah
sifat manusia, juga Kehendak-Nya senantiasa tidak akan berubah dengan kehendak
makhluk-Nya; demikian juga tidak akan menjadi lawan terhadap permohonan
makhluk-Nya. Sifat-sifat Ilahiah-Nya, yang Dia manifestasikan pada makhluk-Nya,
tidak bertambah atau berkurang ketika dibagi diantara mereka, karena segala
Sifat-Nya tidak lain adalah tunggal.
Dia
adalah sebab segala sesuatu. Dan ketika Dia berkehendak sesuatu terjadi, semua
yang Dia perlu lakukan adalah berkata kun (Jadilah !), maka terjadilah semua
yang ada. Semua yang maujud lahir dari makna rahasia terdalam yang tersembunyi
dari kata KUN ini. Bahkan semua yang tersembunyi dari mata dan pikiran adalah
tidak lain kecuali hasil dari suara misterius ini. Sebagaimana Allah Ta’alaa
berfirman: Ketika Kami menghendaki sesuatu terjadi, Kami hanyalah berkata kun,
maka jadilah ia. (Q.S An-Nahl: 40). Perkataan-Nya dalam dirinya sendiri adalah
Perbuatan. Sekarang saya memperhatikan alam semesta yang mengelilingi kita dan
berpikir bagaimana segala sesuatu terjadi (tercipta) dan berusaha untuk
memecahkan misteri yang disandikannya, dan perhatikanlah! saya melihat bahwa
seluruh alam semesta ini tidak lain adalah sebuah Pohon. Pohon yang cahaya kehidupannya
datang dari sebuah benih yang pecah ketika Allah berkata kun! Benih dari huruf
K dipupuk dengan huruf N dari nahnu (Kami), tercipta ketika Allah berfirman: Kami
lah yang telah menciptakanmu (Q.S Al-Waqi’ah: 57)
Kemudian
dari gabungan dua benih ini tumbuh dua tunas yang bersesuaian dengan janji
Allah: Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan
fithrahnya (Q.S Al-Qamar: 49). Tetapi akar dari dari dua tunas ini hanyalah
tunggal. Akar itu adalah Kehendak Sang Pencipta, dan apa yang menumbuhkannya
adalah Kekuasaan-Nya. Kemudian dari esensi huruf K dari kata ilahiah kun, lahirlah
dua makna yang berlawanan: Kamaliyah, kesempurnaan, sebagaimana disebutkan
Allah dalam firman-Nya: Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah
Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta Kupilihkan Islam sebagai agamamu (Q.S.
Al-Ma’idah: 3), dan kufriyyah, keingkaran (kekufuran), sebagaimana firman
Allah: Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur (Q.S.
Al-Baqarah: 253). Demikian juga dari hakikat kata N beremanasi makna-makna
berlawanan dari nur al-ma’rifah (cahaya pengetahuan) dan nakirah (gelapnya
kebodohan). Karena itu ketika Allah mengeluarkan mahluk-Nya dari Harta
Tersembunyi ketidakberadaan menuju eksistensi, bersesuaian dengan keadaan dan
bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya (kodratnya), Dia memancarkan cahaya
ilahiah-Nya terhadapnya. Siapapun yang terkena cahaya itu dapat melihat Pohon
Eksistensi yang tumbuh dari benih perintah ilahiah kun yang melingkupi seluruh
alam semesta. Dan mereka yang tercerahkan ini mengetahui rahasia K dalam kata
kuntum (kamu), sebagaimana firman Allah: Kamu sekalian adalah ummat terbaik
yang dilahirkan, yang menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan
kamu beriman kepada Allah (Q.S. Ali ‘Imran: 109).
Mereka
juga menembus makna tersembunyi dari kata terakhir N dari kun sebagai nur (cahaya),
sebagaimana firman Allah: Apakah dia yang hatinya telah Allah bukakan kepada
Islam sehingga dia mengikuti cahaya dari Tuhan-nya (tidak lebih baik dari dia
yang keras hatinya)? (Q.S Az-Zumar: 22). Tetapi mereka yang menyembunyikan
dirinya sendiri dari cahaya ilahiah ketika Allah memancarkannya pada mahluk-Nya
juga berkewajiban mengetahui makna tersembunyi dari huruf-huruf kata kun
sebagaimana Allah mengucapkannya. Barangsiapa yang dirinya tetap ada dalam
kegelapan akan gagal mengetahui kebenaran dan membayangkan huruf K singkatan
dari kufr, yang maknanya kegelapan dimana mereka berdiri didalamnya,
menyembunyikan segala sesuatu dari mata. Mereka akan membayangkan bahwa huruf N
singkatan dari nakirah, yang berarti kebodohan. Mereka menjadi putus asa, dan
dalam keputusasaannya tidak dapat mempercayai Pencipta-nya.
Dengan
demikian banyak dari segala sesuatu yang diciptakan tergantung pada bagian
pemahamannya atas misteri dua huruf tersebut, yang menjadi penyebab setiap
eksistensi. Buktinya ada dalam kata-kata Rasulullah, yang bersabda: Sesungguhnya
Allah menciptakan mahluk dalam alam kegelapan total, kemudian memancarkan
cahaya ilahiah-Nya terhadapnya. Barangsiapa yang terterangi oleh cahaya
tersebut akan tercerahkan dan terbimbing dengan baik. Dan barangsiapa
tersembunyi dari cahaya tersebut dan tak tersentuh dengannya akan sesat dan
rugi (Ahmad bin Hanbal)
Ketika
bapak kita Adam, manusia pertama yang Allah ciptakan, membuka matanya – ketika
Allah meniupkan ruh-Nya padanya- dia memperhatikan eksistensi lainnya. Dan dia
melihat bahwa itu adalah sebuah lingkaran. Segala sesuatu berevolusi sekitar
lingkaran Kemenjadian dan Kemengadaan. Kenyataannya ada dua lingkaran, yang
satu berupa api dan lainnya adalah tanah yang basah. Dan dia melihat bahwa
evolusi alam semesta adalah manifestasi dari perintah ilahi kun – sebab,
kekuatan, urutan kemenjadian sebab akibat, tanpa gagal dan selamanya datang
darinya. Sebagaimana tidak ada dan tak ada sesuatu pun yang keluar dari
lingkaran berputar ini, begitupun tidak ada yang dapat dikecualikan, ia adalah
apa yang mereka lihat dan mereka peroleh. Sebagian akan melihat K sebagai
Kesempurnaan dan berjuang untuk sempurna, dan sebagian akan melihatnya sebagai
Kekufuran dan menjadi orang kafir. Sebagian akan mendapat pencerahan dalam
makna huruf N dan menjadi bijak, yang lainnya akan menemukan kenyamanan dalam
ketidakpeduliannya dan mengira huruf N sebagai pilihan pada kebodohan atas
kesadaran.
Tak
ada yang dapat menyelamatkan mereka dari akibat kepercayaannya pada apa yang
mereka pandang sebagai kebenaran. Ini ditetapkan oleh Dia yang menciptakan
mereka dan apa yang mereka lihat, serta apa yang mereka pahami dari apa yang
mereka lihat. Setiap orang terikat untuk tetap dalam keliling lingkaran yang
diatasnya mereka berputar. Tak ada yang bisa menjadi selain dari apa yang Dia
kehendaki yang berkata Jadilah!, dan semuanya terjadi. Segala sesuatu menghadap
ke pusat lingkaran kun dan tergantung padanya dalam segala perwujudannya. Kemudian
engkau juga melihat pada Pohon Eksistensi itu, yang dahan-dahannya melingkupi
seluruh alam semesta. Meskipun setiap dahan, setiap daun, setiap buah berbeda,
mereka semua berasal dari benih tunggal, benih cinta yang dinamakan kun. Ketika
bapak kita Adam dibawa Allah ke sekolah untuk belajar, untuk menjadi manusia
yang ditetapkan menjadi khalifah Allah di alam semesta ini, pertama kali dia
diajarkan semua nama segala sesuatu yang eksis. Kemudian dalam kekaguman dia berjumpa dengan kata kun, perintah ilahiah Jadi,
sebab dari semua yang ada. Apa artinya? Dia mencari maksud Dia yang membawa
semua ini menjadi ada dan melihat bahwa huruf pertama K berhubungan dengan kata
kanziyyah (Harta Yang Tersembunyi), ketika Allah berfirman: Aku adalah
perbendaharaan yang tersembunyi dan Aku suka untuk dikenal, maka Aku ciptakan
mahluk sehingga dengan demikian Aku dapat dikenal.
Dan
dalam kata terakhir N, dia melihat identitas Pencipta, ketika Dia berkata Ana
Allah (Aku adalah Allah). Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain
Aku, maka sembahlah Aku (Q.S. Thaa Haa: 14). Kemudian setelah beberapa
kejadian, diturunkan padanya bahwa K pada kanziyyah menunjukkan pemberian dari
Allah atasnya dan keturunannya dalam kata karam (kemuliaan) Tuhannya, seperti
yang dijanjikan dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu
Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rizki
dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka jauh diatas kebanyakan
mahluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (Q.S Bani Isra’il: 70).
Dan
juga, K berarti untuk Adam adalah kuntiyyah (menjadi, dari ‘Saya menjadi’)
dalam janji Allah, ketika Dia berfirman: Ketika
hamba-Ku yang beriman datang mendekat pada-Ku dengan melakukan ibadah tambahan,
dia mencintai-Ku dan Aku mencintainya; dan ketika Aku mencintainya, Aku menjadi
penglihatannya yang dengannya dia melihat, Aku menjadi pendengarannya yang
dengannya dia mendengar, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memegang….Dan
dia memahami bahwa huruf N pada Ana Allah dimaksudkan untuk memancarkan nur,
cahaya ilahi, atasnya dan atas mereka yang seperti dia, sebagaimana Allah
berfirman: Apakah sama orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri
dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama
dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari
sana? (Q.S. Al-An’am: 122). Dan N dalam kun menunjuk pada N dalam kata ni’mah,
nikmat dari Allah, dalam firman-Nya: Dia telah memberikan padamu segala apa
yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak dapat menghitungnya (Q.S. Ibrahim: 34).
Inilah
beberapa yang bapak kita Adam pelajari tentang kata ilahiah kun dalam sekolah
Allah di surga – bukan semuanya. Kita hanya menyebutkan sedikit dari yang
sedikit. Selebihnya akan dibahas kemudian. Sekarang Setan yang terkutuk pergi
ke sekolah yang sama di surga, dan selama empat puluh ribu tahun dia belajar,
meneliti rahasia-rahasia dalam huruf-huruf dari kata kun. Tetapi Guru Ilahiah
berkehendak bahwa dia semestinya bergantung pada kekuatan dirinya dan merasa
yakin dan bisa melakukan sesuatu dengan dirinya sendiri. Maka ketika dia
meneliti makna dari huruf K dia menghubungkannya dengan kebergantungannya hanya
pada dirinya sendiri dan atas keingkarannya pada setiap kekuatan lain selain
dirinya sendiri, sebagaimana yang difirmankan oleh Tuhannya: Dia dengan bangga
menolak untuk tunduk pada Allah dan menyombongkan diri…(Q.S. Al-Baqarah: 34). Dan
dia melihat dalam huruf N sifat dasar dirinya yang berapi-api dalam kata nar
(api), dan dia berkata: Aku lebih baik daripada Adam, Engkau telah
menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah (Q.S.
Al-A’raf: 12)
Dengan
begitu kufr yang setan identifikasikan dalam huruf K memaksanya kepada nar yang
dengannya dia melihat dalam huruf N, dan ketetapannya serta ketetapan yang seperti
dirinya telah ditentukan: Maka mereka dilemparkan kedalam api Neraka (Q.S.
Asy-Syura: 94). Ketika bapak kita Adam melihat pada Pohon Eksistensi, dalam
keindahan berbagai macam bunga dan buah-buahan yang ada pada sebegitu banyak
dahan-dahannya, dia meninggalkan semuanya kecuali berpegangan pada dahan, Sesungguhnya
Aku adalah Allah, tidak ada tuhan melainkan Aku (Q.S Tha Haa: 14).
Dia
mengetahui bahwa itu hanyalah satu-satunya yang meyakinkan dan tak dapat
diubah. Maka dia berlindung dalam keselamatan dari kesendirian dalam
ketunggalan Tuhannya. Sementara dalam keadaan persatuan, berita tanpa suara dan
tanpa kata datang kepada keduanya, dia dan ibu kita Hawa: Wahai Adam, tinggalah
kamu dan istrimu di surga dan makanlah dari apa yang kamu suka, tapi janganlah
kamu dekati pohon ini (Q.S Al-A’raaf: 19). Tetapi Setan yang terkutuk tidak
akan tinggal diam. Dia berpegangan pada dahan imajinasi palsu, dia berkehendak
untuk menggoda mereka. Dalam kenyataannya dia berhasil, dan membuat Adam dan
Hawa makan dari pohon terlarang. Dan mereka melanggar perintah Tuhannya:…janganlah
mendekati pohon ini. Tetapi mereka sadar apa yang telah mereka perbuat adalah
salah. Maka ketika mereka tergelincir dari kedamaian persatuan mereka dengan
Tuhannya, mereka bergantung pada dahan penyesalan dan berkata: Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak memaafkan kami atau
tidak memberi rahmat pada kami, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi
(Q.S Al-A’raaf: 23)
Dan
berpeganganlah pada dahan tersebut, yang menyelamatkannya, mereka menerima
perkataan dalam bentuk buah-buahan yang manis yang tumbuh darinya: Kemudian
Adam menerima perkataan dari Tuhannya lalu Dia pun menerima tobatnya; sungguh
Dia Maha Penerima tobat, Maha Penyayang (Q.S Al-Baqarah: 37). Ada suatu saat
yang disebut Hari Penyaksian, dan pada saat itu dibawah semua saksi mata,
menyaksikan, setiap jiwa akan mendengar Tuhannya berfirman: Apakah Aku ini
Tuhanmu? (Q.S Al-A’raaf, 172). Dan mereka semua berkata: Ya; kami semua
bersaksi (Q.S. Al-A’raaf, 172). Tetapi mereka akan bersaksi sebatas apa yang
mereka pernah lihat dan ketahui, meskipun mereka semuanya menjawab dalam
persetujuan, dengan berkata, ‘Ya, sesungguhnya’. Mereka yang telah melihat
kecantikan Hakikat Tuhannya akan berkata: Tak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya
(Q.S. Asy-Syura: 11).
Mereka
yang telah melihat kecantikan Sifat-Sifat Ilahiah-Nya akan berkata: Dialah
Allah, tiada tuhan selain Dia. Maha Raja yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang
Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan…(Q.S Al-Hasyr: 23-24). Mereka yang
hanya berpikir tentang Allah dalam hubungannya dengan keindahan segala sesuatu
yang telah Dia ciptakan akan membayangkan Tuhan mereka dengan berbeda, sesuai
dengan kesan-kesan mereka atas sesuatu yang mereka lihat. Sebagian akan
menempatkan Tuhan dalam kerangka ruang dan waktu yang terbatas. Sebagian
bahkan akan berpikir bahwa Dia tidak ada. Dan sebagian akan membuat suatu
bentuk dari batu dan menyangkanya sebagai Dia. Celaka bagi mereka yang
ketetapannya adalah ini! Dan mereka berkata :… tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami (Q.S. At-Taubah: 51).
Sungguh
kebanyakan mereka juga termasuk diantara segala sesuatu yang terjadi ketika
Pencipta melafalkan kata kun dan kata itu menjadi pusat dari semua alam semesta
yang tercipta, berputar sekitarnya; dan ketika dari pusatnya tumbuh Pohon
Eksistensi, kata kun menjadi benih yang darinya itu tumbuh. Jika seseorang
ingin memvisualisasikan semua, ada suatu kemenyeluruhan- segala sesuatu yang
menjadi eksis dan apa yang menyebabkan mereka semua terjadi, perbuatan mereka
serta perkataan mereka, hidup mereka, keadaan mereka, dan interaksi mereka –
apakah ada perumpamaan yang lebih baik daripada sebuah pohon, Pohon Eksistensi?
Pohon yang mengandung semua yang terjadi dalam alam semesta, yang tercipta dari
sebuah benih tunggal, terbuat dari kalam Tuhan kita, yang berfirman kun! Sebagaimana
Pohon tumbuh, segala sesuatu muncul darinya. Sesuatu menjadi lebih, sesuatu
menjadi kurang, sebagian terlihat, dan sebagian lainnya tersembunyi: keimanan
dan kekufuran, buah dari amal-amal yang baik, keadaan kemurnian, suara dan
makna dari perkataan yang indah, keinginan-keinginan dan harapan yang baik, sifat
yang baik dan perilaku mulia, kepekaan pada keindahan, dan pengetahuan akan
realitas adalah sebagian dari daun-daun dan bunga-bunganya. Tingkatan-tingkatan
pencapaian kesalehan, persetujuan hak orang-orang yang benar, kedekatan pada
Tuhannya dari mereka yang mengenal Tuhannya, dan kesirnaan api cinta dari para
pecinta Allah- ini adalah sebagian dari buah-buah Pohon Eksistensi.
Pertama,
tiga tunas tumbuh dari benih suci Pohon tersebut. Satu dari tunas-tunas
tersebut condong ke kanan dan tumbuh dalam arah tersebut. Itu akan menghasilkan
buah-buah
dan
golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu! (Q.S Al-Waqi’ah: 27)
Tunas
lainnya tumbuh ke kiri
… dan
golongan kiri; alangkah sengsaranya golongan kiri itu
(surat Al-Waqi’ah: 41)
(surat Al-Waqi’ah: 41)
Tunas
yang ketiga tumbuh tegak lurus, menjulang tinggi, dan
Dan
orang-orang yang terdahulu, merekalah yang paling dahulu. Mereka itulah
orang-orang yang dekat kepada Allah (Q.S
Al-Waqi’ah: 10-11)
Dan
Pohon Eksistensi tumbuh, mencapai surga yang jauh. Dahan-dahan yang lebih bawah
menjadi alam materi; dahan-dahan yang lebih tinggi menjadi alam ide dan makna
dari segala sesuatu. Alam dimana kita hidup hanyalah kulit kayu Pohon tersebut;
inti bagian dalam adalah tempat dimana ruh bersemayam. Dan getah yang
memberikan kehidupan berjalan dalam pembuluh darahnya, kekuatan yang membuatnya
tumbuh dan memberikan bunga dan buah adalah alam yang tidak diciptakan, alam
semesta mahakuasa, jabarut, dimana rahasia kata kun tersembunyi. Itu adalah
alam dimana hakikat terjaga. Apa yang kita lihat adalah sifat-sifat dan
nama-nama, dimana tindakan adalah wakil-wakilnya.
Pohon
Eksistensi terlindungi dalam sebuah dinding yang mengelilinginya pada sisi
kanan dan sisi kirinya, didepan dan dibelakangnya, diatas dan dibawahnya. Yang
paling jelek dari yang terjelek adalah batas terbawahnya; yang paling baik dari
yang terbaik adalah pada tingkatan yang paling tinggi. Di sekitar Pohon yang
dirahmati ini, sejauh mata memandang, adalah bintang-bintang di langit, segala
sesuatu mengelilingi kita, nama-nama yang dengannya mereka dipanggil, cara
mereka berperilaku, dan apa yang mereka perbuat terhadap satu sama lain. Tujuh
langit adalah seperti daun-daunnya, yang memberi bayangan; bintang-bintangnya
seperti bunga-bunganya. Malam dan siang bagaikan dua penutup, salah satunya
hitam dan yang lainnya putih, yang dengannya Pohon tertutupi dua kali dalam
sehari. Ketika tirai hitam menyelimutinya, maka hilanglah dari pandangan.
Ketika terselimuti dengan yang putih, ia akan memberikan cahaya pada mata, yang
ingin melihat pemandangan indah.
‘Arsy
Ilahi adalah tempat dimana Pohon Eksistensi menerima semua yang diperlukan.
Inilah harta yang tak terbatas yang mempertahankan kelangsungan hidupnya;
sebuah sumber kekuatan yang tak pernah habis yang melindunginya. Itu adalah
tempat dimana para malaikat, para pelayan Pohon Eksistensi, mereka yang
memeliharanya, bersemayam.
Dan engkau
akan melihat malaikat-malaikat melingkar di sekeliling ‘Arsy, bertasbih sambil
memuji Tuhannya…(Q.S Az-Zumar: 75)
Maka
para malaikat menghadap ‘Arsy dan menerima apa saja yang diperlukan. Dimana pun
mereka berada, mereka terbang di sekitarnya dan menunjuk ke arahnya. Kapan saja
sesuatu gagal dalam keharmonisan ilahiah dari Pohon eksistensi, kapan saja
sesuatu yang tak terduga terjadi, para malaikat mengangkat tangan kepada ‘Arsy,
mengharapkan ampunan untuk kegagalan mereka dalam melayani dan memohon
pertolongan dari Pembuat Pohon, karena tidak ada tempat kembali selain
pada-Nya. Dan Dia yang membuat Pohon tidaklah ada disini atau disana, tapi ada
dimana-mana. Dia tidak dapat terlihat atau diketahui – meskipun segala sesuatu
yang diketahui, walaupun bukan Dia, adalah dari-Nya. ‘Arsy Ilahi adalah
manifestasi dari Kekuatan-Nya, bukan dimana tempat Dia bersemayam.
Bila
‘Arsy bukanlah sebuah arah yang kepadanya para malaikat menghadapkan wajahnya
ketika mereka melayani Pohon Eksistensi atas nama-Nya dan untuk
kepentingan-Nya, mereka belum akan mengetahui kemana mereka berbalik untuk
meminta pertolongan dan memberikan kepatuhannya, dan mereka tidak akan terjerumus
dan tersesat. Maka Pencipta segala sesuatu menciptakan ‘Arsy Ilahi, bukan
sebagai sebuah tempat untuk Hakikatnya bersemayam, tapi bagaikan sebuah sumber
kekuatan untuk ciptaan-Nya berpaling padanya, untuk menerima apa saja yang
mereka butuhkan. Dia menciptakan mahluk, bukan karena Dia membutuhkan
padanya, tapi supaya Sifat-sifat-Nya terlihat dan Nama-nama-Nya yang indah
diketahui. Satu dari Nama-nama-Nya adalah yang Maha Pemaaf: karena itu Dia menciptakan
sesuatu yang akan menerima maaf-Nya. Satu dari Nama-nama-Nya adalah yang Maha
Rahman. Satu dari nama-nama-Nya adalah Yang Maha Rahim. Karena itu Dia
menciptakan seseorang yang ada dalam keperluan dan kebutuhan-kebutuhannya:
untuk memanifestasikan kasih sayang-Nya pada mereka.
Semua
dahan Pohon ini menghasilkan buah yang berbeda. Karena itu setiap yang
diciptakan senantiasa berbeda antara satu dan yang lainnya, juga demikian
dengan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka layani. Ini adalah
perbedaan-perbedaan dalam penciptaan seperti banyaknya Sifat-sifat Dia yang
menciptakannya. Maka segala sesuatu dari Keindahan Nama-Nama dan
sifat-sifat-Nya termaterialisasi dan termanifestasi. Dia menciptakan para
pendosa, dan kesalahan yang mereka perbuat, dan taubat mereka, dan dengan
demikian termanifestasilah sifat Maha Mengampuni.Dia menciptakan kebaikan dan
amal-amal mereka, dan menebarkan rahmat-Nya atas mereka. Dia menciptakan
hamba-hamba-Nya yang taat dan melimpahkan Rahmat-Nya pada mereka. Dia
memanifestasikan keadilan-Nya kepada para pembangkang dan kemurkaan-Nya atas
orang-orang yang tak beriman.
Meskipun manifestasi sifat-sifat-Nya dalam ciptaan-Nya tidak melahirkan kesamaan dengan-Nya atau menempel pada-Nya, bahkan tidak dekat dengan-Nya; semuanya dari Dia, tapi bukan Dia. Dia selalu ada, ketika tiada sesuatu pun yang mengada. Dan ketika Dia menciptakan alam semesta, tidaklah Dia berkembang atau memperoleh sesuatu pun. Jika semua akan sirna, Dia tidak akan kehilangan apa pun. Dia ada sekarang sebagaimana Dia ada dulu dan selamanya akan ada. Meskipun Dia tidak bersama dengan manifestasi-Nya dalam sifat-sifat sesuatu yang Dia ciptakan, demikian pula Dia tidak terpisah dari sesuatu yang datang dari-Nya. Karena persatuan dan perpisahan adalah tindakan-tindakan milik mahluk yang telah maujud, bukan pada Dia Yang Maha Wujud Yang Kekal, Yang Unik dan Sendirian.Persatuan dan perpisahan melibatkan gerak menuju dan menjauh dari satu dan lainnya. Pergerakan ini melibatkan perubahan ruang dan waktu serta keadaan, dan bahkan ketidakmunculan. Semua ini adalah sifat-sifat ketidaksempurnaan, sedangkan Pencipta semuanya adalah Tunggal, Unik, Kekal dan Sempurna.
Allah
menciptakan Lauhul Mahfudz dan Pena untuk menuliskan peraturan-peraturan
kerajaan-Nya yang universal, yang memuat semua keputusan-keputusan,
ketetapan-ketetapan, dan peraturan-Nya tentang segala sesuatu yang telah
diciptakan,yang akan diciptakan, yang akan mati dan musnah, yang bertahan,
pahala, hukuman yang patut diperoleh dan yang akan menerimanya. Kemudian Allah
membuat batasan yang tak satu mahluk atau pengetahuan pun pernah bisa
melampauinya dengan menanam Sidratul Muntaha diatas Tujuh Langit.
…Sidratul mutaha yang
paling jauh
(Q.S An-Najm: 14)
Semua
yang datang dari Allah, dan semua yang dikirim dari bawah, berhenti disini.
Sidratul Muntaha adalah dahan yang paling tinggi dari
Pohon Eksistensi. Di bawah bayang-bayangnya adalah para malaikat yang
menyampaikan apa yang datang dari Allah kepada yang dibawahnya, dan mengirimkan
kepada-Nya apapun yang sampai pada mereka dari semua mahkluk dibawahnya. Pada
dahan tersebut sebuah salinan dari apa yang tertulis dalam Lauhul mahfudz
menggantung. Apapun yang terjadi pada Pohon Eksistensi tidak dapat melampaui
titik tersebut. Yang tumbuh, yang matang, yang busuk tetap tinggal dibawahnya. Semua
dalam ciptaan mempunyai maqam, sebuah tempat yang terbatas yang diketahui,
suatu bentuk yang telah ditentukan sebelumnya. Semuanya mempunyai takdir yang
menuntun kehidupan mereka, karena
Tidak ada satu pun
diantara mereka melainkan masing-masing mempunyai kedudukan yang telah
ditentukan
(Q.S. Ash-Shaffat: 164)
Tidak
ada buah-buahan dari Pohon Eksistensi tersebut yang dapat tumbuh diluar tempat
yang telah ditentukan. Apakah itu cantik atau jelek, besar atau tak berarti,
mewah atau sederhana, aneh atau biasa, ketentuan dari masing-masing ditulis
dalam salinan Lauhul Mahfudz yang menggantung pada dahan tersebut.
Dan diletakkanlah
kitab…kitab apakah ini! tidak ada yang tertinggal apakah yang kecil maupun yang
besar kecuali tercatat semuanya (Q.S Al-Kahf: 49)
Tidak
ada yang tidak tercatat apa pun yang tumbuh pada Pohon tersebut, juga tidak ada
apapun yang terbuang. Maka Tuhan telah menetapkan bahwa buah-buahan Pohon
tersebut disimpan dalam dua tempat berbeda, dan menyebutnya dengan Surga dan
Neraka. Buah yang murni, yang tidak cacat, dan indah ditempatkan di Surga yang
tinggi:
Sesunggunya catatan
orang-orang yang benar ada di tempat yang tinggi (Q.S
Al-Mutaffifin: 18)
Dan
buah-buahan yang busuk disimpan di Neraka bawah:
Sesungguhnya catatan
orang-orang yang durhaka ada di penjara neraka (Q.S. Al-Mutaffifin:
7)
Surga
ada di sisi kanan gunung dimana Tuhan berbicara kepada Musa, dimana Orang-orang
yang dirahmati pada sisi kanan bertempat tinggal
Dan
Neraka ialah
…pohon Zaqqum, yang
merupakan makanan orang berdosa (Q.S. Ad-Dukhan: 43-44)
…pohon yang terkutuk
dalam Al-Qur’an
(Q.S
Bani Isra’il: 60)
Di
mana orang-orang menderita pada sisi kiri bertempat tinggal. Dunia yang kita
miliki, yang didalamnya kita tinggal, adalah sebuah tempat dimana Tuhan
memperlihatkan bunga-bunga pilihan Pohon Eksistensi, setiap orang dipelihatkan
hanya untuk sementara saja. Dan Dia telah menciptakan alam berikutnya, Hari
Akhir, untuk menyimpan buahnya yang dipelihara dengan abadi. Dinding, batas
untuk melindungi Pohon Eksistensi, mengelilinginya, sebagaimana
Sesungguhnya Dia meliputi
segala sesuatu
(Q.S. Fusshilat: 54)
Dan
Dia meletakkan lingkaran disekitarnya, dengan demikian tidak ada sesuatu pun
kecuali Dia yang dapat menyentuhnya.
Sesungguhnya Allah
menetapkan apapun yang Dia kehendaki (Q.S Adz-Dzariyat: 1)
….dan berbuat apa yang
Dia kehendaki
(Q.S. Ali ‘Imran: 39)
Ketika
kebenaran dari pohon tersebut berakar kuat dan dahan-dahannya telah sepenuhnya terbentuk,
tumbuh ke segala arah, karena
Hanya pada Tuhanmu lah
tujuan itu
(Q.S An-Nazi’at: 44)
Pohon
tersebut tumbuh sehingga bagian depan mencapai bagian belakang, dan ujungnya
mencapai permulaannya. Bukankah Allah berkata:
Untuk apa pun yang
Kami kehendaki, tidak lain Kami hanya mengatakan Terjadilah (Kun) dan jadilah
ia (yakun)
(Q.S. An-Nahl: 40)
Dengan
demikian dimulai dengan perintah ilahiah Jadilah, dan diakhiri dengan Menjadi.
Tak menjadi masalah seberapa banyak dahan yang ia punyai, ia hanya mempunyai
satu akar, tumbuh dari sebuah benih tunggal yang dinamakan kun. Maka, jika kamu
bersungguh-sungguh melihat dan mencari realitas, kamu akan melihat segala
sesuatu saling berkaitan dan sesungguhnya satu. Pohon surgawi yang disebut Tuba
yang tumbuh di Surga terhubung dengan akarnya pada pohon beracun Zaqqum yang
tumbuh di Neraka. Dinginnya angin sepoi-sepoi Qatb bercampur dengan panas api
neraka dari angin panas membara Simum. Bayangan maqam terakhir yang menyegarkan
di Surga untuk yang terbaik dari kita terhubung dengan asap hitam berkabut
Neraka dimana yang terburuk dari kita akan pergi menujunya.
Dengan
demikian semua akan menerima apa yang telah ditetapkan bagi mereka dari sumber
yang sama. Sebagian minum dari cangkir yang terbaik untuk mereka; sebagian
minum dari cangkir yang seharusnya tertutup rapat untuk mereka. Dan ada
diantara mereka yang dilarang minum sama sekali. Ketika seseorang yang telah
diberi eksistensi mulai melahirkan eksistensi baru yang datang dari ketiadaan,
Allah meniupkan pada mereka Napas Kekuatan-Nya, memberi makan mereka dengan
gizi dari Kebijaksanaan-Nya, dan mencuci mereka dengan hujan dari awan-awan Kehendak-Nya.
Ketika semua yang dirahmati ini menyentuh Pohon Eksistensi, dahan-dahannya
melahirkan buah-buahan yang telah ditetapkan. Kemudian sesuai dengan sifat
alamiah mereka, kesehatan dan kesakitan menimpa mereka.
Alam
semesta tumbuh dari dua konsonan kata Ilahiah kun. Seseorang mendapatkan cahaya
dan lainnya kegelapan. Semua kebaikan datang dari cahaya tersebut dan semua
yang jahat datang dari cahaya tersebut, maka hanya kebaikan datang darinya, dan
Mereka tidak mengingkari Allah yang
dengannya Dia perintahkan, tapi mereka berbuat sesuai yang diperintahkan.
(Q.S At-Tahrim: 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar