Hikayat Sunan Ambu dan Lutung Kasarung


Bermula dari Nagari Kahyangan di bawah Sunan Ambu, yang menurut perhitungan di tahun 104 Candra Kala, di Zaman Megalitikum. Kemudian, Sunan Ambu mencipta seorang Prabu yang bernama Prabu Lutung Kasarung dan Budak Manjor. Sementara itu, di bumi sudah ada Negara Pasir Batangan di sekitar Gunung Bundar (Banten) berdekatan di kaki Gunung Salak, Bogor. Hal ini dalam pantun kuno disebutkan ada 7 putri nan cantik rupawan:

1. Nyi Mas Purba Larang
2. Nyi Mas Purba Endah
3. Nyi Mas Purba Leuwih Ningsih
4. Nyi Mas Purba Kencana
5. Nyi Mas Purba Manik Maya
6. Nyi Mas Purba Leutik
7. Nyi Mas Purbasari

Negara Pasir Batangan memiliki seorang Adipati yang bernama Lembu Halang yang sakti mandraguna dan dipimpin oleh Rajanya bernama Prabu Purba Kencana dengan permaisurinya yang bernama Nyi Mas Larasarkati. Terjadilah pernikahan antara Prabu Indra Prahasta dengan Nyi Mas Purba Larang dan Prabu Lutung Kasarung dengan Nyi Mas Purbasari. Prabu Lutung Kasarung diasuh oleh Aki Kolot Penyumpit dan Nini Kolot Penyumpit. Dari pernikahan Prabu Indra Prahasta dengan Nyi Mas Purba Larang itulah lahir:

1. Uyut (Aki) Tirem (Mertua-nya Raja Salakanagara Pertama, yaitu Dewawarman)
2. Aki Raga Mulya

Sedangkan dari pernikahan antara Prabu Lutung Kasarung dan Nyi Mas Purbasari itulah lahir:

1. Prabu Bathara Gung Binathara Kusuma Adjar Padangi
2. Nyi Mas Ratu Banjaransari

Kemudian Prabu Gung Binathara Kusuma Padangi membuat situs menhir sebagai tempat persembahan kepada leluhur Nagari Kahyangan yang terletak di Salaka Domas, Bogor. Kemudian Prabu Gung Binathara membuat istana kerajaan dari batu yang terletak di Gunung Padangi antara Cianjur dan Sukabumi, yang disebut Batu Menhir Megalitikum dengan nama kerajaannya adalah Medang Kamulan I.

Prabu Bathara Gung Binathara mempunyai putra dua:

1. Prabu Angling Dharma Mandalawangi diperintahkan untuk membuat situs di Gunung Pulosari, Desa Mandalawangi Banten (Medang Kamulan II).
2. Nyi Mas Nila Sastra Ayu Jendrat ditugaskan untuk membuat kitab para Dewa Nila Sastra Ayu Jendrat (Kitab aturan dewata yang memuat Pituduh, Pitutur, Pibekaleun).

Tahun 78 M, Prabu Gung Binathara menciptakan Aji Purwa Wisesa sejumlah 18 huruf yang berbunyi: HA NA CA RA KA DA TA SA WA LA PA JA YA NYA MA GA BA NGA. Pada tahun 130 M, Prabu Angling Dharma membuat wilayah kekuasaan dan keraton sampai ke pedalaman Banten (Lebak) dan Ujung Kulon. Di kemudian hari terkenal dengan nama HYANG SIRA atau EYANG JANGKUNG, disebut Eyang Jangkung karena memapas gunung Pulosari yang menghalangi penglihatannya dimana kuncup Pulosari dibuang ke laut sehingga menjadi gunung Krakatau.

Pada tahun 170 M, Ratu Gung Binathara Kusuma Adjar Padangi mencipta batu sebesar rumah (jika diukur sebesar rumah tipe 200) yang berlokasi di desa Cibulan, Cisarua yang saat ini dikenal dengan sebutan Maqom (petilasan) Wali Cipta Mangun Negara dan Nyi Mas Cipta Rasa. Antara Salaka Domas dengan Situs Magalitikum Gunung Padang di Cianjur dengan batu menhir Megalitikum di Pulosari dan dengan Batu di Wali Cipta Mangun Negara, semuanya memiliki satu kesatuan dan kesamaan masa. (*) 



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Salah sahiji carita nambahan hikayat nu pasolengkrah asal muasal soenda nuhsantara...keun ke ge bakal nyarambung jadi hikayat nu leungkeup,pikeun pamuka sajarah nu saestu...tabe pun,ahuung....👌🏻👍🏻🙏