Oleh
Musadiq
Marhaban
Beberapa waktu lalu, pihak Nahdhatul Ulama Indonesia
telah memprakarsai suatu pertemuan internasional yang bertujuan untuk
mempererat hubungan dua mazhab terbesar Islam, yaitu Sunni-Syiah. Pihak
penyelenggara berharap pertemuan itu bisa menjadi langkah dan momen baru untuk
membangun kerjasama positif, konstruktif dan harmonis di antara sesama umat
Muslim.
Meskipun
tidak semua partsipan menghadiri pertemuan yang dilaksanakan di Istana Bogor
itu, namun pertemuan tersebut jelas positif dan bisa memunculkan banyak
pertemuan lainnya yang bisa semakin mempererat hubungan kedua belah pihak,
terutama dalam menghadapi musuh besar Islam saat ini, yaitu kaum Zionis,
dimanapun mereka berada dan apapun latar belakang agama mereka.
Namun
hanya selang beberapa waktu, upaya positif ini secara tiba-tiba ingin
dihancurkan lagi oleh sekelompok orang di Tanah Air yang mengatasnamakan
dirinya sebagai “kelompok Muslim”. Mereka menolak terjalinnya hubungan harmonis
antara Sunni-Syiah, dan lebih suka melihat terjadinya khaos dan pertumpahan
darah di antara sesama kaum Muslim. Sebenarnya, kelompok provokator yang
dipimpin oleh seorang “ustad gadungan” berinisial TA ini telah lama bekerja dengan
dana-dana bantuan luar negeri dalam rangka menciptakan destabilisasi umat
Muslim di Tanah Air.
Mereka
bekerja dengan berbagai jalur, seperti media cetak, pendidikan dan gerakan massa.
Dalam “perjuangannya” itu, mereka mengatakan bahwa mereka ingin menyelamatkan
umat Muslim Indonesia dari ajaran sesat.
Selagi
kelompok yang berbasis di Jawa Timur dan yang mengatasnamakan diri mereka
sebagai “kelompok Salafi” ini kenyang dengan rezekinya para Zionis dan tekun
menjalankan proyek-proyek provokatif mereka untuk mengadu domba Muslim di
Indonesia, serta percaya kepada propaganda Amerika yang mengatakan bahwa Syiah
adalah biang keladi kerusuhan di Irak, maka setiap harinya, kaum Muslimah di Iraq
telah dinikmati secara biadab oleh tentara-tentara Zionis Amerika yang terus
bercokol di Irak. Ini belum ditambah dengan pembunuhan anak-anak yang tidak
berdosa di Irak.
Di
Irak, setiap hari para Muslimah diperkosa dan anak-anak dijadikan sasaran tembak,
jika ada serdadu Amerika yang terbunuh. Tindakan itu dilakukan semata-mata
sebagai aksi balas dendam pihak tentara AS. Namun anehnya, Pemerintah Saudi
Arabia yang menjadi pemberi restu, finansial, dan juga fasilitator bagi Amerika
untuk menyerang negara Irak ini, menutup mata dari tindakan biadab tentara
Zionis AS tersebut. Lebih dari itu, Pemerintah Saudi Arabia bahkan memberikan
sebagian dari negeri mereka untuk dijadikan base camp-nya tentara AS.
Bahkan
sungguh ironis, karena beberapa pihak ulama di Saudi Arabia dan juga seorang
ulama asal Mesir yang kini berdomisili di Qatar, malah mengatakan bahwa yang
menjadi provokator dan perusak kedamaian di Irak itu adalah kaum Syiah yang
merupakan mayoritas penduduk di Irak.
Dengan
alasan ini, Bush cs (la’natullah ‘alaihim) memperoleh alasan bahwa mereka telah
mendapat dukungan resmi dari pihak ulama Muslim sendiri. Untuk itu,
pemerintahan Bush seringkali menyatakan bahwa keberadaan mereka di Irak adalah
untuk menegakkan demokrasi.
Di
Irak sana, para wanita Muslimah ditangkapi dengan alasan terkait dengan
terorisme, lalu tanpa bukti, mereka digiring ke penjara Abu Gharib. Di tempat
ini, satu-persatu para wanita Muslimah ini ditelanjangi dan diperkosa secara
bergilir oleh tentara-tentara AS. Lalu dipukuli sampai wajah mereka tidak
berbentuk lagi. Peristiwa ini telah berlangsung sejak tahun 2003.
Para
Muslimah ditempatkan di dalam penjara berukuran 2,5 m x 1,5 meter dan selama
“dalam proses penahanan,” setiap malam mereka diperkosa secara berkelompok
sampai pingsan. Banyak dari Muslimah ini yang belum dan sudah menikah dan
memiliki suami dan anak, sehingga hanya beberapa orang saja yang berani membuka
mulut dan mengangkat kasus mereka ke pengadilan. Kini, sekelompok pihak
pengacara wanita di Irak mengajukan tuntutan kejahatan perang terhadap kaum
wanita Muslimah dan anak-anak dan mereka butuh dukungan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar