Inilah penggalan kearifan ia yang merupakan “pintu
gerbangnya” Nabi Muhammad SAW, yang
adalah washi, imam, dan Amirul Mu’minin
setelah Nabi SAW, yaitu Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah.
Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib as ditanyai tentang keimanan,
lalu ia berkata: Iman berdiri di atas empat kaki: kesabaran, keyakinan,
keadilan dan jihad. Kesabaran pun mempunyai empat aspek: gairah, takut, zuhud,
dan antisipasi (akan kematian)., maka barangsiapa bergairah untuk surga, ia
akan mengabaikan hawa nafsunya; barangsiapa takut akan api (neraka), ia akan
menahan diri dari perbuatan terlarang; dan barangsiapa mengantisipasi kematian
ia akan bergegas kepada amal baik.
Keyakinan juga mempunyai empat aspek: penglihatan yang bijaksana,
kecerdasan dan pengertian, menarik pelajaran dari hal-hal yang mengandung
pelajaran, dan mengikuti contoh orang-orang sebelumnya. Oleh karena itu,
barangsiapa melihat dengan bijaksana, pengetahuan bijaksana akan terwujud
kepadanya, dan barangsiapa yang terwujud padanya pengetahuan bijaksana, maka ia
akan menilai obyek-obyek yang mengandung pelajaran, dan barangsiapa menilai
obyek-obyek yang mengandung pelajaran, samalah dia dengan orang-orang yang
terdahulu.
Keadilan juga mempunyai empat aspek: pernahaman yang tajam,
pengetahuan yang mendalam, kemampuan baik untuk memutuskan, dan ketabahan yang
kukuh. Oleh karena itu, barangsiapa yang memahami akan mendapatkan kedalaman
pengetahuan; barangsiapa mendapatkan kedalaman pengetahuan, ia meminum dari
sumber keadilan; dan barangsiapa berlaku sabar, maka ia tak akan melakukan
perbuatan jahat dalam urusannya, dan akan menjalani kehidupan yang terpuji di
antara manusia.
Jihad juga mempunyai empat aspek: menyuruh orang berbuat baik,
mencegah orang berbuat kemungkaran, berjuang (di jalan Allah) dengan ikhlas dan
dengan teguh pada setiap kesempatan, dan membenci yang mungkar., maka barangsiapa
menyuruh orang lain berbuat baik, ia memberikan kekuatan kepada kaum mukmin;
barangsiapa menghentikan orang lain dari kemungkaran, ia menghinakan orang
kafir; barangsiapa berjuang dengan ikhlas pada segala kesempatan, ia
melaksanakan seluruh kewajibannya; dan barangsiapa membenci yang mungkar dan
menjadi marah demi Allah, maka Allah akan marah untuk kepentingan dia dan akan
tetap meridainya pada Hari Pengadilan.
Kekafiran berdiri pada empat topangan: mengumbar hawa nafsu, saling
bertengkar, menyeleweng dari kebenaran, dan perpecahan., maka barangsiapa
mengumbar hawa nafsu, ia tidak cenderung kepada yang benar; barangsiapa banyak
bertengkar dalam kejahilan akan selalu buta terhadap yang benar; barangsiapa
menyeleweng dari kebenaran, baginya baik menjadi buruk dan buruk menjadi baik
dan ia tetap mabuk dengan kesesatan; dan barangsiapa membuat perpecahan (dengan
Allah dan Rasul-Nya), jalannya menjadi sulit, urusannya menjadi rumit dan jalan
lepasnya menjadi sempit.
Keraguan mempunyai empat aspek: ketidaknalaran, ketakutan,
kegoyahan dan penyerahan yang tak semestinya kepada segala sesuatu., maka
barangsiapa menempuh ketidaknalaran sebagai jalannya, baginya tak ada fajar
setelah malam; orang yang takut akan apa yang menimpanya harus lari tunggang
langgang; orang yang goyah dalam keraguan, iblis akan memijak-mijaknya; dan
orang yang menyerah kepada kebinasaan dunia dan akhirat akan binasa di dunia
dan akhirat.
Sayid Radhi berkata: Kami
telah meninggalkan bagian lain dari ucapan ini karena khawatir akan panjangnya
dan karena berada di luar tujuan bab ini.
وقال عليه السلام : فَاعِلُ الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْهُ، وَفَاعِلُ
الشَّرِّ شَرٌّ مِنْهُ.
Amirul Mukminin as berkata: Pelaku kebaikan lebih baik dari
kebaikan itu sendiri, dan pelaku kemungkaran lebih buruk dari kemungkaran itu
sendiri.
وقال عليه السلام : كُنْ سَمَحاً وَلاَ تَكُنْ مُبَذِّراً، وَكُنْ
مُقَدِّراًوَلاَ تَكُنْ مُقَتِّراً8ى.
Amirul Mukminin as berkata: Jadilah dermawan, tetapi jangan
mubazir; berhematlah, tetapi jangan kikir.
وقال عليه السلام : أَشْرَفُ الْغِنَى تَرْكُ الْمُنى
Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang terbaik ialah
meninggalkan hawa nafsu.
وقال عليه السلام : مَنْ أَسْرَعَ إِلَى النَّاسِ بِمَا يَكْرَهُونَ،
قَالُوا فِيهِ [بـ] ما لاَ يَعْلَمُونَ.
Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang cepat dalam
mengatakan hal-hal yang tidak mereka sukai tentang orang (lain), maka orang
berbicara tentang apa yang mereka tidak tahu tentang dia.
وقال عليه السلام : مَنْ أَطَالَ الاََْمَلَأَسَاءَ الْعَمَلَ.
Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperpanjang hawa
nafsunya, ia menghancurkan amal perbuatannya.
وقال عليه السلام وقد لقيه عند مسيره إلى الشام دهاقين الاَنبار
فترجّلوا لهى واشتدّوابين يديه: مَا هذَا الَّذِي صَنَعْتُمُوهُ؟ فقالوا: خُلُقٌ
مِنَّا نُعَظِّمُ بِهِ أُمَرَاءَنَا. فقال عليه السلام : وَاللهِ مَا يَنْتَفِعُ
بِهذَا أُمَرَاؤُكُمْ! وَإِنَّكُمْ لَتَشُقُّونَبِهِ عَلَى أَنْفُسِكْمْ [فِي
دُنْيَاكُمْ،] وَتَشْقَوْنَبِهِ فِي آخِرَتِكُمْ، وَمَا أخْسرَ الْمَشَقَّةَ
وَرَاءَهَا الْعِقَابُ، وَأَرْبَحَ الدَّعَةَمَعَهَا الاََْمَانُ مِنَ النَّارِ!
Pada suatu waktu, saat Amirul Mukminin as sedang menuju ke Suriah,
penduduk Anbar menemuinya. Ketika melihatnya mereka mulai berjalan kaki
kemudian lari di depannya. la bertanya mengapa mereka berbuat demikian. Mereka
menjawab bahwa begitulah cara mereka menghormati para pemimpinnya. Lalu ia
berkata: Demi Allah, ini tak berfaedah bagi para pemimpin Anda. Anda
menyibukkan diri di dunia ini dan dengan itu Anda menerima kemudaratan untuk
dunia yang akan datang. Betapa ruginya melakukan pekerjaan yang kelak
menghasilkan hukuman, dan betapa untungnya perkara yang menghasilkan kebebasan
dari api (neraka).
وقال عليه السلام : لابنه الحسن عليه السلام : يَا بُنَيَّ، احْفَظْ
عَنِّي أَرْبَعاً وَأَرْبَعاً، لاَ _يَضُرَّكَ مَا عَمِلْتَ مَعَهُنَّ: إِنَّ
أَغْنَى الْغِنَىُ الْعَقْلُ، وَأَكْبَرَ الْفَقْرِ الْحُمْقُ، وَأَوحَشَ
الْوَحْشَةِ الْعُجْبُ وَأَكْرَمَ الْحَسَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ. يَا بُنَيَّ،
إِيَّاكَ وَمُصَادَقَةَ الاََْحْمَقِ، فَإِنَّهُ يُريِدُ أَنْ يَنْفَعَكَ
فَيَضُرَّكَ. وَإِيَّاكَ وَمُصَادَقَةَ الْبَخِيلِ، فَإِنَّهُ يَقْعُدُ عَنْكَ
أَحْوَجَ مَا تَكُونُ إِلَيْهِ. وَإِيَّاكَ وَمُصَادَقَةَ الْفَاجِرِ، فَإِنَّهُ
يَبِيعُكَ بِالتَّافِهِ وَإِيَّاكَ وَمُصَادَقَةَ الْكَذَّابِ، فَإِنَّهُ
كَالسَّرَابِ يُقَرِّبُ عَلَيْكَ الْبَعِيدَ، وَيُبَعِّدُ عَلَيْكَ الْقَرِيبَ.
Amirul Mukminin (as) berkata kepada putranya Hasan: Wahai anakku,
pelajarilah empat hal dan empat hal (selanjutnya) dari saya; tak ada yang akan
memudaratkan Anda apabila Anda melaksanakannya. Bahwa kekayaan yang termahal
adalah kecerdasan; kehancuran terbesar adalah ketololan; keliaran yang paling
liar adalah kesombongan, dan prestasi yang terbaik ialah kebaikan akhlak.
Wahai anakku, engkau harus mengelak dari bersahabat dengan orang
tolol karena ia mungkin berniat untuk memberi manfaat kepada Anda tetapi ia
merugikan Anda; Anda harus mengelak dari bersahabat dengan orang kikir karena
ia akan melarikan diri dari Anda ketika Anda paling memerlukannya; Anda harus
mengelak bersahabat dengan orang pendosa karena ia akan menjual Anda dengan
cuma-cuma; dan Anda harus mengelak dari bersahabat dengan pembohong karena ia
adalah seperti bayangan khayali, membuat Anda merasakan barang yang jauh
seperti dekat dan barang yang dekat seperti jauh.
وقال عليه السلام : لاَ قُرْبَةَ بِالنَّوَافِلِإِذَا أَضَرَّتْ
بِالْفَرَائِضِ.
Amirul Mukminin as berkata: Ibadah yang sunah tak dapat membawa
kedekatan kepada Allah, apabila hal itu menghalangi yang wajib.
وقال عليه السلام : لِسَانُ الْعَاقِلِ وَرَاءَ قَلْبِهِ، وَقَلْبُ
الاََْحْمَقِ وَرَاءَ لِسَانِهِ
Amirul Mukminin as berkata: Lidah orang bijaksana berada di
belakang hatinya, dan hati orang tolol berada di belakang lidahnya. Sayid
Syarif Radhi berkata: Kalimat ini mempunyai makna yang indah luar
biasa. Itu berarti bahwa orang bijaksana tidak berkata-kata dengan lidahnya
sebelum meminta nasihat akalnya dan menggunakan imajinasinya, tetapi orang
tolol mengucapkan apa saja yang sampai ke lidahnya tanpa berpikir. Dengan
demikian, lidah orang bijaksana mengikuti hatinya sementara hati orang tolol
mengikuti lidahnya.
وقد روي عنه عليه السلام هذا المعنى بلفظ آخر، وهو قوله: قَلبُ
الاََْحْمَقِ فِي فِيهِ، وَلِسَانُ الْعَاقِلِ فِي قَلْبِهِ.
Pengertian yang tepat itu juga telah diriwayatkan dari Amirul
Mukminin as, dalam suatu versi lain, sebagai berikut: Hati seorang tolol berada
di mulutnya sementara lidah orang bijaksana berada di hatinya.
Makna kedua ucapan (40 dan 41) sama.
وقال عليه السلام لبعض أَصحابه في علّة اعتلّها: جَعَلَ اللهُ مَا
كَانَ مِنْ شَكْوَاكَ حطّاً لِسَيِّئَاتِكَ، فَإِنَّ الْمَرَضَ لاَ أَجْرَ فِيهِ،
وَلكِنَّهُ يَحُطُّ السَّيِّئَاتِ، وَيَحُتُّهَا حَتَّالاََْوْرَاقِ، وَإِنَّمَا
الاََْجْرُ فِي الْقَوْلِ بِالّلسَانِ، وَالْعَمَلِ بِالاََْيْدِي
وَالاََْقْدَامِ، وَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ يُدْخِلُ بِصِدْقِ النِّيَّةِ
وَالسَّرِيرَةِ الصَّالِحَةِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عَبَادِهِ الْجَنَّةَ.
Amirul Mukminin (as) berkata kepada salah seorang sahabatnya yang
sedang sakit: Semoga Allah membuat sakit Anda menjadi sarana untuk menghapus
dosa-dosa Anda, karena tak ada ganjaran bagi sakit selain bahwa ia menghapus
dosa-dosa dan menggugurkannya seperti daun-daun (kering). Ganjaran terletak
dalam mengikrarkan dengan lidah dan mengamalkan dengan tangan dan kaki.
Sesungguhnya Allah Ta'ala memasukkan ke surga barangsiapa yang la kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya karena kebenaran niat dan kesucian hatinya. Sayid
Syarif Radhi mengatakan: Amirul Mukminin benar dalam mengatakan bahwa
tak ada ganjaran bagi sakit itu sendiri, karena penghapusan dosa dapat diakui
sehubungan dengan perbuatan Allah Yang Mahatinggi kepada hamba-harnba-Nya
sebagai kesusahan, sakit dan yang serupa, sedang ganjaran dan pembalasan adalah
atas amal perbuatan manusia. Inilah perbedaan antara keduanya, dan Amirul
Mukminin telah menjelaskannya melalui pengetahuannya yang cemerlang dan
pandangannya yang sehat.
وقال عليه السلام في ذكر خباب بن الاَرتّ: يَرْحَمُ اللهُ خَبَّاباً،
فَلَقَدْ أَسْلَمَ رَاغِباً، وَهَاجَرَ طَائِعاً، [وَقَنِعَ بالْكَفَافِ وَرَضِيَ
عَنِ اللهِ،] وَعَاشَ مُجَاهِداً.
Amirul Mukminin as berkata tentang Khabbab ibn al-Aratt: Semoga
Allah menaruh rahmat kepada Khabbab ibn al-Aratt karena ia menerima Islam
dengan sukarela, berhijrah (dari Makkah) dengan taat, tetap puas dengan apa
yang mencukupinya, rida dengan Allah dan menjalani hidup mujahid.
وقال عليه السلام : طُوبَى لِمَنْ ذَكَرَ الْمَعَادَ، وَعَمِلَ
لِلْحِسَابِ، وَقَنِعَ بِالْكَفَافِ، وَرَضِيَ عَنِاللهِ.
Amirul Mukminin as berkata: Diberkatilah orang yang terus mengingat
kehidupan yang berikut, bertindak sedemikian rupa sehingga memungkinkan dia
mempertanggungjawabkannya, tetap puas dengan apa yang mencukupinya, dan tetap
rida kepada Allah.
وقال عليه السلام : لَوْ ضَرَبْتُ خَيْشُومَالْمُؤْمِنِ بِسَيْفِي
هذَا عَلَى أَنْ يُبْغِضَنِي مَاأَبْغَضَنِي، وَلَوْ صَبَبْتُ الدُّنْيَا
بِجَمَّاتِهَاعَلَى الْمُنَافِقِ عَلَى أَنْ يُحِبَّنِي مَا أَحَبَّنِي: وَذلِكَ
أَنَّهُ قُضِيَ فَانْقَضَى عَلَى لِسَانِ النَّبِيِّ الاَُْمِّيِّ عليه السلام
أَنَّهُ قَالَ: « [يَا عَلِيُّ،] لاَ يُبْغِضُكَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يُحِبُّكَ
مُنَافِقٌ».
Amirul Mukminin as berkata: Sekalipun saya memukul hidung seorang
mukmin dengan ini, pedang saya, supaya membenci saya, ia tak akan membenci
saya; dan sekalipun saya tumpukkan seluruh kekayaan dunia di hadapan seorang
munafik untuk mencintai saya, ia tidak akan mencintai saya. Ini disebabkan
karena suatu keputusan yang diikrarkan oleh lidah Nabi yang mulia SAW, ketika
beliau berkata, "Wahai 'Ali, orang mukmin tak akan pernah membencimu, dan
orang munafik tak akan pernah mencintaimu."
وقال عليه السلام : سَيِّئَةٌ تَسُوءُكَ خَيْرٌ عِنْدَاللهِ مِنْ
حَسَنَةٍ تُعْجِبُكَ.
Amirul Mukminin (as) berkata: Dosa yang meresahkan Anda lebih baik
dalam pandangan Allah daripada kebajikan yang membanggakan Anda.
وقال عليه السلام : قَدْرُ الرَّجُلِ عَلَى قَدْرِ هِمَّتِهِ،
وَصِدْقُهُ عَلَى قَدْرِ مُرُوءَتِهِ، وَشَجَاعَتُهُ عَلَى قَدْرِ
أَنَفَتِهِ،عِفَّتُهُ عَلَى قَدْرِ غَيْرَتِهِ.
Amirul Mukminin as berkata: Nilai seorang lelaki sesuai dengan
keberaniannya; kejujurannya sesuai dengan keseimbangan perangainya;
keperkasaannya sesuai dengan respek dirinya; dan kesuciannya sesuai dengan rasa
malunya.
وقال عليه السلام : الظَّفَرُ بالْحَزْمِ، وَالْحَزْمُ بِإِجَالَةِ
الرَّأْيِ، وَالرَّأْيُ بِتَحْصِينِ الاََْسْرَارِ.
Amirul Mukminin as berkata: Kemenangan dicapai dengan tekad; tekad
tercapai dengan pemikiran, dan pikiran dibentuk dengan menjaga rahasia.
وقال عليه السلام : احْذَرُوا صَوْلَةَ الْكَرِيمِ إذَا جَاعَ،
واللَّئِيمِ إِذَا شَبِعَ.
Amirul Mukminin as berkata: Takutlah akan serangan orang terhormat
ketika ia lapar, dan (serangan) orang hina ketika ia kenyang.
وقال عليه السلام : قُلُوبُ الرِّجَالِ وَحْشِيَّةٌ، فَمَنْ
تَأَلَّفَهَا أَقْبَلَتْ عَلَيْهِ.
Amirul Mukminin as berkata: Hati manusia adalah seperti binatang
buas. Barangsiapa (hendak) menjinakkannya, akan diterkamnya.
وقال عليه السلام : عَيْبُكَ مَسْتُورٌ مَا أَسْعَدَكَ جَدُّكَ
Amirul Mukminin as berkata: Selama kedudukan Anda baik, kekurangan
Anda tertutup.
وقال عليه السلام : أَوْلَى النَّاسِ بِالْعَفْوِ أَقْدَرُهُمْ عَلَى
الْعُقُوبَةِ.
Amirul Mukminin as berkata: Yang paling mampu memaafkan ialah orang
yang paling berkuasa untuk menghukum.
وقال عليه السلام : السَّخَاءُ مَا كَانَ ابْتِدَاءً، فَأَمَّا مَا
كَانَ عَنْ مَسْأَلَةِ فَحَيَاءٌ وَتَذَمُّمٌط .
Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan ialah yang dengan
inisiatif sendiri, karena memberi atas permintaan mungkin disebabkan oleh harga
diri atau untuk mengelakkan celaan.
وقال عليه السلام : لاَ غِنَى كَالْعَقْلِ، وَلاَ فَقْرَ كَالْجَهْلِ،
وَلاَ مِيرَاثَ كَالاَْدَبِ، وَلاَ ظَهِيرَ كَالْمُشَاوَرَةِ.
Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kekayaan seperti kebijaksanaan,
tak ada kemiskinan seperti kejahilan, tak ada warisan seperti kehalusan, tak
ada dukungan seperti nasihat.
وقال عليه السلام : الصَّبْرُ صَبْرَانِ: صَبْرٌ عَلَى مَا تَكْرَهُ،
وَصَبْرٌ عَمَّا تُحِبُّ.
Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran ada dua jenis, sabar atas apa
yang menyakiti Anda dan sabar terhadap apa yang Anda serakahi.
وقال عليه السلام : الْغِنَى فِي الْغُرْبَةِ وَطَنٌ، وَالْفَقْرُ فِي
الْوَطَنِ غُرْبَةٌ.
Amirul Mukminin as berkata: Dengan kekayaan, tanah asing adalah
negeri sendiri, sedang dengan kemiskinan bahkan tanah sendiri menjadi negeri
asing.
وقال عليه السلام : الْقَنَاعَةُ مَالٌ لاَ يَنْفَدُ.
Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah harta yang tak berkurang.
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan
ini juga telah diriwayatkan dari Nabi saw.
وقال عليه السلام : الْمَالُ مَادَّةُ الشَّهَوَاتِ.
Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan adalah sumber hawa nafsu.
وقال عليه السلام : مَنْ حَذَّرَكَ كَمَنْ بَشَّرَكَ.
Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperingatkan Anda, ia
seperti memberi kabar gembira kepada Anda.
وقال عليه السلام : الِّلسَانُ سَبُعٌ، إِنْ خُلِّيَ عَنْهُ عَقَرَ
Amirul Mukminin as berkata: Lidah adalah hewan buas; bila
dibebaskan ia menerkam.
وقال عليه السلام : الْمَرْأَةُ عَقْرَبٌ حُلْوَةُ اللَّسْبَةِ
Amirul Mukminin as berkata: Perempuan adalah ibarat kalajengking
yang sengatannya manis.
وقال عليه السلام : إِذَا حُيِّيْتَ بِتَحِيَّةٍ فَحَيِّ بِأَحْسَنَ
مِنْهَا، وإِذَا أُسْدِيَتْ إِلَيْكَ يَدٌ فَكَافِئْهَا بِمَا يُرْبِي عَلَيْهَا،
وَالْفَضْلُ مَعَ ذلِكَ لِلْبَادِىءِ].
Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda diberi hormat, balaslah
dengan hormat yang lebih baik. Apabila tangan bantuan diulurkan kepada Anda,
buatlah kebaikan yarig lebih baik sebagai balasan, kendatipun keutamaannya
tetap berada pada si pemula.
وقال عليه السلام : الشَّفِيعُ جَنَاحُ الطَّالِبِ.
Amirul Mukminin as berkata: Penengah adalah sayap dari si pencari.
وقال عليه السلام : أَهْلُ الدُّنْيَا كَرَكْبٍ يُسَارُ بِهِمْ وَهُمْ
نِيَامٌ.
Amirul Mukminin as berkata: Manusia duniawi adalah seperti musafir
yang sedang dibawa sementara ia tertidur.
وقال عليه السلام : فَقْدُ الاََْحِبَّةِ غُرْبَةٌ.
Amirul Mukminin as berkata: Ketiadaan sahabat berarti keterasingan.
وقال عليه السلام : فَوْتُ الْحَاجَةِ أَهْوَنُ مِنْ طَلَبِهَا إِلَى
غَيْرِ أَهْلِهَا.
Amirul Mukminin as berkata: Tidak mendapatkan apa yang diinginkan
lebih enak daripada meminta pada orang yang tak pantas.
وقال عليه السلام : لاَ تَسْتَحِ مِنْ إِعْطَاءِ الْقَلِيلِ، فَإِنَّ
الْحِرْمَانَ أَقَلُّ مِنْهُ.
Amirul Mukminin as berkata: Jangan merasa malu karena (hanya)
memberikan sedikit, karena penolakan adalah lebih kecil dari (yang sedikit)
itu.
وقال عليه السلام : الْعَفَافُ زِينَةُ الْفَقْرِ، [والشُّكْرُ
زِينَةُ الغِنَى].
Amirul Mukminin as berkata: Menahan diri adalah perhiasan
kemiskinan sedang syukur adalah perhiasan kekayaan.
وقال عليه السلام : إِذَا لَمْ يَكُنْ مَا تُرِيدُ فَلاَ تُبَلْكيفَ
كُنْتَ.
Amirul Mukminin as berkata: Apabila yang Anda tuju tak tercapai,
maka janganlah cemas tentang apakah Anda dahulunya.
وقال عليه السلام : لاَتَرَى الْجَاهِلَ إِلاَّ مُفْرِطاً أَوْ
مُفَرِّطاً.
Amirul Mukminin as berkata: Anda tak akan mendapatkan orang jahil
kecuali pada salah satu ujung ekstrem (yakni yang lalai atau yang
berlebih-lebihan).
وقال عليه السلام : إِذَا تَمَّ الْعَقْلُ نَقَصَ الْكَلاَمُ.
Amirul Mukminin as berkata: Ketika akal meningkat, kata-kata
menyingkat.
وقال عليه السلام : الدَّهرُ يُخْلِقُ الاََْبْدَانَ، وَيُجَدِّدُ
الاَْمَالَ، وَيُقَرِّبُ الْمَنِيَّةَ، ويُبَاعِدُ الاَُْمْنِيَّةَ مَنْ ظَفِرَ
بِهِ نَصِبَ ومَنْ فَاتَهُ تَعِبَ.
Amirul Mukminin as berkata: Waktu mengauskan tubuh, menyegarkan
hasrat, membawa kematian lebih dekat, dan membawa pergi aspirasi-aspirasi.
Barangsiapa berhasil dengannya, menghadapi kesusahan, dan barangsiapa tak
mendapatkan kebaikannya, pun mengalami kesukaran.
وقال عليه السلام : مَنْ نَصَبَ نَفْسَهُ لِلنَّاسِ إِمَاماً
فَعَلَيْهِ أَنْ يَبْدَأَ بِتَعْلِيمِ نَفْسِهِ قَبْلَ تَعْلِيمِ غَيْرِهِ،
وَلْيَكُنْ تَأْدِيبُهُ بِسِيرَتِهِ قَبْلَ تَأْدِيبِهِ بِلِسَانِهِ، وَمُعَلِّمُ
نَفْسِهِ وَمُؤَدِّبُهَا أَحَقُّ بِالاِِْجْلاَلِ مِنْ مُعَلِّمِ النَّاسِ
وَمُؤَدِّبِهِمْ.
Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa menempatkan diri sebagai
pemimpin rakyat, ia harus mulai mendidik dirinya sendiri sebelum mendidik orang
lain; dan pelajarannya haruslah melalui perilakunya sendiri sebelum mengajar
dengan lidah. Orang yang mendidik dan melatih dirinya sendiri lebih berhak
mendapat penghormatan ketimbang orang yang mendidik dan melatih orang lain.
وقال عليه السلام : نَفْسُ الْمَرْءِ خُطَاهُ إِلَى أَجَلِهِ
Amirul Mukminin as berkata: Nafas seseorang adalah suatu langkah ke
arah ajal.
وقال عليه السلام : كُلُّ مَعْدُودٍ مُنْقَضٍ، وَكُلُّ مُتَوَقَّعٍ
آتٍ.
Amirul Mukminin as berkata: Setiap yang dapat dihitung akan lewat,
dan setiap hal yang mesti datang akan terjadi.
وقال عليه السلام : إِنَّ الاَُْمُورَ إذا اشْتَبَهَتْ اعْتُبِرَ
آخِرُهَا بِأَوَّلِهَا
Amirul Mukminin as berkata: Apabila urusan tercampur aduk, maka
yang terakhir harus dinilai menurut yang lebih dahulu.
ومن خبر ضرار بن ضَمُرَةَ الضُّبابِيِّ عند دخوله على معاوية ومسألته
له عن أميرالمؤمنين عليه السلام . قال: فأشهَدُ لقَدْ رَأَيْتُهُ في بعض مواقِفِهِ
وقَد أرخى الليلُ سُدُولَهُ وهو قائمٌ في محرابِهِ قابِضٌ على لِحْيتِهِ
يَتَمَلْمَلُتَمَلْمُلَ السَّليمِويبكي بُكاءَ الحَزينِ، ويقولُ: يَا دُنْيَا يَا
دُنْيَا، إِلَيْكِ عَنِّي، أَبِي تَعَرَّضْتِ أَمْ إِلَيَّ تَشَوَّقْتِ؟ لاَ حَانَ
حِينُكِّ)! هيْهَات! غُرِّي غَيْرِي، لاَ حاجَةَ لِي فيِكِ، قَدْ طَلَّقْت فِيهَا!
فَعَيْشُكِ قَصِيرٌ، وَخَطَرُكِ يَسِيرٌ، وَأَمَلُكِ حَقِيرٌ. آهِ مِنْ قِلَّةِ
الزَّادِ، وَطُولِ الطَّرِيقِ، وَبُعْدِ السَّفَرِ، وَعَظِيمِ الْمَوْرِدِ
Diriwayatkan bahwa ketika Dhirar ibn Hamzah (sebenarnya ibn
Dhamrah) ad-Dhibabi pergi kepada Mu'awiyah dan Mu'awiyah rnenanyainya tentang
Amirul Mukminin, ia berkata, "Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya
pada beberapa kesempatan ketika malam telah membentang dan ia sedang berdiri di
mihrab (mesjid) sambil memegang janggutnya seraya mengerang seperti orang
digigit ular dan menangis seperti orang dalam kesedihan, lalu ia berkata: 'Hai
dunia, hai dunia! Menjauhlah dari saya. Mengapa engkau datang kepada saya?
Adakah engkau sangat menginginkan saya? Engkau tak mungkin mendapat kesempatan
untuk mengesankan saya. Tipulah orang lain. Saya tak ada urusan denganmu. Saya
telah menceraikanmu tiga kali, yang sesudahnya tak ada rujuk lagi. Kehidupanmu
singkat, urgensitasmu kecil, kegemaran Anda sederhana. Sayang! Bekal sedikit,
jalan panjang, perjalanan jauh, dan tujuan sukar dicapai.'
وسُئِلَ عليه
السلام عَنِ الاِِْيمَانِ، فَقَالَ: الاِِْيمَانُ عَلَى أَرْبَعِ دَعَائِمَ: عَلَى
الصَّبْرِ، والْيَقِينِ، وَالْعَدْلِ، وَالْجَهَادِ: فَالصَّبْرُ مِنْهَا عَلَى
أَربَعِ شُعَبٍ: عَلَى الشَّوْقِ، وَالشَّفَقِ وَالزُّهْدِ، وَالتَّرَقُّبِ:
فَمَنِ اشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَلاَ عَنِ الشَّهَوَاتِ، وَمَنْ أشْفَقَ مِنَ
النَّارِ اجْتَنَبَ الْـمُحَرَّمَاتِ، وَمَنْ زَهِدَ فِي الدُّنْيَا اسْتَهَانَ
بِالْمُصِيبَاتِ، وَمَنِ ارْتَقَبَ الْمَوْتَ سَارَعَ فِي الْخَيْرَاتِ.
وَالْيَقِينُ مِنْهَا عَلَى أَرْبَعِ شُعَبٍ: عَلَى تَبْصِرَةِ الْفِطْنَةِ،
وَتَأَوُّلِ الْحِكْمَةِ وَمَوْعِظَةِ الْعِبْرَةِ وَسُنَّةِ الاََْوَّلِينَ
فَمَنْ تَبَصَّرَ فِي الْفِطْنَةِ تَبَيَّنَتْ لَهُ الْحِكْمَةُ، وَمَنْ
تَبَيَّنَتْ لَهُ الْحِكْمَةُ عَرَفَ الْعِبْرَةَ، وَمَنْ عَرَفَ الْعِبْرَةَ فَكَأَنَّمَا
كَانَ فِي الاََْوَّلِينَ. وَالْعَدْلُ مِنْهَا عَلَى أَرْبَعِ شُعَبٍ: عَلَى
غائِصِ الْفَهْمِ، وَغَوْرِ الْعِلْمِ وَزُهْرَةِ الْحُكْمِ،ِ، وَرَسَاخَةِ
الْحِلْمِ: فَمَنْ فَهِمَ عَلِمَ غَوْرَ الْعِلْمِ، وَمَن صَدَرَ عَنْ شَرَائِعِ
الْحُكْمِ وَمَنْ حَلُمَ لَمْ يُفَرِّطْ فِي أَمْرِهِ وَعَاشَ فِي النَّاسِ
حَمِيداً. وَالْجِهَادُ مِنْهَا عَلَى أَرْبَعِ شُعَبٍ: عَلَى الاََْمْرِ
بالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْي عَنِ الْمُنكَرِ، وَالصِّدْقِ فِي الْمَوَاطِنِ
وَشَنَآنِالْفَاسِقيِنَ: فَمَنْ أَمَرَ بِالْمَعْرُوفِ شَدَّ ظُهُورَ
الْمُؤمِنِينَ، وَمَنْ نَهَى عَنِ الْمُنْكَرِ أَرْغَمَ أُنُوفَ
الْمُنَافِقِينَ،مَنْ صَدَقَ فِي الْمَوَاطِنِ قَضَى مَا عَلَيْهِ، وَمَنْ شَنِىءَ
الْفَاسِقِينَ وَغَضِبَ لله غَضِبَ اللهُ لَهُ وَأَرْضَاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
وَالْكُفْرُ عَلَى أَرْبَعِ دَعَائِمَ: عَلَى التَّعَمُّقِ وَالتَّنَازُعِ،
وَالزَّيْغِ وَالشِّقَاقِ فَمَنْ تَعَمَّقَ لَمْ يُنِبْإِلَى الْحَقِّ، وَمَنْ
كَثُرَ نِزَاعُهُ بِالْجَهْلِ دَامَ عَمَاهُ عَنِ الْحَقِّ، وَمَنْ زَاغَ سَاءَتْ
عِنْدَهُ الْحَسَنَةُ وَحَسُنَتْ عِنْدَهُ السَّيِّئَةُ وَسَكِرَ سُكْرَ
الضَّلاَلَةِ، وَمَنْ شَاقَّ وَعُرَتْعَلَيْهِ طُرُقُهُ وَأَعْضَلَعَلَيْهِ
أَمْرُهُ وَضَاقَ مَخْرَجُهُ. وَالشَّكُّ عَلَى أَرْبَعِ شُعَب: عَلَى الَّتمارِي
وَالهَوْلِ وَالتَّرَدُّدِ والاْسْتِسْلاَمِ فَمَنْ جَعَلَ
الْمِرَاءَدَيْدَناًلَمْ يُصْبِحْ لَيْلُهُ وَمَنْ هَالَهُ مَا بَيْنَ يَدَيْهِ
نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَمَن تَرَدَّدَ فِي الرَّيْبِوَطِئَتْهُ يَدَيْهِ نَكَصَ
عَلَى عَقِبَيْهِ وَمَن تَرَدَّدَ فِي الرَّيْبِوَطِئَتْهُ سَنَابِكُ
الشَّيَاطِينِ وَمَنِ اسْتَسْلَمَ لِهَلَكَةِ الدُّنْيَا وَالاَْخِرَةِ هَلَكَ
فِيهِمَا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar