“Husain dariku
dan aku dari Husain” (Muhammad Rasulullah)
1. Kenapa
Imam Hussain Melemparkan Darahnya Ke Udara?
Dokumen sejarah
mewartakan bahwa Imam Husain As melemparkan segenggam darahnya dan segenggam
darah Ali Ashgar ke langit pada hari Asyura, pada 10 Muharram di Karbala.
Terkait dengan
falsafah dan hikmah perbuatan ini dapat dikatakan bahwa Imam Husain As ingin
menyampaikan pesan perjuangan dan kebangkitannya kepada seluruh dunia. Untuk
mewujudkan keinginan ini, Imam Husain As memanfaatkan cara seperti ini bahwa
tragedi Karbala identik dengan lumuran darah. Dengan kata lain, Imam Husain As
melukis kanvas Karbala dengan darahnya sendiri dan darah para sahabatnya supaya
lukisan berdarah ini akan senantiasa abadi dan lestari.
Thabari
menuturkan, Hisyam sesuai nukilan dari Amr bin Syimr, dari Jabir Ja’fi
meriwayatkan bahwa, “Akibat peperangan [yang tak seimbang], dahaga menyerang
Imam Husain As dan rasa dahaga itu semakin kuat. Tatkala Imam Husain As hampir
meminum air, Hushain bin Numair melontarkan anak panah dan menancap di mulut
Imam Husain As. Lantas beliau mengambil darah dari mulutnya dan melemparkannya
ke langit. Kemudian memuji dan memuja Allah Swt lalu menyatukan tangannya dan
berkata, “Tuhanku! Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satu pun dari mereka
di muka bumi.”[1]Di samping itu, setelah kesyahidan Hadhrat Ali Ashgar As, Imam
Husain As juga melemparkan darah Ali Asghar ke langit.
Terkait dengan
falsafah dan hikmah perbuatan Imam Husain As ini dapat dikatakan bahwa beliau
dengan tindakan seperti ini ingin menyampaikan pesan perjuangan berdarahnya
kepada orang-orang di seluruh dunia hingga hari Kiamat.
Karena semakin
darah seorang syahid (martir) tumpah ruah ke bumi maka seruan ini akan semakin
meluas sampai kepada dunia dan orang-orang sedunia. Pada hari Asyura, dari satu
sisi, Hurr menyatakan tobat dan ingin menumpahkan darahnya di jalan Imam Husain
As, tentu saja kesyahidan Hurr tidak akan dapat menyelamatkan Imam Husain dari
tangan pasukan Yazid. Dan dari sisi lain, Imam juga tidak mencegahnya. Imam
Husain berulang-kali meminta kepada orang-orang untuk menolongnya dan mencapai
kesyahidan di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Aba Abdillah Husain As
dengan sengaja ingin menandaskan bahwa sejarah dan pesan tragedi berdarah
perjuangannya harus ditulis dengan warna darah ini dan tidak akan lenyap
selamanya.
Bagaimanapun
tragedi berdarah Karbala merupakan tragedi yang memilukan dari sahara Karbala
dan kisah-kisah yang menjadikan pesan Imam Husain As akan abadi selamanya di
dunia.[2]
[1]. Târikh
Thabari, Abu Ja’far bin Harir al-Thabari, riset oleh Muhammad Abul Fadhl
Ibrahim, jil. 5, hal. 449, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H/1967 M.
[2]. Untuk
telaah lebih jauh silahkan lihat, Hamâse Husaini, Syahid Murtadha Muthahhari,
jil. 1, hal. 273-277, Intisyarat-e Shadra, Cetakan Keempat Belas, 1368 S.
2. Kurban
Itu Bernama Hussain
Dalam Perjanjian
Lama, Yeremia 46:6 dan 46:10 mencatat sebuah peristiwa di tanah utara, di dekat
sungai Efrat. Berikut kutipan Perjanjian Lama tentang peristiwa di tepi sungai
Efrat itu:
“Orang yang
tangkas tidak dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri, di
utara, di tepi sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah. Hari itu ialah hari
Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada
para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah
mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah
utara, dekat sungai Efrat”.
Orang yang
tangkas tidak dapat melarikan diri (Husain yang dengan ketangkasannya mampu
membunuh tiga ratusan orang sendirian di Karbala).
Pahlawan tidak
dapat meluputkan diri (Husain yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan, sebagai
pemimpin syuhada tidak dapat menghindar dari dukacita “karbun” dan “wa” musibah
“bala” yang bakalan menimpanya).
Di tepi sungai
Efratlah mereka tersandung dan rebah (Mereka para lawan TUHAN, Musuh TUHAN,
tersandung dan rebah, itulah dukacita “KARBUN” dan musibah “WA BALA” buat
musuh-musuh TUHAN).
Pedang akan
makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka (Mereka, yakni
lawan-Nya, menjadi santapan lezat PEDANG. Pedangnya siapa? Pedang yang
menyembelih, siapa yang menyembelih? TUHAN itu sendiri sebagaimana lanjutan
ayat).
Sebab ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai
Efrat (Yang menyembelih Husain itu, bukan Yazid, bukan Umar bin Sa’ad, bukan
Urwah bin Qais, bukan Sinan bin Anas, bukan Hasin bin Namir, bukan Syimr bin
Dzil Jawsyan, bukan Mazar bin Ruhaynah, bukan Yazid bin Rikab, bukan Najr bin
Kharsyi’ah, bukan Muhammad bin As’ath, bukan Abdullah bin Hasin, bukan Khawli
bin Yazid, bukan Bakr bin Kasab, bukan Hijr bin Abjar, bukan Hurr bin Yazid,
melainkan ALLAH Tuhan semesta alam).
1 komentar:
alhamdulillah terimakasih atas informasi mengenai kurbannya
Posting Komentar