oleh IBN MUQAFFA (filsuf &
pujangga)
(Lukisan: New
Fairy Tale karya Nikolay Bogdanov-Belsky di tahun 1891)
“Diantara berbagai
jenis binatang yang diperintah raja singa, ada dua ekor serigala yang amat bijaksana, seekor
bernama Kalilah dan seekor lagi bernama Dimnah. Suatu hari Dimnah menanyakan mengenai keadaan rajanya yang tidak pernah
keluar dan berduka kepada Kalilah. Akan tetapi Kalilah memberi nasihat kepada Dimnah
bahwa orang yang mencampuri urusan orang lain sama seperti kera yang mencampuri urusan tukang kayu.
Kalilah bercerita tentang kera
yang mengintai pekerjaan seorang tukang kayu yang membelah kayu dan memasang
baji. Kemudian setelah
tukang kayu pergi, kera tersebut berusaha mencabut baji itu sampai ekornya
hancur dan mati kesakitan. Setelah tukang kayu melihat
ada kera yang mati terjepit, tukang kayu berkata bahwa beginilah nasib orang yang suka mencampuri
pekerjaan orang lain.
Dimnah mengira bahwa
saat ini raja sedang ketakutan, ia merasa dan berpendapat bahwa orang yang arif
bijaksana dapat mengerti keadaan sahabatnya, baik lahir maupun batin. Namun Kalilah masih meragukan kenekatan Dimnah itu, hanya saja Dimnah sudah berkeras untuk menghadap raja singa
meskipun sedikit ditentang dengan argumen-argumen Kalilah.
Menurut Dimnah dengan
perhatiannya terhadap rajanya itu ia bisa menjadi dekat dengan rajanya, dan setelah dekat tentu ia akan mengetahui sifat dan
kelakuan rajanya, lalu ia akan memberi nasihat
jika menurutnya ada kesalahan dalam tindakan rajanya itu. Dalam angan–angan Dimnah jika nantinya raja tahu bahwa
ia seorang yang cerdik, maka menurutnya raja singa
akan memuliakan dan menghormatinya.
Sebelum Dimnah pergi
Kalilah memperingatkanya sekali lagi bahwa orang yang dekat dengan rajanya akan
mendapatkan bahaya yang besar”.
Suatu hari Dimnah
datang menghadap raja singa, sebelumnya raja sama sekali tak mengenal siapa
yang tiba-tiba datang menghadapnya itu, tetapi kemudian setelah diterangkan
siapa ayah Dimnah, raja bertanya dimanakah Dimnah selama ini? Dimnah pun
menjelaskan bahwa selama ini ia menantikan sesuatu yang dapat ia lakukan untuk
mengabdi kepada rajanya, dan walaupun ia seorang yang hina, tetapi kadang juga
mempunyai perlu kepada rajanya.
Dimnah juga berkata,
‘ranting yang kering di jalanan kadang ada gunanya setidaknya sebagai penggaruk
gatal pada tubuh yang tak tercapai oleh tangan’.
Raja pun tercengang
mendengar pernyataan Dimnah itu, ia menyimpulkan bahwa Dimnah adalah orang yang
bijak dan berilmu meskipun belum terkenal namanya. Karena raja termenung cukup
lama, akhirnya Dimnah meminta maaf jika raja tidak berkenan dengan
kedatangannya.
Karena Dimnah khawatir
bahwa raja tahu siapa ayahnya, ia memberikan pengertian bahwa seorang raja yang
bijak tidak akan melihat seseorang dengan melihat siapa ayahnya. Tetapi seorang
raja yang baik hanya akan memuliakan atau menghinakan seseorang hanya dengan
melihat siapa diri seseorang itu, karena sesungguhnya tidak ada orang lain yang
lebih dekat kepada seseorang kecuali dirinya sendiri.
Raja semakin heran
dengan Dimnah, dan kemudian raja berkata: manusia itu ada dua macam, yang
pertama adalah orang yang panas tabiatnya semisal ular yang berbisa, jika
kebetulan ia terinjak dan belum menggigit, jangan pernah menginjaknya sekali
lagi karena ular itu tentu akan menggigit siapa yang menginjaknya itu.
Kedua adalah orang yang
dingin tabiatnya seperti ranting yang kering, jika ia lama tak digosokkan, maka
akan keluar api dari ranting kering itu (karena itu berhati-hatilah dengan
orang yang kelihatannya sangat sabar dan jarang marah, karena kalau sudah marah
tak dapat dihentikan).
Sejak Dimnah menghadap
raja itu, Dimnah telah duduk di samping raja singa.
Suatu hari Dimnah menanyakan kenapa raja lama berdiam diri di rumah apa yang
menyebabkan raja seperti itu.
Tiba-tiba terdengar
lenguh Sjatrabah di tengah pertanyaan
Dimnah itu. Raja terlihat ketakutan saat mendengar lenguh itu dan raja hanya
tetap diam. Dimnah pun menyimpulkan bahwa raja singa selama ini memikirkan
suara lenguh itu. Dimnah akhirnya
menceritakan kisah seekor serigala yang melihat tabuh yang tergantung di dahan, karena angin yang bertiup ranting-ranting pun
akhirnya mengenai tabuh itu dan terdengarlah suara yang besar dari tabuh itu.
Serigala tersebut
berharap bahwa tentunya tabuh itu punya daging yang banyak. Serigala itu melompati
tabuh dan menjatuhkannya kemudian menggigitnya, tapi ternyata tabuh itu kosong tak berisi. Dengan
kecewa serigala berkata bahwa besar suaranya tiada isinya. Kemudian Dimnah meminta ijin untuk memeriksa suara lenguh itu.
Raja memberikan ijin
kepada Dimnah untuk memeriksa suara itu, tetapi setelah Dimnah pergi raja
menjadi khawatir kalau-kalau Dimnah akan berkhianat dan memilih ikut dengan
yang bersuara keras itu. Akan tetapi
kekhawatiran raja akhirnya usai setelah melihat Dimnah kembali. Dimnah pun menyampaikan kepada raja bahwa yang
memiliki suara keras itu hanyalah seekor lembu yang tidak berbahaya.
Mendengar pernyataan
Dimnah itu, raja singa pun masih belum percaya, karena raja tidak begitu sependapat dengan orang yang
menyepelekan segala sesuatu. Setelah lama
berbincang-bincang akhirnya Dimnah memutuskan untuk mengajak Sjatrabah
berhadapan dengan raja singa.
Dimnah berjanji akan
menanggung keselamatan Sjatrabah ketika berhadapan dengan raja singa nantinya.
Ketika berhadapan dengan raja singa, Dimnah langsung bersujud dengan takzim dan
menceritakan asal usulnya. Raja begitu bahagia
melihat tingkah laku Sjatrabah dan raja memutuskan menjadikan Sjatrabah sebagai
teman raja yang dimuliakan. Sjatrabah bahagia mendengar itu semua dan ia pun langsung mendoakan keselamatan bagi raja
singa.
Setelah beberapa waktu
berada di kerajaan singa, Sjatrabah berperilaku baik, bahkan menurut raja budi pekertinya sempurna dan sifatnya dapat dipercaya. Melihat itu semua raja semakin mengasihinya dan meningkatkan
derajatnya lebih dari yang lain. Dimnah menjadi dengki kepada
Sjatrabah yang diperlakukan istimewa itu dan makin hari kedengkiannya
itu semakin kuat. Suatu hari ia mengadukan kisahnya itu kepada Kalilah.
Dimnah menceritakan
semua kejadian mengenai Sjatrabah kepada Kalilah. Dengan begitu semangat Dimnah ingin kembali mendapatkan kehormatan dan
kedudukan yang tinggi lagi. Dimnah merasa bahwa
Sjatrabah-lah yang telah
mengambil semua perhatian raja. Dimnah menceritakan
banyak kisah tentang suatu pekerjaan yang dlakukan dengan akal sempurna pasti
akan berhasil.
Sebelum Dimnah kembali
ke kerajaan untuk melakukan rencananya mengambil kembali perhatian raja dan
ingin mendapatkan kedudukan tinggi, Kalilah memperingatkannya bahwa jika apa
yang akan ia lakukan dapat membahayakan raja, maka janganlah melakukan perbuatan itu, intinya
Kalilah menasihati Dimnah agar tidak berkhianat dengan rajanya.
Beberapa hari Dimnah
tidak datang menghadap raja, suatu hari ketika raja sedang duduk sendirian di
taman, Dimnah
menghampirinya. Dimnah mulai melaksanakan aksinya untuk mempengaruhi raja. Dimnah mengatakan bahwa ada sesuatu yang buruk akan
terjadi. Dengan kata-kata yang
disusun begitu rapi, taktis, dan cermat, Dimnah
mengatakan bahwa Sjatrabah telah mempetenahi bala tentara raja singa karena
Sjatrabah telah mengetahui keberanian dan kepandaian raja, dan Sjatrabah telah
merencanakan sesuatu untuk berselisih dengan raja.
Dimnah juga mengatakan
bahwa Sjatrabah ingin menggantikan posisi raja, baik menggunakan cara baik maupun jahat. Dimnah
dengan hati-hati menceritakan itu semua agar terlihat meyakinkan raja, dan untuk meyakinkan raja itu. Dimnah menceritakan kisah tiga ekor ikan dalam sebuah danau:
Dalam sebuah telaga
ada tiga ekor ikan yang hidup di dalamnya, yaitu si paling cerdik, si cerdik, dan si bebal. Dekat telaga tersebut mengalir sungai yang jernih. Suatu hari ada dua orang penangkap ikan. Kedua penangkap ikan itu awalnya hanya akan menangkap
ikan di sungai, tetapi krena melihat
sebuah telaga, ia berniat untuk
membawa jala esok harinya. Si paling cerdik tahu
bahwa bahaya akan terjadi pada dirinya, maka ia langsung mencari jalan menuju sungai dan akhirnya pergi dari
telaga itu.
Esoknya dua penangkap
ikan itu datang lagi dan memasang jala di telaga itu, si cerdik baru sadar
bahwa ia dalam bahaya, dan ia kemudian mencari jalan untuk menuju sungai, tetapi sayangnya jalan itu telah tertutup jala.
Berbeda dengan si Bebal yang tetap tak berkutik dan hanya berjalan hilir mudik saja. Akhirnya si cerdik dan si bebal pun tertangkap.
Mendengar cerita
Dimnah raja menjadi bingung karena menurut raja selama ini Sjatrabah tidak
pernah berbuat jahat kepadanya. Dimnah pun memberikan pernyataan yang
menguatkan raja singa bahwa Sjatrabah akan berbuat jahat kepadanya. Raja singa tidak suka dengan kata-kata Dimnah yang semakin tajam, sampai akhirnya raja marah kepada Dimnah dan ingin
memanggil Sjatrabah, hanya saja dengan kata-kata Dimnah yang hati-hati dan begitu
manis menyebutkan ciri-ciri seorang yang akan berkhianat bahwa matanya merah, tulang persendiannya gemetar, digeleng-gelengkan kepalanya, dan digerakkan tanduknya seperti akan berperang. Akhirnya raja pun mau untuk mendengar nasihat Dimnah
agar berhati-hati jika Sjatrabah memenuhi tanda-tanda yang disebutkan.
Dengan kelihaian dan kecerdikan Dimnah berkata-kata, ia meminta ijin kepada raja untuk menemui Sjatrabah, dan hal ini hanya merupakan siasat Dimnah agar semuanya
terlihat baik dan sebagai perintah raja, padahal sesungguhnya Dimnah hanya ingin menghasut
Sjatrabah. Setelah raja
mengijinkannya, mulailah ia mnghasut
Sjatrabah bahwa suatu hari raja berkata bahwa alangkah gemuknya badan Sjatrabah
itu padahal bagiku ia sudah tidak berguna lagi untuk hidup, aku ingin membunuhnya dan menjadikan ia sebagai
makanan bala tentaraku.
Karena pandainya
Dimnah berkata-kata dan karena diulang-ulangnya janjinya untuk menjaga
keselamtan jiwa Sjatrabah selama-lamanya, maka akhirnya dengan rayuan dan hasutan Dimnah yang
begitu meyakinkan walaupun masih agak ragu, Sjatrabah pun mulai sedikit percaya.
Seperti saat menghasut
raja, Dimnah juga memberi tanda-tanda yang akan dilakukan raja jika memang raja
akan berbuat jahat kepada Sjatrabah seperti yang telah ia katakan tadi. Bahwa raja singa akan bangun lalu duduk menjengkung dan kepalanya akan ditegakkan matanya
juga akan bercahaya memandangmu dan telinganya berdiri serta mulutnya menganga.
Setelah selesai menghasut Sjatrabah, Dimnah menemui Kalilah untuk mengajaknya
melihat kematian Sjatrabah. Sjatrabah yang telah termakan omongan Dimnah pun
menghadap raja dan menantangnya, dan karena sama-sama telah terhasut akhirnya mereka pun bertanding.
Melihat keadaan itu
Kalilah menghujat Dimnah bahwa ternyata sahabatnya itu sangat kejam dan hina,
Kalilah yang merasa sering memberi nasihat kepada Dimnah merasa sangat kecewa. Akhirnya raja singa mengalahkan Sjatrabah, dan kala itu tampak Sjatrabah telah terguling di tanah dan tidak bernyawa lagi.
Setelah raja singa
hilang marahnya, bercucuranlah air
matanya dan sedih hatinya melihat Sjatrabah. Raja singa kemudian sadar dan
menyesal dengan perbuatannya tadi. Ia kemudian berpikir bahwa Sjatrabah hanya
difitnah saja.
Melihat raja singa
bersedih tersebut, Dimnah lalu
mendekatinya dan menghibur raja dengan mengatakan bahwa musuh raja telah tiada
dan tidak ada gunanya lagi untuk bersedih. Hati raja singa sedikit tenang, tetapi kemudian ia tahu bagaimana sifat
Dimnah yang sesungguhnya.
Suatu hari,
harimau salah seorang pembesar kerajaan
yang terpercaya pulang ke rumahnya dari kerajaan. Di tengah jalan, ketika sampai di dekat rumah Kalilah dan Dimnah, ia mendengar suara Kalilah yang sedang menyesali dan menasihati Dimnah.
Harimau itu mendengar bahwa Dimnah-lah biang dari kematian Sjatrabah. Sehingga Kalilah tidak bisa lagi hidup bersama dengan
Dimnah. Mendengar itu semua Harimau kembali ke kerajaan dan menemui ibu singa.
Harimau menceritakan segala yang didengarnya tadi kepada ibu singa, dan
menyuruh ibu singa untuk merahasiakannya terlebih dahulu.
Keesokan harinya Ibu
singa melihat keadaan raja singa yang begitu bersedih karena kehilangan sahabat
baiknya yang ia bunuh sendiri. Melihat anaknya bersedih itu, ibu singa lalu menceritakan semua yang dikatakan
harimau kepadanya semalam tanpa menyebut nama harimau.
Mendengar cerita
ibunya tadi, raja singa seketika itu juga marah besar dan memanggil semua
pembesar kerajaan. Kemudian raja juga
memanggil Dimnah, dan Dimnah yang seakan merasa tanpa dosa itu pun menghadap raja dan
menanyakan apa yang terjadi. Ibu singa begitu jengkel melihat Dimnah yang serasa tanpa dosa. Ibu singa
kemudian memutuskan agar hakim yang memeriksa semua perkara ini dan untuk
sementara memenjarakan Dimnah.
Mendengar Dimnah
dipenjara, ketika larut malam Kalilah diam-diam menemui sahabatnya itu dan ia mengatakan keprihatinannya dan menyesalkan
perbuatan Dimnah yang hanya didasari nafsunya sehingga mengalahkan akalnya. Setelah lama bercakap-cakap akhirnya Kalilah pulang ke
rumahnya.
Keesokan harinya semua
orang dikumpulkan untuk mengadili Dimnah, pengadilan itu dipimpin oleh seorang hakim. Hari itu sang hakim meminta seorang saksi untuk berbicara dalam forum itu mengenai
keterangan perkara Dimnah. Tak ada seorang pun
yang berkata-kata, dengan angkuhnya
Dimnah lah yang banyak berkata-kata mengenai kebaikan. Kemudian penghulu babi
memberikan ciri seorang bedebah seperti Dimnah. Dimnah pun begitu malu mendengar
semua pernyataan babi itu.
Suatu hari seekor
rubah kepercayaan raja sekaligus sahabat Kalilah bercerita bahwa tidak lama
setelah Dimnah masuk penjara, Kalilah jatuh sakit dan mati. Rubah kemudian menemui Dimnah dan menceritakan kematian Kalilah dengan
sangat sedih. Dimnah mendengar
cerita itu dan kemudian menyuruh sang rubah untuk mengambil seluruh harta yang ia simpan di rumahnya.
Keesokan harinya ibu
singa baru tahu bahwa raja belum memutuskan hukuman untuk Dimnah. Hakim belum mampu memutuskan hukuman jika belum ada
bukti atau saksi yang kuat, meskipun sebenarnya hakim yakin bahwa Dimnah memang bersalah. Rajapun demikian pula, ia tidak bisa menghukum seseorang tanpa ada bukti
yang jelas.
Akhirnya raja menanyai
ibu singa tentang informasi yang menyatakan cerita pertama tentang kelakuan
Dimnah. Setelah meminta ijin
kepada harimau dan dengan bujukannya, harimau mau memberikan penjelasan. Setelah mendengar cerita harimau kerajaan itu, Raja pun memerintahkan untuk membunuh Dimnah. Dan akhirnya Dimnah dibunuh dalam penjaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar