Poin lain dari rasa duka ini adalah beberapa
kekuatan besar menciptakan monopoli atas sains dan mencegah negara-negara lain
dalam mencapai pengembangan ilmiah yang sama (Mahmoud Ahmadinejad)
Moderator: JOHN COATSWORTH (Dekan Fakultas
International and Public Affairs, Columbia University). Pengantar: LEE
BOLLINGER (Presiden Columbia University, New York City, New York). Waktu: 24
September 2007.
MAHMOUD AHMADINEJAD: Sahabat-sahabat
yang terhormat, ilmu dan kebijaksanaan dapat juga disalahgunakan, suatu
penyalahgunaan yang disebabkan oleh egoisme, korupsi, hasrat material, dan
kepentingan material, seperti juga minat individu dan kelompok. Hasrat material
menempatkan manusia berhadapan dengan kenyataan-kenyataan dunia ini. Manusia
yang terkorupsi menolak menerima kenyataan, dan bahkan jika mereka sungguh
menerimanya, mereka tidak akan mematuhinya.
Terdapat banyak ilmuwan yang menyadari
realitas tetapi tidak menerimanya. Egoisme mereka tidak membiarkan mereka untuk
menerima realitas itu. Apakah mereka yang dulu, dalam perjalanan sejarah
manusia, menggelar peperangan tidak memahami realitas bahwa hidup, hak milik,
kehormatan, wilayah-wilayah, dan hak-hak manusia harus dihormati? Atau, apakah
mereka memahaminya tetapi tidak mempunyai iman untuk menaatinya?
Sahabat-sahabat yang terhormat, sepanjang jiwa
manusia tidak bebas dari kebencian, iri hati, dan egoisme, maka ia tidak
menaati kebenaran oleh kekuatan penerangan ilmu dan ilmu itu sendiri. Ilmu
adalah cahaya dan para ilmuwan harus tulus dan saleh. Jika umat manusia
mencapai tingkat pengetahuan rohani dan fisik yang paling tinggi, tetapi para
ilmuwannya bukanlah pribadi-pribadi yang tulus, maka pengetahuan ini tidak bisa
melayani kepentingan umat manusia, dan beberapa dampak pun dapat terjadi.
PERTAMA, para pelanggar hanya mengungkapkan
sebagian realitas yang tentu saja hanya bermanfaat bagi mereka sendiri dan
merahasiakan sisanya, seperti yang pernah kita saksikan berkenaan dengan
ilmuwan-ilmuwan agama pada masa lalu. Sayangnya, hari ini kita melihat para
peneliti dan ilmuwan tertentu itu masih menyembunyikan kebenaran dari
orang-orang.
KEDUA, para ilmuwan dan saintis disalahgunakan
bagi kepentingan pribadi, kelompok, atau pihak tertentu. Jadi, di dunia hari
ini, kekuatan-kekuatan yang berkuasa sedang menyalahgunakan banyak ilmuwan di
dalam bidang-bidang yang berbeda, dengan tujuan melucuti banyak bangsa dari
kekayaan mereka. Dan mereka menggunakan setiap peluang hanya untuk kemanfaatan
mereka sendiri.
Sebagai contoh, mereka menipu orang-orang
dengan menggunakan metode dan perangkat ilmiah. Mereka, sesungguhnya, ingin
menjustifikasi pelanggaran-pelanggaran mereka sendiri, meskipun dengan
menciptakan musuh-musuh yang tak eksis, misalnya, dan menciptakan atmosfer yang
tidak aman. Mereka berupaya untuk menguasai setiap hal atas nama memerangi
ketidakamanan dan terorisme. Mereka bahkan melanggar kebebasan-kebebasan
individu dan sosial di dalam negeri mereka sendiri dengan dalih tersebut. Mereka
tidak menghormati privasi rakyat mereka sendiri. Mereka menyadap percakapan
telepon dan berupaya untuk mengendalikan rakyat mereka. Mereka menciptakan
atmosfer psikologis yang menggelisahkan untuk menjustifikasi tindak-tindak
provokasi perang mereka di bagian-bagian benua yang berbeda.
Sebagai contoh lain, dengan menggunakan metode
dan perencanaan yang “akurat”, mereka memulai serangan gencar mereka terhadap
kultur-kultur domestik dari banyak bangsa, kultur-kultur yang merupakan hasil
dari ribuan tahun interaksi, kreativitas, dan aktivitas artistik bangsa-bangsa
bersangkutan. Mereka mencoba untuk menghapuskan kultur-kultur tersebut demi
memisahkan orang-orang dari identitas mereka dan mengamputasi ikatan mereka
dengan sejarah dan nilai-nilai mereka sendiri. Mereka mempersiapkan landasan
untuk menelanjangi orang-orang dari kekayaan rohani dan material mereka dengan
menanamkan kepada mereka perasaan terintimidasi, hasrat untuk imitasi, dan semata-mata
konsumsi, serta tunduk kepada kekuatan-kekuatan yang menindas.
Membuat bom nuklir, senjata kimia dan biologi
serta senjata-senjata pemusnah massal adalah hasil lain dari penyalahgunaan
ilmu dan riset oleh kekuatan-kekuatan besar. Tanpa kooperasi dari para ilmuwan
dan saintis tertentu, maka kita tidak akan menyaksikan produksi senjata nuklir,
kimia, dan biologi yang berbeda-beda. Apakah senjata-senjata ini untuk
melindungi keamanan global? Apa yang bisa dicapai senjata nuklir bagi umat
manusia? Jika perang nuklir terjadi di antara dua kekuatan nuklir, apa bencana
kemanusiaan yang akan berlangsung? Dewasa ini, kita dapat menyaksikan efek-efek
nuklir, bahkan pada generasi-generasi baru penduduk Nagasaki dan Hiroshima yang
mungkin merupakan saksi bagi generasi-generasi yang akan datang. Segera, efek
penggunaan uranium dalam senjata-senjata sejak permulaan perang di Irak dapat
diuji dan diselidiki secara seksama. Bencana-bencana ini terjadi hanya ketika
para ilmuwan disalahgunakan oleh kekuatan-kekuatan penindas.
“Poin lain dari rasa duka ini adalah beberapa
kekuatan besar menciptakan monopoli atas sains dan mencegah negara-negara lain
dalam mencapai pengembangan ilmiah yang sama.”
Hal ini, juga, adalah salah satu kejutan pada
masa kita. Beberapa kekuatan besar tidak ingin melihat kemajuan dan perkembangan
masyarakat-masyarakat dan negara-negara lain. Mereka berdalih dengan ribuan
alasan, melemparkan tuduhan tanpa bukti, memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi
untuk mencegah bangsa-bangsa lain dari perkembangan dan percepatan. Semua itu
merupakan hasil keberjarakan mereka dari nilai-nilai kemanusiaan, nilai moral,
dan ajaran nabi ilahi. Dengan sangat menyesal, mereka belum terlatih untuk
melayani umat manusia.
Yang terhormat, akademisi, para ilmuwan, dan
para mahasiswa, saya percaya bahwa anugerah terbesar Tuhan bagi manusia adalah
ilmu dan pengetahuan. Pencarian manusia akan pengetahuan dan kebenaran melalui
ilmu adalah apa yang dijamin sebagai upaya mendekat kepada Tuhan, tetapi ilmu
haruslah dikombinasikan dengan kemurnian roh manusia sehingga para ilmuwan
dapat menyingkap selubung kebenaran lalu menggunakan kebenaran itu untuk
memajukan kepentingan-kepentingan kemanusiaan.
Para ilmuwan tersebut bukan hanya menjadi
orang-orang yang akan memandu umat manusia, tetapi juga memandu umat manusia ke
arah masa depan, masa depan yang lebih baik. Dan kekuatan-kekuatan besar tidak
membiarkan umat manusia untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas monopolistik
serta mencegah negara-negara lain untuk meraih kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan adalah anugerah ilahi dari Tuhan kepada setiap manusia, dan oleh
karena itu, ia harus tetap murni.
Tuhan menyadari semua realitas. Semua peneliti
dan ilmuwan dicintai oleh Tuhan. Maka saya berharap akan ada satu hari nanti
ketika para ilmuwan dan saintis tersebut memerintah dunia dan Tuhan itu sendiri
akan datang bersama Musa, Kristus, dan Nabi Muhammad untuk memerintah dunia ini
dan untuk membawa kita ke arah keadilan.
Saya berterima kasih kepada Anda sekarang,
tetapi mengacu kepada dua poin yang dikatakan di pengantar tadi mengenai saya,
maka saya terbuka bagi setiap pertanyaan.
Tahun lalu, saya akan katakan dua tahun lalu,
saya mengangkat dua pertanyaan. Anda tahu bahwa tugas utama saya adalah Dosen
Universitas. Sekarang sebagai Presiden Iran, saya masih mengajar di level
pascasarjana dan doktoral setiap minggunya. Mahasiswa saya banyak bekerja
dengan saya dalam bidang-bidang ilmiah. Saya percaya bahwa saya adalah seorang
akademisi. Maka, Saya berbicara dengan Anda dari sudut pandang akademis.
Dan saya angkat dua pertanyaan. Tetapi
alih-alih mendapatkan tanggapan, saya malah menerima gelombang hujatan dan
tuduhan, dan sayangnya, mereka kebanyakan datang dari kelompok-kelompok yang
mengklaim percaya akan kebebasan berbicara dan kebebasan untuk informasi. Anda
pasti tahu bahwa Palestina adalah luka yang berusia tua, sama tuanya dengan 60
tahun.
Selama 60 tahun, orang-orang ini diusir. Selama
60 tahun, orang-orang ini terus dibunuhi. Selama 60 tahun, sehari-harinya,
selalu ada konflik dan teror. Selama 60 tahun, wanita-wanita dan anak-anak yang
tidak bersalah dibinasakan; dihancurkan, dan dibunuh oleh helikopter-helikopter
dan pesawat-pesawat tempur yang menghancurkan rumah-rumah dari atas kepala
mereka. Selama 60 tahun, anak-anak usia sekolah dipenjarakan dan disiksa. Selama
60 tahun, keamanan di Timur Tengah berada dalam bahaya. Selama 60 tahun, slogan
ekspansionisme “Dari Nil hingga Eofrat” terus digemakan kelompok-kelompok
tertentu di bagian dunia tersebut.
Dan sebagai seorang yang akademis, saya ajukan
dua pertanyaan, dua pertanyaan yang sama yang saya akan ajukan lagi di sini.
Dan Anda dapat menilai apakah tanggapan kepada pertanyaan-pertanyaan itu
haruslah berupa hujatan dan tudingan, atau semua kata dan propaganda yang
negatif, atau haruskah kita benar-benar mencoba menghadapi dua pertanyaan ini
dan bereaksi terhadap mereka? Seperti Anda, seperti umumnya para akademisi,
saya akan berupaya diam sampai saya mendapat jawaban. Maka, saya sedang
menunggu jawaban logis alih-alih sejumlah hujatan.
Pertanyaan PERTAMA saya adalah jika memang
Holocaust itu kenyataan yang terjadi pada masa kita, suatu sejarah yang
terjadi, mengapakah tidak ada riset yang cukup yang dapat mendekati topik ini
dari perspektif-perspektif yang berbeda? Sahabat-sahabat kita merujuk kepada
1930 sebagai titik awal bagi perkembangan ini; bagaimanapun, saya mempercayai
Holocaust, dari apa yang kita baca, telah terjadi selama Perang Dunia II
setelah 1930 pada 1940-an. Maka, Anda tahu, kita harus benar-benar mampu
melacak peristiwa itu.
Pertanyaan saya sederhana. Ada
peneliti-peneliti yang ingin mendorong topik ini dari suatu perspektif yang
berbeda. Lalu, mengapa mereka dimasukkan ke dalam penjara? Sekarang ini, ada
sejumlah akademisi Eropa yang dikirim ke penjara karena mereka mencoba untuk
menulis tentang Holocaust. Peneliti-peneliti dari suatu perspektif yang berbeda
mencoba mempertanyakan aspek-aspek tertentu tentangnya. Pertanyaan saya adalah
mengapa hal ini tidak terbuka bagi semua bentuk riset? Saya diberi tahu bahwa
sudah terdapat cukup riset mengenai topik ini. Dan saya bertanya, ketika
berkaitan dengan topik-topik seperti kebebasan, topik-topik seperti demokrasi,
konsep-konsep dan norma-norma seperti Tuhan, agama, fisika, bahkan kimia,
terdapat banyak riset, tetapi kita masih melanjutkan lebih banyak riset dalam
topik-topik itu. Bahkan, kita mendorongnya. Namun, kenapakah kita tidak
mendorong lebih banyak riset mengenai suatu peristiwa historis yang sudah
menjadi akar dan penyebab banyak bencana besar di kawasan pada masa dan zaman
ini? Tidakkah seharusnya ada lebih banyak riset mengenai penyebab utamanya?
Itulah pertanyaan pertama saya.
Dan pertanyaan KEDUA saya, mengingat peristiwa
historis ini, jika memang suatu kenyataan, maka kita masih perlu mempertanyakan
apakah rakyat Palestina harus menanggungnya ataukah tidak. Bagaimanapun,
peristiwa itu terjadi di Eropa. Bangsa Palestina tidak punya peran di dalamnya.
Jadi kenapakah orang-orang Palestina harus terus menanggung akibat suatu
peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan mereka?
Rakyat Palestina tidak melakukan kejahatan apa
pun. Mereka tidak punya peran dalam Perang Dunia II. Mereka hidup bersama
masyarakat Yahudi dan Kristen secara damai pada masa tersebut. Mereka tidak
mempunyai permasalahan. Dan hari ini, juga, Yahudi, orang-orang Kristen, dan
Muslim hidup bersaudara di seluruh dunia ini, dan di banyak benua. Mereka tidak
mempunyai permasalahan yang serius.
Tetapi apa sebabnya rakyat Palestina harus
membayar semua ini, orang-orang Palestina yang tidak bersalah? Lima juta orang
terus diusir dan menjadi pengungsi-pengungsi dari perang selama 60
tahun—tidakkah ini suatu kejahatan? Adakah bertanya mengenai
kejahatan-kejahatan ini merupakan suatu kejahatan dengan sendirinya? Mengapa
seorang akademisi, diri saya, menghadapi hujatan ketika mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti ini? Inikah yang kalian sebut sebagai kebebasan
dan menegakkan kebebasan berpikir?
Dan perihal topik kedua, yakni isu nuklir
Iran—saya tahu ada batas waktu tetapi saya membutuhkan waktu lebih. Maksud
saya, banyak waktu yang telah diambil dari saya (Ahmadinejad tampaknya
diperingatkan soal waktu).
Kami adalah sebuah negara. Kami adalah anggota
International Atomic Energy Agency (IAEA). Selama lebih daripada 33 tahun, kami
adalah negara anggota agensi itu. Hukum agensi itu dengan tegas menyatakan
bahwa semua negara anggota mempunyai hak untuk teknologi bahan bakar nuklir
yang damai. Ini adalah pernyataan tegas dan eksplisit yang dibuat di dalam
hukum itu. Dan hukum itu mengatakan bahwa tidak ada alasan atau dalih, bahkan
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan IAEA sendiri, yang dapat mencegah hak
negara anggota untuk memiliki hak itu.
Tentu saja, IAEA bertanggung jawab untuk
melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan. Kami adalah salah satu negara yang telah
melaksanakan jumlah terbanyak dari level kerja sama dengan IAEA. Mereka setiap
jam, minggu, dan hari melakukan pemeriksaan-pemeriksaan di dalam negeri kami.
Dan berulang-ulang kali, laporan-laporan agensi itu menunjukkan bahwa aktivitas
nuklir Iran bersifat damai, bahwa mereka tidak mendeteksi suatu penyimpangan,
dan bahwa mereka telah menerima kerja sama positif dari Iran.
Tetapi sayangnya, dua atau tiga kekuatan
monopolistik, kekuatan-kekuatan yang egois, ingin memaksa kata-kata mereka terhadap
bangsa Iran dan mengingkari hak mereka. Mereka terus mengatakan—satu menit.
(Tertawa, tepuk tangan).
Mereka mengatakan kepada kami jangan Anda
biarkan hal itu terjadi—mereka tidak akan membiarkan mereka memeriksa. Mengapa
tidak? Tentu saja kami bisa. Bagaimana mungkin Anda mempunyai hak itu sementara
kami tidak? Kami ingin mempunyai hak untuk energi nuklir damai. Mereka
mengatakan kepada kami, “Jangan membuatnya sendiri. Kami akan memberikannya
kepada Anda.”
Pada masa lalu, saya katakan kepada Anda, kami
memiliki kontrak dengan pemerintah AS, dengan pemerintah Inggris, pemerintah
Prancis, pemerintah Jerman, dan pemerintah Kanada dalam pengembangan nuklir
untuk tujuan-tujuan damai. Tetapi secara sepihak, masing-masing mereka
membatalkan kontrak-kontrak mereka dengan kami, sebagai hasilnya bangsa Iran
harus membayar biaya yang banyak dalam milyaran dolar.
Kenapa kami memerlukan bahan bakar dari
kalian? Kalian bahkan tidak memberikan kepada kami suku-cadang pesawat terbang
yang kami perlukan untuk maskapai penerbangan sipil selama 28 tahun, di bawah
nama embargo dan sanksi-sanksi, karena kami melawan, sebagai contoh, “hak asasi
manusia atau kebebasan”? Di bawah dalih itu, Anda menyangkal hak kami bagi
teknologi itu?
Kami ingin mempunyai hak untuk menentukan nasib
kami sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mengintervensi kami.
Jika kalian tidak memberikan kepada kami suku-cadang pesawat terbang sipil,
mengapa kami harus berharap bahwa kalian akan memberikan kepada kami bahan
bakar untuk pengembangan nuklir demi tujuan-tujuan damai?
Selama 30 tahun kami menghadapi
problem-problem tersebut, lebih daripada 5 milyar dollar kepada Jerman dan lalu
kepada Rusia, tetapi kita tidak pernah mendapatkan apa pun, dan yang terburuk
belum diselesaikan. Ini adalah hak kami, kami menghendaki hak kami, dan kami
tidak menghendaki apa pun di luar hukum, tidak kurang dari apa yang hukum
internasional katakan. Kami adalah bangsa yang cinta damai. Kami mencintai
semua bangsa. (Tepuk tangan, sorak-sorai, dan cemooh). (Bersambung ke Bagian
Terakhir)
1 komentar:
Allah Akbar, Semoga Allah memberikan Rakyat Iran menentukan nasibnya sendir, ..... Hidup matinya satunbangsa tidak ditentukan oleh manusia, melainkan di tentukan allah, ..... Allah yang menciptakan, Allah Pula Yang melindungi dan memeliharanya, ......!!!
Posting Komentar