Di akhir masa
kenabiannya, Muhammad Saw saat menunaikan Haji Wada dan ketika berada di Ghadir
Khum menunjuk penggantinya setelah mendapat perintah dari Allah Swt. Pengganti
Nabi ini terkenal keberaniannya, ikhlas, pertama memeluk Islam, dan berulang
kali telah menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang layak menggantikan sang
Nabi. Disebutkan bahwa Nabi menyadari kekuatan kaum munafik dan kebencian
mereka terhadap Imam Ali bin Abi Talib as. Nabi sesaat khawatir untuk
mengumumkan penggantinya, namun kemudian ayat al-Quran turun yang mensyaratkan
kesempurnaan risalahnya dengan mengumumkan penggantinya serta Allah Swt akan
menjaga Nabi-Nya dari kejahatan musuh.
Dengan demikian ketika
rombongan haji telah tiba di Ghadir Khum yang merupakan persimpangan bagi para
jamaah haji untuk kembali ke rumah masing-masing, Rasulullah Saw memerintahkan
rombongan-nya untuk berhenti dan mendirikan kemah. Ketika jamaah haji lainnya
tiba di Ghadir Khum, yang saat itu jumlahnya mencapai sekitar 120 ribu orang,
Rasulullah naik ke mimbar dan menyampaikan pidatonya.
Setelah menyampaikan
pidatonya, Nabi meminta Imam Ali naik ke mimbar dan mengangkat tangan Imam Ali serta
mengenalkan kepada umat Islam bahwa Ali bin Abi Thalib adalah penggantinya.
Nabi bersabda bahwa ketaatan kepada Ali bin Abi Thalib sama dengan ketaatan
kepada beliau. Selanjutnya Nabi memberitahukan kepada umat Islam bahwa
keluarganya (Ahlul Bait) posisinya setara dengan al-Qur’an. Nabi mengingatkan
bahwa Ahlul Bait dan al-Qur’an tidak akan terpisah hingga Hari Kiamat kelak.
Keduanya menurut Nabi merupakan harapan kebahagiaan umat Islam.
Tak lama setelah itu,
Rasulullah Saw akhirnya menemui Tuhannya. Sang penyebar ajaran Ilahi ini
setelah berjuang selama 23 tahun kemudian meninggalkan dunia yang fana ini.
Adapun Allah Swt berjanji akan menjaga Kitab Suci al-Qur’an dari tangan-tangan
jahil yang berusaha mengubahnya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
(Q.S.15:9).
Kini Ali bin Abi Thalib,
yang dilahirkan di dalam Ka’bah dan besar di pangkuan Nabi, orang pertama yang
memeluk Islam yang mengikuti setiap detik turunnya wahyu karena berada di sisi
Rasul mulai mengkhawatirkan masa depan umat Islam.
Kini kami akan
mengetengahkan khutbah Rasul dan menjadikannya peta jalan risalah beliau guna
membuka kembali perjalanan umat Islam. Kami berharap dengan upaya ini umat
tidak akan terjebak ke jalan menyimpang dan menjadikan mereka sebagai penyeru
pesan Rasul ke dunia. Tak hanya itu, kami juga berharap pembaca menjadi
rasul-rasul di tengah keluarga dan kerabatnya yang meneruskan misi Rasulullah
Saw dan ajaran Ilahi.
Harapan ini selaras
dengan sabda Rasul yang menyebutkan, “Wahai kalian yang hadir dan mendengar
pesan ini! Wajib bagi kalian ketika pulang ke rumah masing-masing
memberitahukan pesan ini kepada mereka yang tidak hadir.”
KHUTBAH RASUL di GHADIR
KHUM
“Puji-pujian hanya milik
Allah. Kami memohon pertolongan, dan keyakinan, serta kepada-Nyalah kami
beriman. Kami mohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan
dosa-dosa perbuatan kita. Sesungguhnya tiada petunjuk bagi seseorang yang telah
Allah sesatkan, dan tiada seorang pun yang sesat setelah Allah beri petunjuk
baginya.”
“Hai, kaum Muslimin!
ketahuilah bahwa Jibril sering datang padaku membawa perintah dari Allah, yang
Maha Pemurah, bahwa aku harus berhenti di tempat ini dan memberitahukan kepada
kalian suatu hal. Lihatlah! Seakan-akan waktu semakin dekat saat aku akan
dipanggil (oleh Allah) dan aku akan menyambut panggilannya.”
“Hai, Kaum Muslimin!
Apakah kalian bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah
hamba serta utusan-Nya. Surga adalah benar, neraka adalah benar, kematian
adalah benar, kebangkitan pun benar, dan ‘hari itu pasti akan tiba, dan Allah
akan membangkitkan manusia dari kuburnya?” Mereka menjawab: “Ya, kami
meyakininya.”
Nabi melanjutkan:
“Hai, kaum Muslimin! Apakah kalian mendengar jelas suaraku?” Mereka menjawab:
“Ya.” Rasul berkata: “Dengarlah! Aku tinggalkan bagi kalian dua hal paling
berharga dan simbol penting yang jika kalian setia pada keduanya, kalian tidak
akan pernah tersesat sepeninggalku. Salah satunya memiliki nilai yang lebih
tinggi dari yang lain.”
Orang-orang bertanya: “Ya,
Rasulullah, apakah dua hal yang amat berharga itu?”
Rasulullah menjawab:
“Salah satunya adalah kitab Allah dan lainnya adalah Itrah Ahlulbaitku
(keluargaku).
Berhati-hatilah kalian
dalam memperlakukan mereka ketika aku sudah tidak berada di antara kalian,
karena, Allah, Yang Maha Pengasih, telah memberitahukanku bahwa dua hal ini (Al-Qur’an
dan Ahlulbaitku) tidak akan berpisah satu sama lain hingga mereka bertemu denganku
di telaga (al-Kautsar).
Aku peringatkan
kalian, atas nama Allah mengenai Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian atas nama
Allah, mengenai Ahlulbaitku. Sekali lagi! Aku peringatkan kalian, atas nama
Allah tentang Ahlulbaitku!”
“Dengarlah! Aku adalah
penghulu surga dan aku akan menjadi saksi atas kalian maka barhati-hatilah
kalian memperlakukan dua hal yang sangat berharga itu sepeninggalku. Janganlah
kalian mendahului mereka karena kalian akan binasa, dan jangan pula engkau jauh
dari mereka karena kalian akan binasa!”
“Hai, kaum Muslimin!
Tahukah kalian bahwa aku memiliki hak atas kalian lebih dari pada diri kalian
sendiri?” Orang-orang berseru: “Ya, Rasulullah.” Lalu Rasul mengulangi: “Hai,
kaum Muslimin? Bukankah aku memiliki hak atas kaum beriman lebih dari ada diri
mereka sendiri?” Mereka berkata lagi: “Ya, Rasulullah.”
Kemudian Rasul berkata:
“Hai Kaum Muslim! Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan aku adalah Maula semua
orang-orang beriman,” Lalu ia merengkuh tangan Ali dan mengangkatnya ke atas.
la berseru: “Barang siapa mengangkatku sebagai Maula, maka Ali adalah Maulanya
pula (Nabi mengulang sampai tiga kali)
Ya, Allah! Cintailah
orang yang mencintainya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Bantulah
orang-orang yang membantunya. Selamatkanlah orang-orang yang menyelamatkannya,
dan jagalah kebenaran dalam dirinya ke mana pun ia berpaling! (artinya, jadikan
ia pusat kebenaran).
Ali adalah putra Abu
Thalib, saudaraku, Washi-ku, dan penggantiku (khalifah) dan pemimpin sesudahku.
Kedudukannya bagiku bagaikan kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada
Nabi setelahku. la adalah pemimpin kalian setelah Allah dan Utusan-Nya.”
“Hai, kaum Muslimin!
Sesungguhnya Allah telah menunjuk dia menjadi pemimpin kalian. Ketaatan padanya
wajib bagi seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dalam kebaikan dan penduduk kota dan kaum pengembara,
orang-orang Arab dari orang-orang bukan Arab, para majikan dan budak,
orang-orang tua dan muda, besar dan kecil, putih dan hitam.”
“Perintahnya harus
kalian taati, dan kata-katanya mengikat serta perintahnya menjadi kewajiban
bagi setiap orang yang meyakini Tuhan yang satu. Terkutuklah orang-orang yang
tidak mematuhinya, dan terpujilah orang-orang yang mengikutinya, dan
orang-orang yang percaya kepadanya adalah sebenar-benarnya orang beriman.
Wilayahnya (keyakinan kepada kepemimpinannya) telah Allah, Yang Maha kuasa dan
Maha tinggi, wajibkan.”
“Hai kaum Muslimin,
pelajarilah Al-Qur’an! Terapkanlah ayat-ayat yang jelas maknanya bagi kalian
dan janganlah kalian mengira-ngira ayat-ayat yang bermakna ganda! Karena, Demi
Allah, tiada seorang pun yang dapat menjelaskan ayat-ayat secara benar akan
makna serta peringatannya kecuali aku dan lelaki ini (Ali), yang telah aku
angkat tangannya ini di hadapan diriku sendiri.”
“Hai kaum Muslimin,
inilah terakhir kalinya aku berdiri di mimbar ini. Oleh karenanya, dengarkan
aku dan taatilah dan serahkan diri kalian kepada kehendak Allah. Sesungguhnya
Allah adalah Tuhan kalian. Setelah Allah, Rasulnya, Muhammad yang sedang
berbicara kepada kalian, adalah pemimpin kalian. Selanjutnya sepeninggalku, Ali
adalah pemimpin kalian dan Imam kalian atas perintah Allah. Kemudian setelahnya
kepemimpinan akan dilanjutkan oleh orang-orang yang terpilih dalam keluargaku
hingga kalian bertemu Allah dan Rasulnya.”
“Lihatlah,
sesungguhnya, kalian akan menemui Tuhanmu dan ia akan bertanya tentang
perbuatan kalian. Hati-hatilah! Janganlah kalian berpaling sepeninggalku,
saling menikam dari belakang! Perhatikanlah! Adalah wajib bagi orang-orang yang
hadir saat ini untuk menyampaikan apa yang aku katakan kepada mereka yang tak
hadir karena orang-orang yang terpelajar akan lebih memahami hal ini daripada
beberapa orang yang hadir dari saat ini. Dengarlah! Sudahkah aku sampaikan ayat
Allah kepada kalian? Sudahkah aku sampaikan pesan Allah kepada kalian?” Semua
orang menjawab, “Ya.” Kemudian Nabi Muhammad berkata, “Ya, Allah, saksikanlah.”
Belum lagi pertemuan
akbar ini bubar, Jibril turun membawa wahyu dari Allah swt kepada Nabi-Nya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
ۚفَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙفَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (QS. 3: 3)
Kemudian Rasul
bertakbir, Allah Akbar! Selamat atas disempurnakannya agama dan
disempurnakannya nikmat dan keridhaan Allah terhadap risalahku dan kepemimpinan
Ali sepeninggalku.
Setelah takbir Nabi
tersebut, umat Islam berduyun-duyun memberikan selamat kepada Imam Ali as.
Orang paling pertama yang mengucapkan selamat kepada Imam Ali adalah Abu Bakar
dan Umar. Keduanya berkata, selamat kepadamu wahai Abu Turab! Kini Kamu menjadi
pemimpin kami dan maula setiap laki-laki serta wanita mukmin.
Ibnu Abbas berkata:
“Saya bersumpah bahwa wilayah terhadap Ali diwajibkan bagi seluruh umat.” Hasan
bin Tsabit berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkan Aku mengumandangkan syair
tentang Ali.” Nabi pun kemudian mengijinkan Hasan bin Tsabit membacakan syair
tentang peristiwa Ghadir Khum dan pengangkatan Imam Ali as.
ینادیهم یوم الغدیر نبیهم بخم فاسمع بالرسول منادیا
أنا مدينة العلم وعلی بابها
فمن أراد المدينة فليأتها من بابها
Ana madînatul ilmi wa ‘Aliyyun bâbuhâ…Faman
arôdal madînah, fal ya’tihâ min bâbihâ.. Akulah kota ilmu dan Ali adalah
pintunya..Siapa yang ingin mendapatkan ilmuku, maka datanglah dari pintunya
هذا حديث قاله محمد
جاء به وهو حديث مسند
Hadzâ hadîtsun qôlahu Muhammadu…jâ-a bihi
wa huwa hadîtsun musnadu..Itulah hadis yang disabdakan Muhammad Rasulullah
saw dengan sanad yang kuat
في حق من بذکره نردد
فهو علي بالعلا مؤيد
Fî haqqi man bidzikrihi nuroddidu..Fa-huwa
‘Aliyyun bil’ulâ mu-ayyadu..Adalah kebenaran bagi kita untuk selalu
mengingatnya. Itulah Ali yang mulia dan dimuliakan Allah
للمرتضی گرامات والعلا جبابها
ومن يروم المعالی، فليأتها من بابها
Lilmurtadlô karômât wal ‘ulâ jibâbuhâ…wa man
yarûmul ma’âlî…fal ya'tihâ min bâbihâ..Bagi Ali Al-Murtadha terhimpun
berbagai keutamaan, keagungan senantiasa meliputinya. Siapa yang mendambakan
kemuliaan, segera datang kepada Rasulullah dari pintunya
کونوا معی ياباب علم المصطفی
أنت العلي فی المعالی وگفی
Kûnû ma’î yâ bâba ‘ilmil Mushthofâ…Antal
‘aliyyu fil ma’âlî wa kafâ..Sudilah bersama kami wahai “Pintu ilmu Rasul”.
Engkaulah Ali yang sejati dalam ketinggian dan keagungan
ياکعبة المتقين، شرفت أثوابها
ومن يروم المعالی، فليأتها من بابها
Yâ ka’batal muttaqîn syurrifat atswâbuhâ…Wa man
yarûmul ma’âlî..fal ya'tihâ min bâbihâ..Wahai penunjuk arah para muttaqin,
yang mensucikan semua yang melekat pada dirinya. Siapa yang mendambakan
kemuliaan, segera datang kepada Rasulullah dari pintunya
يالبة التوحيد ياعين الهدی
وحجة لمن أناب واهتدا
Yâ labbatat tawhîdi yâ ‘aynal hudâ…Wa
hujjatan liman anâba wahtadâ..Wahai pemegang tauhid sejati, wahai penunjuk
jalan yang nyata, engkaulah tempat kembali para perindu kebenaran
بك اقتديت والحبيب المقتدی
لولاك غصن العدل مابقی الندی
Bikaqtadaytu wal habîbul muqtadâ…Lawlâka
ghushnul ‘adli mâbaqôn nadâ..Aku menteladanimu sebagaimana engkau dengan
teguh menteladani Rasulullah saw. Sekiranya bukan karena engkau, suara keadilan
takkan kekal terdengar
ياباب علم الرسول، أسست أعتابها
ومن يروم المعالی، فليأتها من بابها
Yâ bâba ‘ilmir-Rosûl ussisat a’tâbuhâ…Wa man
yarûmul ma’âlî.. fal ya'tihâ min bâbihâ..Wahai Pintu ilmu Rasul, semakin
kokohlah pintu itu. Siapa yang mendambakan kemuliaan, segera datang kepada
Rasulullah dari pintunya
خيرابن عم أنت ياأخا النبی
ياغاية تبدی بأمی و أبی
Khoiru-bnu ‘ammin anta yâ akhon-nabi…Yâ
ghôyatan tubdâ bi-ummî wa abî..Wahai Ali, sungguh telah ditetapkan engkau
saudara Rasul, putera paman Nabi, yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang mulia
ياحجة الله وياخير ولی
وردت من کهف لنا و موئل
Yâ hujjatallâhi wa yâ khoiro walî…Wuridta
min kahfin lana wa mau-ili..Wahai Hujjatullah, engkau sebaik-baik wali,
kehadirannmu telah melindungi kami
ياموئلا بك الکروب تنجل
وفيك جاءت لا فتی إلا علی
Yâ mau-ilan bikal kurûbu tanjali…Wa fîka
jâ-at Lâ fatâ illâ ‘Alî..Wahai Sang Penyelamat, bersamamu sirnahlah segala
bencana..Atasmulah Rasulullah bersabda “La fatâ illa Ali” (tiada pemuda kecuali
Ali
ياسابق السابقين، شهدت أصحابها
ومن يروم المعالی، فليأتها من بابها
Yâ sâbiqas sâbiqîn syahidat ash-hâbuhâ…Wa man
yarûmul ma’âlî.. fal ya'tihâ min bâbihâ..Wahai Ali, penghulu sejati
begitulah para sahabatnya yang setia telah bersaksi. Siapa yang mendambakan
kemuliaan, segera datang kepada Rasulullah dari pintunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar