Oleh Pendeta Nathanael Kapner
Di tahun 1884, seorang
wanita muda (Mademoiselle) Justine Glinka, putri seorang Jenderal Rusia, di
Paris sibuk dalam mengumpulan informasi politik untuk pengadilan Kaisar
Alexander III. Glinka mempekerjakan seorang agen Yahudi bernama Yusuf Schoerst,
alias Shapiro, yang dirinya telah lulus sebagai seorang Freemason anggota
Mizraim Lodge, ordo Masonik Yahudi dengan ritual dan tata-caranya sendiri.
Solomon Rothschild, keturunan dinasti perbankan Yahudi, juga seorang anggota
terkemuka Freemason Perancis. Schoerst menawarkan kepada Glinka sebuah dokumen
dengan imbalan uang sebesar 2.500 franc, yang menurut Schoerst dokumen tersebut
akan sangat menarik perhatian Glinka. Dokumen tersebut berisi tulisan-tulisan
dikte yang belum pernah ada sebelumnya dan merupakan kumpulan dari berbagai
pidato yang kemudian dimasukkan ke dalam kompilasi akhir dari Protokol Zion.
Glinka segera menyampaikan
dokumen tersebut kepada Jenderal Orgeyevski, atasannya langsung di Paris,
kemudian dokumen tersebut dikirimkan kepada Jenderal Cherevin, yang pada waktu
itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, untuk dikirim langsung ke istana di
St Petersburg. Setelah kematian Cherevin di tahun 1896, ia menghendaki agar
salinan memoarnya yang berisi Protokol diberikan kepada Kaisar Nicholas II. Informasi
Glinka akhirnya sampai ke tangan Sergei Nilus, seorang penganut kebatinan yang
berpendidikan tinggi, yang ditugaskan pada pengadilan Tsar Nicholas II, ia juga
menjabat sebagai seorang Minister of Foreign Religions.
Pada tahun 1902, Nilus
menerbitkan buku dengan judul, ““The Rule of Satan on Earth – Notes of an
Orthodox Believer,” (Peranan Setan di Bumi – Catatan Seorang Ortodoks) di mana
ia mengutip kumpulan materi awal bahan-bahan yang dibeli oleh Madame Glinka.
Penerbitan Protokol berikutnya dilakukan pada tahun 1903 ketika sebuah penerbit
terkemuka bernama Pavel Krusheva mengutip tulisan dari Protokol pada koran
harian, Znamya. Setelah dipublikasikan, sejak saat itu Krusheva menderita dalam
hidupnya, ia terus-menerus dalam keadaan ketakutan dan harus membawa senjata
untuk perlindungan dirinya sendiri. Ia juga memperkejakan seorang temannya
seorang juru masak pribadi untuk mencegah diracuni.
Pada tahun 1905, Sergei
Nilus menerbitkan edisi baru dengan judul “Rule of Satan” termasuk versi
lengkap Protokol sebagai bab terakhir. Ini merupakan yang pertama kalinya
kompilasi lengkap Protokol yang tersedia untuk masyarakat umum dalam bentuk
buku. Pada tahun 1917, (tahun yang sama pada akhir Revolusi Rusia), Nilus
menyiapkan edisi terakhir – sepenuhnya didokumentasikan – tetapi sebelum dia
bisa mendistribusikannya, Kerensky, setengah-Yahudi, yang berkuasa setelah
Revolusi, memusnahkan sebagian besar salinan buku Nilus. Siapapun yang
tertangkap oleh Bolshevik kedapatan memiliki The Protocols, akan langsung ditembak
di tempat.
Pada tahun 1918, Protokol
muncul lagi di Moskow dalam sebuah majalah berkala, The Sentinel, yang dicap
oleh pimpinan Yahudi Bolshevik sebagai koran kontra-revolusioner. Pada bulan
Februari, 1919, Bolshevik memerintahkan surat kabar tersebut ditutup. Pada
tahun 1924, Profesor Nilus ditangkap oleh Yahudi yang didominasi “Cheka,”
dipenjarakan dan kemudian disiksa. Kepala pengadilan (seorang Yahudi)
mengatakan kepada Nilus bahwa perlakuan tersebut dijatuhkan kepadanya karena
“sangat merugikan mereka (Bolshevik Zionis Yahudi) dengan diterbitkannya buku
Protokol tersebut.” TOKOH YANG MENDOMINASI gerakan Zionis yang semakin
meningkat pada akhir tahun 1800-an adalah seorang Yahudi dengan nama Asyer
Ginsberg, yang memakai nama samaran, “Achad Ha’am,” yang berarti “seorang
rakyat.”
Anak seorang petugas pajak
Yahudi, Ginsberg lahir di Kiev dan kemudian menetap di Odessa, pusat aktivis
agitasi Yahudi. Di sini ia mendirikan kelompok Zionis “Sons of Moses.”pada
tahun 1889. Dengan mendalami karya-karya Nietzsche, Ginsberg memberikan
“protokol” kepada the Sons of Moses dalam rangka memusnahkan budaya Kristen dan
menaikkan nasionalisme Yahudi berdasarkan visi kebangsaan Nietzsche untuk
Jerman. Pertemuan perkumpulan rahasia ini diadakan di rumah Ginsberg. Di antara
anggotanya yang paling awal adalah: Ben Avigdor, Zalman Epstein, Louis Epstein,
dan Jacob Eisenstaat. Pada awal 1889, Ginsberg memisahkan diri dari kelompok
Zionisme yang alirannya lebih konservatif dan pindah ke kelompok radikal,
kemudian ia mengeluarkan pamflet “This Is Not The Way.”
Tujuan dari pamflet
Ginsberg adalah untuk menentang pandangan “kebijakan politis” mantan mentornya,
Leon Pinsker, seorang pemimpin gerakan Pecinta Sion –the Lovers of Zion.
Ginsberg pertama-tama ingin membangun “kesadaran nasional” di kalangan Yahudi
diaspora dan menghidupkan bahasa Ibrani sebelum menggunakan pengaruh politik,
karena Pinsker mendukung pendirian sebuah negara Yahudi. Meskipun terdapat
perbedaan dalam hal waktu, Pinsker tidak berbeda dari Ginsberg dalam penggunaan
kekuasaan untuk mencapai tujuan bersama mereka, Zionis. Dalam bukunya,
“Auto-Emancipation,” Pinsker menjelaskan metode-utama untuk melaksanakan
“emansipasi sendiri” dan “mengembalikan bangsa Yahudi”. Leon Pinsker
menyatakan: “Perjuangan untuk mencapai tujuan kita harus memasukkan semangat seperti
itu untuk menahan tekanan politik internasional yang tidak dapat dihindari.”
Sebuah kesamaan yang
menarik perhatian dalam program politik Pinsker ditemukan dalam Protokol No. 1
Dari Protokol: “Dalam politik hanya kekuatan dan kelicikan yang mengalahkan. Oleh
karena itu kita tidak boleh berhenti melakukan penyuapan, penipuan,
pengkhianatan dalam rangka untuk pencapaian tujuan akhir kita. Dalam politik
seseorang harus tahu bagaimana untuk merebut kekuasaan orang lain, jika dengan
cara itu kita mengamankan kepatuhan dan kedaulatan”. Mengikuti jejak
mentornya, retorika kuat Ginsberg, namun dengan daya tarik yang aneh dan
langsung ke fanatisme, juga menyerupai gaya Protokol ketika ia mengatakan
dengan tegas, Asher Ginsberg menyatakan: “Yahudi harus terlebih dahulu sadar, penuh
dengan inisiatif nasional.”
Ginsberg menyerukan sebuah
nasionalisme Yahudi yang agresif jelas tercermin dalam Protokol No. 5. Dari
Protokol: “Kita akan buat Goyim menderita sampai kehabisan tenaga sehingga mereka
akan dipaksa untuk menawarkan kepada kita sebuah otoritas internasional, yang
karena posisinya akan memungkinkan kita untuk menyerap semua kekuatan
pemerintah di dunia, maka dengan demikian membentuk sebuah pemerintahan super.”
Melalui orang-orang yang tinggal di Odessa saat itu informasi pun diperoleh, di
mana pada waktu itu naskah “Protokol” dalam bahasa Ibrani telah beredar di
kalangan orang Yahudi.
Kemudian, seorang Yahudi
bernama Herman Bernstein, dari penerbit “Free Press”, Detroit, meskipun ia
mengklaim bahwa Protokol adalah palsu, tapi mengakui di hadapan William
Cameron, sekretaris Henry Ford, bahwa ia sendiri telah membaca Protokol
tersebut dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan di Odessa. Selama Revolusi
Bolshevik yang dipimpin Yahudi, beberapa kota rusak-binasa seperti Odessa, di
mana Ginsberg mengajarkan untuk menghancuran masyarakat Kristen, sebuah prinsip
dasar Protokol. Di antara kebiadaban lainnya yang dilakukan, seperti memperkosa
perempuan dan anak gadis Kristen, sebuah panti asuhan Kristen dihancurkan dan
semua anak-anaknya ditembak mati. Rasisme dan ejekan yang melampaui batas
terhadap kehidupan non-Yahudi sudah merupakan sebuah praktek mapan dunia
Zionisme.
DOKUMEN-DOKUMEN RAHASIA
INTELIJEN AMERIKA SERIKAT yang menyelidiki isu-isu keuangan internasional
seputar Perang Dunia I disusun pada bulan Agustus 1919. Dokumen-dokumen yang
sifatnya sensitif tersebut diklasifikasi sebagai RAHASIA sampai tahun 1973.
Hard copy dokumen ini dapat diperoleh dari Arsip Nasional Amerika Serikat di
Washington DC – nomornya adalah 245-1. Pada halaman 5 dari dokumen tersebut,
tulisan-tulisan yang bersifat publik karya Theodore Herzl yang dipuji sebagai
bapak politik Zionisme, disebut-sebut memiliki “ciri khas dalam pemikirannya,
juga ditemukan dalam Protokol.” Dokumen ini yang sudah sejak lama dirahasiakan,
akhirnya di-deklasifikasi, memperlihatkan kemiripan yang menarik antara tulisan
Herzl yang diterbitkan pada tahun 1897 dengan judul ”The Jewish State – Negara
Yahudi” dengan Protokol 1 dan 20. Theodore Herzl menyatakan: “Setiap
hubungan antara bangsa-bangsa sebuah pertanyaan yang mungkin muncul adalah
mengenai tujuan. Aku di sini tidak melepaskan setiap bagian hak kekuasaan kami
ketika aku membuat pernyataan ini.
Dalam dunia
seperti sekarang ini, dan mungkin akan tetap seperti ini, kekuatan mendahului
kebenaran. Bagi kami untuk
menjadi patriot setia tidak seperti Huguenot yang dipaksa berimigrasi dan
melakukannya, karena hal tersebut untuk kami adalah sia-sia. Orang-orang Yahudi
harus mendapatkan kekuatan ekonomi cukup besar untuk mengatasi prasangka
terhadap mereka. Ketika kita tenggelam, kita menjadi proletar revolusioner,
akan tetapi ketika kami naik, maka naik juga kekuatan mengerikan kekayaan
keuangan kita”. Dari Protokol: “Menurut hukum alam, kekuatan adalah
kebenaran. Hak kita terletak pada kekuatan. Melalui dominasi keuangan kita akan
memanipulasi modal, membuat depresi, dan negara-negara kafir bangkrut”.
Di zaman kita, kekuatan
terbesar berada di tangan kita adalah emas. Kita tidak akan gagal dengan
kekayaan tersebut, untuk membuktikan bahwa semua kejahatan yang harus kita
lakukan telah dipergunakan dalam rangka melaksanakan semua rencana yang sudah
diatur. Kami akan berusaha untuk membuktikan bahwa kita dermawan yang telah
dipulihkan ke bumi yang terkoyak-koyak sebagai orang baik nan sejati, tentu
saja dengan syarat-syarat ketaatan yang ketat terhadap hukum yang telah
ditetapkan oleh kami.
YANG BERHUBUNGAN ERAT
DENGAN THEODORE HERZL adalah Max Nordau, yang telah meyakinkan pemimpin Zionis
untuk menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama pada tahun 1897. Nordau lahir di
Simcha Sudfeld, Budapest pada tahun 1849 dan kemudian mengganti namanya untuk
mengubah penampilan publiknya sebagai seorang “Goyim”. Ia melakukannya pada
Kongres Zionis Pertama yang diselenggarakan di Basel, Swiss, dalam konres
Nordau terpilih untuk menjabat sebagai Wakil Ketua dan Ketuanya adalah Herzl.
Dalam Kongres Ke-enam
Zionis pada tahun 1903, Nordau mengumumkan rencana Zionis sebagai sebuah fait
accompli untuk dua dekade berikutnya. Max Nordau menyatakan: “Anak
tangga kami mengarah ke atas ke tempat yang lebih tinggi, yaitu Kongres Zionis
Pertama – Rencana Inggris Untuk Sebuah Negeri Yahudi – Perang Dunia Masa Depan
– Konferensi Perdamaian Dimana Sebuah Negara Yahudi Palestina Akan Diwujudkan”.
Di sini digambarkan “anak tangga” baik Zionis maupun Protokol, rencana yang
sebelumnya sudah dibuat akan dilaksanakan sesuai tujuannya dengan mengatur
keuntungan politik internasional. Sejarah tidak berbohong. Juga tidak kata-kata
orang Yahudi yang meramalkan apa yang akan dilakukannya di masa-masa mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar